Waspada, Ini 4 Tahap Hubungan dengan Pelaku Gaslighting Menurut Penelitian!
Gaslighting adalah manipulasi psikologis terhadap seseorang sehingga korban mulai meragukan kebenaran pikiran, persepsi, atau ingatan mereka sendiri.
Gaslighting adalah manipulasi psikologis terhadap seseorang sehingga korban mulai meragukan kebenaran pikiran, persepsi, atau ingatan mereka sendiri.
Waspada, Ini 4 Tahap Hubungan dengan Pelaku Gaslighting Menurut Penelitian!
Menurut kamus Merriam-Webster, gaslighting adalah manipulasi psikologis terhadap seseorang yang biasanya berlangsung dalam waktu lama, sehingga korban mulai meragukan kebenaran pikiran, persepsi, atau ingatan mereka sendiri. Akibatnya, korban menjadi bingung, kehilangan kepercayaan diri dan harga diri, tidak yakin dengan kesehatan emosional atau mental mereka, dan bergantung pada pelaku.
Dilansir Psychology Today (14/8/2023), sebuah penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal Personal Relationships menyoroti gaslighting dalam hubungan asmara.
-
Apa itu gaslighting? Gaslighting adalah salah satu bentuk manipulasi yang sering terjadi dalam hubungan. Ini adalah jenis pelecehan emosional terselubung di mana pelaku menyesatkan target, menciptakan narasi yang salah dan membuat mereka mempertanyakan penilaian dan realitas mereka.
-
Apa definisi gaslighting? Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis di mana seseorang membuat orang lain meragukan realitas, ingatan, atau persepsinya sendiri.
-
Bagaimana gaslighting bekerja? Gaslighting bekerja dengan membuat korban meragukan kewarasan dan kepercayaan diri mereka.
-
Kenapa gaslighting terjadi? Gaslighting biasanya dilakukan dalam jangka waktu lama hingga menyebabkan korban mempertanyakan validitas pemikiran, persepsi realitas, atau ingatan mereka sendiri.
-
Bagaimana gaslighting mempengaruhi korban? Korban gaslighting sering kali meragukan validitas perasaan mereka sendiri, yang dapat menyebabkan menurunnya harga diri dan ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi secara sehat.
-
Siapa yang bisa menjadi pelaku gaslighting? Terapis pernikahan dan keluarga, Darlene Lancer, JD, MFT menjelaskan bahwa korban punya kecenderungan untuk 'ingin' percaya pada orang lain dan gaslighter mungkin memanfaatkannya.
Penelitian ini juga mengidentifikasi motivasi di balik perilaku gaslighter, serta bagaimana gaslighting terjadi dalam hubungan.
Melalui analisis kualitatif terhadap jawaban survei dari 65 korban gaslighting (berusia 18 hingga 69 tahun), para peneliti dari McGill University dan University of Toronto mendeskripsikan sejumlah ciri dan perilaku yang umum dimiliki oleh gaslighter.
Motivasi Orang yang Melakukan Gaslighting
Gaslighter termotivasi terutama oleh dua hal, yaitu:
1. Menghindari tanggung jawab atas perilaku buruk mereka sendiri
Pada dasarnya, gaslighting adalah bentuk upaya untuk menghindari tanggung jawab atas sebuah kesalahan, terutama untuk tindakan yang berkaitan dengan perselingkuhan.
2. Mengontrol perilaku korban
Motivasi kedua adalah keinginan umum untuk mengontrol korban, untuk menentukan bagaimana mereka berperilaku, siapa yang mereka hubungi, apa yang mereka kenakan, dan hal-hal lain yang sejenis.
Tahap Hubungan dengan Pelaku Gaslighting
Gaslighting terjadi dalam beberapa tahap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat pola perilaku yang umum dalam hubungan gaslighting:
1. Love-bombing
Ini adalah pemberian perhatian berlebihan yang biasanya terjadi di awal hubungan.
Love-bombing adalah taktik yang melibatkan memberikan tayangan perhatian dan kasih sayang berlebihan kepada seseorang dengan tujuan memanipulasi mereka.
Karena merasa kebutuhan emosionalnya terpenuhi dalam waktu singkat, calon korban jadi mengembangkan ikatan emosional yang kuat dan bahkan rasa "berutang budi" kepada pelaku gaslighting.
Pemikiran seperti ini memberikan pelaku gaslighting kekuasaan dan kendali.
2. Isolasi
Tahap ini ditandai dengan upaya pelaku untuk memisahkan korban dari lingkaran sosialnya, seperti keluarga dan teman.
Pelaku biasanya menciptakan konflik, menjelek-jelekkan, atau melarang korban untuk berhubungan dengan orang-orang yang dekat dengan korban. Tujuannya adalah untuk membuat korban merasa sendirian, tidak memiliki dukungan, dan bergantung pada pelaku.
3. Ketidakpastian
Tahap ini ditandai dengan perubahan perilaku pelaku yang tidak konsisten, sering kali dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya. Pelaku bisa berubah dari penuh kasih sayang menjadi marah, dari peduli menjadi acuh, atau dari setia menjadi selingkuh. Tujuannya adalah untuk membuat korban bingung, tidak stabil, dan tidak percaya diri.
4. Cold-shouldering (Pengabaian)
Tahap ini ditandai dengan penarikan atau penolakan perhatian dan komunikasi dari pelaku kepada korban.
Pelaku bisa mengacuhkan, menghina, atau menghukum korban tanpa alasan yang jelas.
Tujuannya adalah membuat korban merasa tidak berharga, tidak dihargai, dan tidak dicintai.
Tips Menghadapi Pasangan yang Kerap Melakukan Gaslighting
Gaslighting adalah sebuah proses manipulasi psikologis yang berlangsung dalam beberapa tahap.
Korban gaslighting sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi, karena pelaku menggunakan berbagai taktik untuk mengaburkan realitas dan mengikat emosi korban.
Perilaku ini dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan mental dan fisik korban, seperti depresi, kecemasan, stres, gangguan tidur, atau gangguan makan.
Buat menghadapi gaslighter, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh korban, antara lain:
- Mencari informasi tentang gaslighting dan mengenali tanda-tandanya
- Membuat catatan tentang fakta-fakta yang terjadi dalam hubungan dan membandingkannya dengan klaim pelaku
- Mencari dukungan dari orang-orang yang dipercaya dan tenaga profesional kesehatan mental
- Menetapkan batasan dan menjaga jarak dengan pelaku
- Mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan jika pelaku tidak mau berubah.
Demikian sekelumit informasi tentang gaslighting.