Suku di Ethiopia ini mengubah sampah menjadi perhiasan
Merdeka.com - Sebuah suku di Ethiopia mencoba mendaur ulang sampah terutama tutup botol hingga menjadi sebuah perhiasan yang mereka gunakan sehari-hari. Saat ini, perhiasan dari tutup botol itu telah menjadi salah satu penanda dan identitas bagi suku mereka.
Dilansir dari Lost a E Minor, suku Daasanach yang tinggal di lembah Omo di Ethiopia ini mengubah barang-barang yang dibuang oleh orang lain menjadi perhiasan yang mereka gunakan sehari-hari. Mulai dari tutup botol, arloji, jepit rambut, dan berbagai barang lain mampu diubah dan digunakan oleh suku ini sebagai sebuah hiasan di kepala mereka.
-
Dimana warga mengolah sampah menjadi batu bara? Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi penumpukan di tengah kondisi darurat sampah yang dialami Kota Bandung.
-
Bagaimana perhiasan daur ulang sederhana bisa menunjukkan kepribadian seseorang? Perempuan yang memilih perhiasan daur ulang yang sederhana dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan tenang. Mereka tidak suka memamerkan kekayaan atau kemampuan mereka meskipun mereka sebenarnya unggul. Sifat mereka yang sabar dan bersahaja menjadikan mereka pribadi yang disenangi banyak orang, meski mereka sendiri tidak mencari pujian atau pengakuan.
-
Kenapa warga Sarijadi mengolah sampah? Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi penumpukan di tengah kondisi darurat sampah yang dialami Kota Bandung.
-
Apa yang unik dari tradisi Marosok? Keunikan lainnya dari tradisi Marosok adalah terjadinya tawar-menawar yang berlangsung tanpa suara dan hanya menggunakan bahasa isyarat dengan jari tangan.
-
Siapa yang suka perhiasan daur ulang? Penggemar perhiasan daur ulang yang terlihat simpel, terkenal karena sikap rendah hati.
-
Bagaimana warga Sarijadi mengolah sampah menjadi batu bara? Setelah diolah, residu (hasil pencacahan sampah yang sulit terurai) ini menjadi biomassa dan ini menjadi mirip batu bara,' katanya.
Melimpahnya tutup botol di wilayah ini adalah karena banyak sampah yang terbawa oleh arus sungai Omo dari kota Omorate. Suku Daasanach sendiri adalah sebuah suku nomaden yang tinggal di bantaran sungai Omo. Sampah-sampah tersebut, terutama tutup botol dikumpulkan oleh suku ini dan menjadi sebuah aksesori wajib mereka.
Foto-foto dan informasi mengenai suku ini didapat dari seorang fotografer Prancis yang bernama Eric Lafforgue. Selama satu tahun dia menghabiskan waktu bersama suku tersebut dan mendokumentasikan berbagai hasil kerajinan mereka yang diolah dari sampah tersebut. Berdasar penjelasan di website milik Lafforgue, perhiasan dari tutup botol ini bahkan kini telah menjadi salah satu identitas bagi suku Daasanach.
Bagi wanita suku ini, semakin banyak tutup botol yang dipasang di kepala, semakin percaya diri mereka jadinya. Aksesori ini bahkan kini dianggap sangat penting bagi wanita suku ini. Jika sebelumnya mereka senang menjual berbagai aksesori yang mereka ciptakan dan gunakan, kini mereka sudah enggan melakukannya karena menganggap bahwa hiasan dari tutup botol ini sangat penting bagi mereka.
Pada wanita yang lebih tua, aksesori yang digunakan lebih beragam dan lebih berat. Biasanya mereka menambahkan berbagai aksesori dari logam dan terutama arloji serta bulu pada hiasan kepala mereka. Hal ini dilakukan untuk menambah percaya diri serta perasaan berkuasa pada mereka.
Photo Credit : Eric Lafforgue
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pragaan busana ini juga dijadikan kampanye agar warga makin mencintai lingkungan
Baca SelengkapnyaBeberapa produk yang dihasilkan rupanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jam dinding hingga mainan wayang plastik.
Baca SelengkapnyaDi desa itu, mereka menjaga tradisi dan kearifan lokal yang telah mereka miliki selama berabad-abad.
Baca SelengkapnyaSasaran mereka mengumpulkan barang bekas seperti botol plastik, kertas dan kabel lalu dijual kembali ke pengepul.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaGaya nyentrik dan glamor jemaah haji asal bugis rupanya sudah turun temurun.
Baca SelengkapnyaSelama periode Januari-September 2023, Baruwani telah berkontribusi mengolah sedikitnya 700 ton sampah organik menjadi kompos dengan penurunan gas metana.
Baca SelengkapnyaKapak persegi dibuat dari batu yang dikikis hingga membentuk persegi dengan bagian tepi yang lebih tipis. Umumnya kapak ini dibuat untuk berburu.
Baca SelengkapnyaSekelompok warga Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan mengikuti pelatihan pembuatan kursi dari bahan limbah botol plastik.
Baca SelengkapnyaKonsep ekonomi sirkular ini bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan kemakmuran ekonomi.
Baca SelengkapnyaBelum banyak orang yang menggeluti kerajinan karung goni bekas.
Baca SelengkapnyaSampah yang menumpuk di sungai masih menjadi salah satu isu lingkungan yang mendapatkan perhatian serius.
Baca Selengkapnya