Teliti Mata Panah dari Abad 13 SM, Arkeolog Temukan Bukti Perang Besar di Eropa 3.200 Tahun Lalu
Mata panah yang diteliti terbuat dari perunggu dan batu api.

Para arkeolog yang mempelajari mata panah perunggu dan batu api abad ke-13 SM dari Lembah Tollense di timur laut Jerman telah menemukan bukti paling awal konflik antarwilayah berskala besar di Eropa.
Lembah Tollense yang terletak di Mecklenburg-Pomerania Barat terkenal dengan pertempuran besar-besaran yang terjadi sekitar tahun 1250 SM. Penemuan lebih dari 150 kerangka manusia menunjukkan bahwa ada lebih dari 2.000 orang yang terlibat—jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Zaman Perunggu Nordik.
Diidentifikasi sebagai medan perang pada tahun 2011, situs ini sekarang dianggap sebagai “medan perang tertua di Eropa,” karena belum pernah ditemukan konflik sebesar ini sebelumnya, seperti dikutip dari Heritage Daily, Kamis (26/9). Meskipun penting, hanya sedikit yang diketahui tentang orang-orang yang berperang dan meninggal di Tollense lebih dari 3.000 tahun yang lalu.
Para peneliti dari beberapa institusi di Jerman menganalisis mata panah perunggu dan batu api yang ditemukan di lembah tersebut, lalu membandingkannya dengan lebih dari 4.000 mata panah kontemporer dari seluruh Eropa.
Sebagian besar mata panah cocok dengan jenis yang ditemukan di Mecklenburg-Western Pomerania, menunjukkan bahwa banyak dari prajurit kemungkinan besar adalah warga lokal. Namun, jenis lain—seperti yang memiliki alas lurus atau belah ketupat, duri unilateral, atau tang runcing, bukan soket—lebih umum ditemukan di wilayah selatan, termasuk Bavaria dan Moravia modern.
Eskalasi Konflik

Jenis-jenis mata panah dari wilayah selatan ini tidak ditemukan dalam pemakaman di wilayah Tollense, yang menunjukkan bahwa mereka tidak hanya diperdagangkan dan digunakan oleh penduduk setempat, melainkan menunjukkan kehadiran prajurit dari wilayah selatan dalam konflik tersebut.
Bukti tambahan dari situs kontemporer di Jerman selatan, tempat ditemukannya sejumlah besar mata panah perunggu, menunjukkan bahwa abad ke-13 SM adalah periode yang ditandai dengan meningkatnya konflik bersenjata di seluruh Eropa. Pertempuran Tollense ini merupakan contoh awal konflik antarwilayah di Eropa, yang menunjukkan semakin besarnya skala dan profesionalisasi peperangan pada masa ini.
“Konflik Lembah Tollense terjadi pada masa perubahan besar,” jelas Leif Inselmann, penulis utama studi tersebut, yang kini bekerja di Freie Universität Berlin.
“Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang pengorganisasian konflik kekerasan tersebut. Apakah para pejuang Zaman Perunggu diorganisir sebagai koalisi suku, rombongan atau tentara bayaran dari seorang pemimpin karismatik – semacam “panglima perang” – atau bahkan tentara dari kerajaan awal?”