Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
Lebih dari satu dari tiga orang di dunia mengatakan mereka memboikot sebuah merek produk karena dianggap mendukung perang Israel di Gaza.
-
Kenapa orang boikot produk Israel? 'Ini bukanlah boikot langsung, melainkan perasaan tidak senang yang mendalam terhadap konflik yang terjadi,' kata Putra Kelana di Medan kepada Al Jazeera.Ia menyatakan bahwa aksi tersebut dilakukan karena ia tidak bisa pergi langsung ke Gaza untuk melawan aksi militer yang terjadi di sana. Jadi, boikot tersebut adalah bentuk dukungannya untuk tidak menggunakan produk yang terafiliasi konflik Israel.
-
Kenapa MUI mendorong boikot produk Israel? 'Mengapa boikot? Karena hasil penjualan, pasti diberikan manfaatnya bagi Israel. Karena ini dengan boikot, maka kita bisa memperlemah ekonomi Israel agar tidak menyerang-nyerang lagi,' ungkap Ketua MUI.
-
Apa tanggapan MUI tentang boikot produk Israel? Tanggapi Aksi Boikot, MUI Imbau Masyarakat Cek Produk yang Terafiliasi Israel di Web dan Aplikasi yang Tepat Menanggapi aksi boikot terkait konflik di Timur Tengah yang tengah terjadi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel.
-
Kenapa Indonesia mengutuk Israel? 'Keputusan ini jelas-jelas melanggar dan bertentangan dengan Piagam PBB dan Konvensi 1946 tentang kekebalan lembaga PBB,' jelas Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataan resminya, Selasa (29/10).
-
Siapa yang mendorong boikot produk asing? Langkah-langkah YKMI ini luar biasa. Konstitusi juga sudah melindunginya seperti dalam amanat Pembukaan UUD secara tegas,' ucap dia dalam dialog publik yang bertema 'Ramadan Tanpa Dukungan Produk Genosida' pada Jum’at (15/3) sore.
-
Siapa yang mendorong boikot? YKMI Telah Menerbitkan Rekomendasi Direktur Eksekutif Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI), Ahmad Himawan, telah mengumumkan 10 produk asing yang terafiliasi konflik Israel dalam diskusi publik yang mengusung tema 'Ramadan Tanpa Produk Genosida' di Jakarta.
Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
Sejumlah negara di Teluk dan negara mayoritas Islam memimpin dalam survei ini.
Survei tahunan terbaru Trust Barometer dari perusahaan hubungan masyarakat Edelman menyoroti betapa konsumen di dunia terbelah dalam isu konflik Palestina-Israel kali ini.
Jajak pendapat dari Trust Barometer ini dilakukan terhadap konsumen di 15 negara, termasuk Prancis, Arab Saudi, Inggris, Amerika Serikat, dan Indonesia.
Dilansir dari Middle East Eye, Jumat (14/6), survei ini tidak mengungkap apakah responden membela salah satu pihak dalam perang ini, tapi dari lima negara teratas yang memboikot Israel karena perang di Gaza adalah tiga negara mayoritas muslim, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia. India ada di urutan keempat dan Jerman di posisi kelima.
Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) di seluruh dunia meraih banyak perhatian karena bertujuan menekan Israel atas aksi kejinya melanggar hukum internasional terjadap rakyat Palestina.
Namun survei ini mendapat perlawanan sengit dari konsumen yang berada di AS dan sejumlah negara Barat yang lebih memilih bersimpati kepada Israel.
Namun survei ini mendapat perlawanan sengit dari konsumen
yang berada di AS dan sejumlah negara Barat yang lebih memilih bersimpati kepada Israel.
Arab Saudi memiliki 71 persen responden yang menyatakan mereka memboikot produk untuk mendukung salah satu pihak yang bertikai.
Sebagian besar rakyat Arab Saudi memilih pro-Palestina.
Sebuah polling yang digelar Desember lalu oleh Washington Institute for Near Eastern Affairs, lembaga peneliti pro-Israel, menyatakan 96 persen warga Saudi meyakini negara Arab seharusnya memutus hubungan dengan Israel karena perang di Gaza.
Di Uni Emirat Arab, 57 persen responden menyatakan mereka memboikot produk karena perang Israel di Gaza.
Di Indonesia, negara mayoritas muslim, lebih dari satu dari dua orang mengatakan mereka memboikot produk yang mendukung Israel.
Jumlah responden dari negara Arab dan mayoritas muslim yang memboikot Israel lebih tinggi dari rata-rata global yang mencapai 37 persen. Lebih dari satu dari tiga responden.
Aksi boikot kali ini bisa dirasakan di jajaran bos-bos di perusahaan Barat.
Pada Maret lalu Alshaya Group yang memiliki lisensi Starbucks di Timur Tengah, mulai memecat lebih dari 2.000 karyawannya di Timur Tengah dan Afrika Utara, atau sekitar 4 persen dari seluruh pekerjanya karena dampak boikot.
CEO McDonald's Chris Kempczinski awal tahun ini sudah mengatakan penjualan di sejumah negara muslim mengalami penurunan, seperti di Malaysia dan Indonesia, serta di Timur Tengah.
McDonald's memicu kemarahan dari banyak aktivis pro-Palestina ketika Oktober lalu mereka mengumumkan memberikan makanan gratis bagi tentara Israel.
Middle East Eye melaporkan, konsumen di Oman, sekutu Barat, memboikot produk-produk barat karena AS dan sekutunya menyokong Israel. Mereka beralih dari membeli minuman seperti Mountain Dew ke Kinsa, minuman merek Saudi. Di Pakistan sejumlah merek lokal juga mulai memproduksi produk untuk menggantikan minuman dan kosmetik barat.
Sejumlah responden di Saudi dan UEA juga mengatakan mereka kini memilih produk lokal dibanding produk luar. Angkanya meningkat sebanyak 13 dan 10 poin di kedua negara tersebut.