Waspada Wabah Virus Marburg, Sembilan Orang Sudah Tewas di Afrika
Merdeka.com - Wabah Virus Marburg dilaporkan sudah menewaskan sembilan orang di Guinea Khatulistiwa dan diduga 16 orang positif tertular. Sementara itu Kamerun melaporkan dua kasus serupa setelah virus itu mewabah sejak 7 Februari lalu.
Meski daerah di Kamerun tempat terjadi dua kasus baru itu berdekatan dengan lokasi awal wabah di Guinea Khatulistiwa, namun tidak ada riwayat perjalanan dari kedua kasus tersebut. Kondisi ini memicu dugaan sudah ada kasus penularan lokal di kedua negara tersebut.
Mengapa Marburg Berbahaya?
-
Dimana wabah misterius ini terjadi? Dalam beberapa hari terakhir, China dihantui lonjakan penyakit pernapasan misterius di kalangan anak-anak di sepanjang wilayah utara, menciptakan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
-
Kapan virus muncul? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Kenapa muncul wabah misterius ini? Para pejabat China dengan cepat memberikan penjelasan, menekankan masyarakat tidak perlu panik. Para pejabat mengaitkan peningkatan kasus penyakit mirip pneumonia ini dengan kombinasi patogen umum selama musim dingin pertama tanpa pembatasan Covid-19 yang ketat.
-
Dimana virus ditemukan? Peneliti dari Universitas Northwestern telah mengidentifikasi lebih dari 600 jenis virus yang berbeda dalam 92 sampel pancuran dan 34 sampel sikat gigi, tanpa ada dua sampel yang sama.
-
Di mana kasus cacar air meningkat signifikan? Di Indonesia, khususnya di Tangerang Selatan, jumlah kasus cacar air (Varicella) mengalami lonjakan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, mencapai total 75 kasus.
Virus marburg adalah penyakit menular yang terkait dengan Ebola dan cukup mematikan.
Dikutip dari laman Forbes, penyakit Marburg Virus Disease (MVD) adalah demam berdarah yang cukup ganas, dengan rasio kematian hingga 88%. Virus Marburg masih dikategorikan dengan keluarga filovirus yang menyebabkan penyakit virus Ebola.
Untungnya, wabah virus Marburg masih jarang terjadi. Pusat Pengendalian Penyakit Menular Amerika Serikat (CDC) melaporkan hanya ada 15 wabah yang terjadi antara 1967 hingga 2022. Hanya empat dari sekian wabah itu yang mencapai kasus lebih dari dua digit tapi ada dua wabah yang cukup tinggi (154 kasus di Republik Demokratik Kongo pada 1998-2000 dan 252 kasus di Angola pada 2004-2005). Itu artinya penularan yang terus-menerus masih dimungkinkan.
Seperti Ebola, Marburg adalah Filovirus. Wabah yang terjadi diyakini dimulai dari keluarnya virus dari kelelawar buah menyebar ke populasi manusia. Penularan dari orang ke orang melalui cairan tubuh yang terkontaminasi. Penularan di masa lalu terjadi di Angola, Republik Demokratik Kongo, Ghana, Guinea, Kenya, Uganda, dan Zimbabwe. Artinya secara geografis, Marburg tidak hanya menyebar di satu tempat saja.
Yang paling menakutkan dari Marburg adalah angka kematiannya. Dari 474 kasus, 379 di antaranya berujung pada kematian dan itu terjadi antara 1967 sampai 2022. Dengan demikian angka kematiannya mencapai 80 persen.
Meski mematikan, virus Marburg tidak serta merta cukup menular seperti yang dilaporkan berbagai media. Puncak masa penularan virus ini diperkirakan sekitar 10 hari sejak tertular.
Penanganan Marburg di Afrika Tengah
Republik Guinea Khatulistiwa sejauh ini sudah mengkarantina 200 orang sejak terjadi wabah dan pekan lalu melarang warga di Provinsi Kie-Ntem bepergian setelah kasus pertama terdeteksi setelah ada acara pemakaman.
Otoritas kesehatan kini tengah berjuang menangani wabah dengan tindakan menutup perbatasan dan melakukan penelusuran kontak yang sebelumnya cukup berhasil dalam mengendalikan penyebaran Marburg dan Ebola.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Virus DBD di Jepara menyebar cepat. Lima belas warga sudah jadi korban. Sebelas di antaranya anak-anak
Baca SelengkapnyaPenyakit ini sebelumnya disebut monkeypox dan hingga kini sudah ada 38.465 kasus di benua Afrika.
Baca SelengkapnyaLima orang meninggal akibat komplikasi penyakit “langka tapi serius” di Virginia, Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaWHO menaikkan status Mpox menjadi darurat kesehatan pada 14 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaNgabila berujar, empat kasus ini merupakan temuan yang berbeda dan tak berkaitan satu sama lain.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaPenyebaran DBD di Kabupaten Lebak hingga kini terus bertambah.
Baca SelengkapnyaVirus rabies kembali merebak dan menelan korban jiwa.
Baca SelengkapnyaKelompok orang yang rawan tertular cacar monyet diminta untuk sadar dalam mencegah penyakit ini.
Baca Selengkapnya