Tak Hanya Imposter Syndrome, Satu Sifat Ini Juga Bisa Merusak Karirmu
Imporstor Syndrome menggambarkan ketidakmampuan seseorang untuk menginternalisasi pencapaian mereka, meskipun dari luar terlihat sukses.
Dalam dunia kerja, imposter syndrome adalah fenomena yang cukup dikenal. Kondisi ini menggambarkan ketidakmampuan seseorang untuk menginternalisasi pencapaian mereka, meskipun dari luar terlihat sukses.
-
Apa itu impostor syndrome? Impostor syndrome adalah fenomena psikologis ketika individu merasa bahwa mereka tidak pantas atas kesuksesan yang telah dicapai, meskipun ada bukti yang menunjukkan sebaliknya.
-
Siapa yang bisa alami impostor syndrome? Dilansir dari Verywell Mind, impostor syndrome dapat memengaruhi siapa saja, terlepas dari status sosial, latar belakang pekerjaan, tingkat keahlian, atau tingkat pendidikan mereka.
-
Kenapa impostor syndrome muncul? Mereka yang mengalami kondisi ini merasa seperti penipu atau palsu, dan meyakini bahwa mereka akan segera ditemukan sebagai orang yang tidak kompeten.
-
Siapa yang rentan terhadap sindrom impostor? Generasi ini mengalami globalisasi dan perkembangan teknologi. Mereka cenderung idealis, kreatif, dan kolaboratif. Mereka juga memiliki harapan yang tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan mereka. Mereka rentan terhadap sindrom impostor, yaitu merasa tidak pantas atau tidak kompeten meskipun telah berhasil.
-
Bagaimana cara tahu kalau mengalami impostor syndrome? Untuk mengetahui apakah Anda mengalami impostor syndrome, tanyakan pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah Anda terlalu cemas terhadap kesalahan atau kekurangan kecil dalam pekerjaan Anda? Apakah Anda mengaitkan kesuksesan Anda dengan keberuntungan atau faktor eksternal? Apakah Anda sensitif terhadap kritik konstruktif? Apakah Anda merasa bahwa Anda akan ditemukan sebagai penipu? Apakah Anda meremehkan keahlian Anda sendiri, bahkan di bidang di mana Anda sebenarnya lebih terampil dari orang lain?
-
Bagaimana inferiority complex memengaruhi kehidupan seseorang? Perasaan ini bisa mengganggu kepercayaan diri dan membuat seseorang merasa terasing, bahkan dalam situasi yang seharusnya membuat mereka merasa bahagia atau puas.
Tak Hanya Imposter Syndrome, Satu Sifat Ini Juga Bisa Merusak Karirmu
Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, keraguan diri, dan bahkan depresi.
Namun, ada satu jebakan mental lain yang dapat merusak karir Anda dengan cara yang sama, yaitu bias terlalu percaya diri. Penulis buku "The Age of Magical Overthinking", Amanda Montell seperti dikutip dari Liputan6.com, menyoroti betapa bahayanya bias ini.
Bias Terlalu Percaya Diri
Bias terlalu percaya diri terjadi ketika seseorang menilai terlalu tinggi kemampuan atau keahliannya.
Rasa percaya diri memang tidak selalu menunjukkan gelagat buruk, namun jika terlalu berlebihan, hal ini bisa membuat seseorang enggan meminta bantuan atau mengakui kekurangan mereka.
Montell menjelaskan, "Dari semua bias kognitif kita, tidak ada yang memiliki konsekuensi yang lebih berbahaya daripada bias terlalu percaya diri."
Dampak Negatif Terlalu Percaya Diri
"Sedikit 'berpura-pura sampai Anda berhasil' mungkin akan membantu dengan baik. Namun, terlalu banyak dapat menggagalkan jalan hidup Anda," kata Montell.
Di banyak tempat kerja, pencapaian lebih dihargai daripada proses belajar. "Kita tidak diberi insentif untuk mengakui ketika pengetahuan kita sudah habis," tambahnya. Ini membuat kerendahan hati menjadi sesuatu yang kurang dihargai.
Tanpa pengakuan akan kekurangan, Anda tidak akan berkembang baik sebagai karyawan maupun sebagai pribadi.
Terlalu percaya diri juga dapat memperburuk imposter syndrome dan menyebabkan “terlalu banyak overthinking”.
Montell menjelaskan, "Anda merasa bahwa seolah-olah Anda telah berkontribusi pada hasil positif ini lebih dari orang lain, namun Anda merasa seperti seorang penipu di tempat kerja." Hal ini bisa menimbulkan rasa paranoid besar.
Mengatasi Bias Terlalu Percaya Diri
Mendekati pekerjaan dengan rasa ingin tahu yang lebih besar pada akhirnya akan menguntungkan Anda. "Menyadari batas kemampuan diri sendiri tidak hanya merendahkan diri tetapi juga akan menambah daya tarik," kata Montell.
Pengalaman imposter syndrome juga bisa diubah menjadi sesuatu yang berguna. Berikut adalah tiga langkah untuk mengatasi imposter syndrome:
1. Akui dan Terima
Imposter syndrome mungkin bukan hal baru bagi Anda. Pikirkan kembali masa-masa ketika Anda merasa cemas atau meragukan diri sendiri. Ingatlah bahwa Anda pernah melalui situasi sulit sebelumnya.
"Cobalah ingatkan diri Anda bahwa imposter syndrome lebih umum terjadi daripada yang Anda kira," ujar Jennifer Warwick, seorang konselor.
Ingatkan diri Anda untuk tidak membiarkan imposter syndrome menghalangi kemajuan Anda dan gunakan sebagai motivasi.
2. Fokus Pada Empat P (Perfectionism, Paralysis, People-pleasing, dan Procrastination)
Empat P dari imposter syndrome ini sering kali dianggap sebagai kelemahan. Namun, jika diolah dengan benar, mereka bisa menjadi kekuatan. Perfeksionisme, misalnya, dapat diubah menjadi perhatian terhadap detail.
Penundaan atau procrastination bisa diubah menjadi perencanaan yang lebih matang. Menjadi people-pleaser dapat membuat Anda menjadi komunikator yang baik dan empatik.
3. Tulis Pencapaianmu
Ketika Anda meragukan kemampuan Anda, berhentilah sejenak dan pikirkan semua pencapaian yang telah Anda raih.
Menuliskan umpan balik positif dan pencapaian Anda akan membantu mengingatkan diri Anda bahwa Anda mampu.
"Sangat mudah untuk melekat pada perasaan negatif, tetapi mengingat hal positif sangatlah penting," kata Montell.
Menyalurkan Imposter Syndrome dengan Bijak
Mengatasi imposter syndrome sepenuhnya mungkin merupakan tugas yang sangat berat. Lebih baik mencoba menghadapinya dengan melihat pengaruh positif dalam lingkungan kerja Anda.
Mengakui bahwa imposter syndrome adalah bagian dari penampilan profesional Anda dapat membantu Anda mengubah kerangka pikir.
Dengan demikian, Anda bisa menggunakan imposter syndrome sebagai alat untuk terus berkembang dan berusaha lebih baik.
Mendekati pekerjaan dengan rasa ingin tahu dan kesadaran akan batas kemampuan diri adalah kunci untuk menghindari jebakan terlalu percaya diri. Sebaliknya, gunakan pengetahuan ini untuk terus belajar dan berkembang dalam karier Anda.