10 Fakta Pak Raden, Seniman Serba Bisa yang Ulang Tahunnya Diperingati sebagai Hari Dongeng Nasional
Pak Raden dikenal sebagai mastro dongeng dan pencipta karakter Si Unyil.
Pak Raden dikenal sebagai maestro dongeng dan pencipta karakter Si Unyil.
10 Fakta Pak Raden, Seniman Serba Bisa yang Ulang Tahunnya Diperingati sebagai Hari Dongeng Nasional
Tanggal 28 November adalah peringatan Hari Dongeng Nasional.
Hari ini dipilih untuk merayakan dan menghidupkan dongeng di Indonesia sekaligus mengapresiasi kiprah salah satu pendongeng paling terkemuka di Tanah Air, yaitu Pak Raden.
Tanggal 28 November merupakan hari kelahiran Drs. Suyadi atau Pak Raden.
Pak Raden dikenal sebagai seniman serba bisa yang jago menggambar, membuat cerita dongeng, sekaligus menjadi "dalang".
Ia tidak hanya menggambar ilustrasi, tetapi juga menulis naskah cerita dan menyuarakan tokoh-tokohnya.
Dua karyanya yang terkenal hingga sekarang adalah Si Unyil dan Laptop Si Unyil.
Ia juga membuat buku-buku cerita anak bergambar yang banyak diminati oleh pembaca.
Berikut ini sejumlah fakta menarik tentang Pak Raden, sang maestro dongeng Indonesia.
1. Seniman Kelahiran Jember, Jawa Timur
Pak Raden lahir di Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada tanggal 28 November 1932.
Nama lengkapnya adalah Raden Soejadi atau Raden Suyadi.
Bakat seninya sudah terlihat sejak kecil.
Setelah dewasa, ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB).
2. Sempat Jadi Ilustrator Majalah di Tahun 1950-an
Pada 1950-an, Pak Raden sudah menjadi ilustrator majalah Puspa Wanita.
Ia juga mulai membuat buku cerita anak bergambar.
3. Belajar Animasi sampai ke Prancis
Selain belajar seni lukis dan grafis; Pak Raden juga berkesempatan untuk belajar animasi di Prancis.
Ia menempuh pendidikan di negerinya Menara Eiffel pada tahun 1961--1963.
4. Menguasai Lima Bahasa
Pak Raden ternyata seorang poliglot yang menguasai banyak bahasa.
Ia fasih dalam lima bahasa, yaitu Jawa, Indonesia, Belanda, Inggris, dan Prancis.
5. Jadi Ilustrator Buku Bahasa Indonesia SD
Pak Raden pernah diminta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggambar ilustrasi buku pelajaran Bahasa Indonesia SD. Sosok Budi dan Wati yang kerap muncul dalam buku Bahasa Indonesia itu ternyata adalah karyanya.
6. Tak Dapat Royalti dari Si Unyil
Meskipun karakter-karakter dari program Si Unyil karyanya begitu populer, ternyata Pak Raden tidak pernah menikmati royalti dari buah pikirannya itu.
Surat perjanjian dengan Perum Produksi Film Negara (PFN) yang ditandatangani pada 14 Desember 1995 membuat Pak Raden kehilangan hak cipta Si Unyil.
Menurut Pak Raden, perjanjian ini disyaratkan oleh PFN agar karakter Si Unyil tidak dimanfaatkan secara komersial oleh pihak lain.
Alih-alih mendapatkan royalti, karakter Si Unyil dan kawan-kawan yang diciptakannya justru diklaim sebagai aset negara.
"Besar harapan saya sekiranya saya dapat lagi memegang kepemilikan hak cipta Si Unyil sebelum matahari kehidupan saya terbenam," kata Pak Raden dalam wawancara pada (21/2/2012) silam.
7. Kondisi Perekonomian Terpuruk hingga Harus Ngamen dan Jual Lukisan
Sejak kehilangan hak cipta Si Unyil, kondisi finansial Pak Raden merosot. Kesehatannya juga terus memburuk.
Ide-ide untuk membuat karya masih memenuhi kepalanya, tapi ia kesulitan untuk membeli peralatan melukis.
Buat memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Pak Raden harus mengamen dan menjual lukisan di berbagai tempat.
8. Disantuni Dahlan Iskan
Rasa kemanusiaan Dahlan Iskan yang kala itu menjadi Menteri BUMN terpantik saat mendengar kisah Pak Raden.
Setelah sowan ke rumah Pak Raden, ia berupaya mencarikan solusi untuk sang seniman.
Meskipun tidak bisa mengembalikan hak cipta Si Unyil ke tangan Pak Raden, Dahlan memberikan santunan sebesar Rp10.000.000 untuk Pak Raden.
Jumlah ini setara dengan nilai royalti yang seharusnya diterima oleh Pak Raden dari Si Unyil.
9. Melelang Lukisan untuk Berobat
Pada 01 November 2013, Pak Raden melelang lukisan karayanya yang berjudul Perang Kembang di Petamburan, Jakarta Pusat.
Lukisan tersebut dibeli oleh politisi, Prabowo Subianto.
Hasil pelelangan digunakan untuk berobat dan membiayai kebutuhan sehari-hari Pak Raden.
Pada 28 November 2013, ia juga meluncurkan artbook berisi ilustrasi-ilustrasi karyanya.
10. Mimpi yang Belum Terwujud: Terbitkan Buku Cerita Remaja
Sebelum meninggal dunia, Pak Raden masih sempat menyampaikan mimpi-mimpinya yang belum terwujud.
"Nanti, jika ada uang lebih atau sponsor, saya mau membuat buku lagi untuk remaja. Buku cerita berdasarkan cerita wayang untuk remaja juga sangat langka. Di kepala saya masih banyak ide (judul) buku dan lukisan bertema seni pertunjukan tradisional. Untuk itu saya niatkan menjual lagi beberapa karya lukisan yang sebenarnya masterpiece buat saya," katanya.
Pak Raden mengembuskan napas terakhir pada pukul 22.20, 30 Oktober 2015 di Rumah Sakit Pelni Petamburan, Jakarta Barat.
Ia tutup usia di angka 82 tahun. Walaupun begitu, warisan karyanya tetap hidup dan menginspirasi banyak orang.
Jasanya bagi dunia dongeng dan anak-anak Indonesia masih diperingati hingga saat ini.