Cerita RS Dustira Cimahi dan Kisah Masa Lalunya Sebagai Rumah Sakit Militer
Merdeka.com - Rumah Sakit Dustira merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang sarat akan akan nilai sejarah. Bangunan tersebut berada di Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat.
Berdasarkan kisahnya, RS Dustira mulanya merupakan rumah sakit militer milik pemerintah kolonial Belanda yang selanjutnya difungsikan sebagai tempat perawatan tawanan tentara perang di paruh tahun 1940an.
Dari segi arsitektural, RS Dustira memiliki corak neo klasikal yang estetik dengan jajaran jendela dan gerbang besar yang melengkung layaknya bangunan Eropa di abad pertengahan. Penasaran? dilansir dari berbagai sumber Senin (03/1), berikut sepenggal kisahnya.
-
Bagaimana Rumah Sakit Pasir Junghuhn di masa lampau? Pada masa itu, rumah sakit ini juga termasuk fasilitas pelayanan kesehatan paling lengkap di masanya.
-
Kapan Suparna Sastra Diredja dipenjara oleh Belanda? Rupanya, tulisan-tulisan tersebut tercium oleh Belanda, dan Suparna dijatuhi hukuman penjara hingga 10 bulan.
-
Kenapa bangunan Susteran Gedangan difungsikan jadi kamp interniran? Pada masa pendudukan Jepang, Susteran Gedangan, dan juga banyak susteran lain di kawasan Semarang, menjadi kamp interniran. Jepang memang menyasar tempat-tempat yang sudah jadi untuk dijadikan kamp.
-
Apa yang terjadi di penjara Belanda? Penjara-penjara yang kini kosong di negara ini telah dialihfungsikan menjadi hotel atau pusat budaya, menandakan adanya perubahan paradigma dalam penanganan kejahatan.
-
Apa yang ditonton tentara Belanda di Sukabumi? Tampak jika keduanya tengah menyaksikan sebuah film di pertunjukan layar tancap.
-
Kenapa Masjid Raya Sabilal Muhtadin dibangun di tanah bekas asrama tentara? Megah Masjid dengan arsitektur megah ini dibangun di atas tanah luas yang dulunya merupakan asrama tentara Tatas.
Dipersiapkan Sebagai Penunjang Kota Militer
Dilansir dari rsdustira.com, Rumah Sakit Dustira mulanya dipersiapkan untuk menunjang aktivitas tentara Belanda di wilayah Cimahi dan sekitarnya. Saat itu Cimahi yang tengah dipersiapkan sebagai kota militer membutuhkan infrastruktur kesehatan yang mumpuni.
Selain itu, pendiriannya juga dijalankan sebagai penunjang pengamanan, di mana ketika itu Gubernur Jenderal berniat memindahkan ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung.
Pembangunan Militare Hospital sendiri selesai pada tahun 1887. Ia berdiri di lahan seluas 14 hektare yang saat ini bisa diakses dengan kendaraan umum (angkot Stasiun Hall – Cimahi), kurang lebih 20 km ke arah barat, dari Kota Bandung, Jawa Barat.
Sempat Dikuasai NICA hingga Diserahkan ke Tentara Indonesia
Saat perang pasca kemerdekaan, RS ini sempat dikuasai oleh NICA pada 1945-1947 hingga diserahkan oleh militer Belanda ke Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diwakili oleh Letkol Dokter Kornel Singawinata, sebagai kepala rumah sakit yang saat itu bernama Territorium III.
Berjalan beberapa waktu, Panglima Territorium III/Siliwangi, Kolonel Kawilarang, menetapkan nama rumah sakit ini dengan nama Rumah sakit Dustira. Momen tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Territorium III/Siliwangi yang ke-10, di tanggal 19 Mei 1956.
Diubahnya nama menjadi Dustira merupakan bentuk penghormatan TNI terhadap jasa-jasa Mayor dr. Dustira Prawiraamidjaya yang merupakan dokter tentara dari Resimen 9 Divisi Siliwangi dan telah menunjukkan itikad dan patriotismenya membantu para pejuang di medan peperangan.
Mayor Dustira memberikan pertolongan kepada para korban peperangan terutama di wilayah atau front Padalarang.
Rumah Sakit Dustira Kini
©2022 disparbud.jabarprov.go.id/Merdeka.com
Saat ini Dustira dikenal sebagai rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III Siliwangi. Fungsinya pun masih dipertahankan sebagai fasilitas kesehatan rujukan tertinggi, karena mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif terpadu.
Pasien yang dirawat pun kini beragam, tak hanya dari kalangan militer, tetapi juga masyarakat sipil. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saking berpengaruhnya, banyak pembesar Belanda yang bersinggungan dengan rumah sakit ini, seperti Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk van de Graeff.
Baca SelengkapnyaPenjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kabupaten Asahan yang sampai sekarang masih beroperasi melayani kesehatan masyarakat.
Baca SelengkapnyaDulunya bangunan itu difungsikan sebagai rumah sakit menular milik VOC
Baca SelengkapnyaSiantar Hotel, sebuah penginapan yang menyimpan cerita sejarah masa kolonial Belanda dan Jepang.
Baca SelengkapnyaPeninggalan Belanda itu berupa bangunan militer yang berdiri sejak abad ke 18.
Baca SelengkapnyaJemaah yang akan atau baru kembali dari Mekkah harus dikarantina di pulau tersebut.
Baca SelengkapnyaMenguak sejarah Pulau Onrust yang berada di antara Kepulauan Seribu yang konon menjadi titik penting ketika masa kolonial.
Baca SelengkapnyaPeresmian ini didampingi Wakasad Letjen TNI Tandyo Budi Revita, dan Pangdam III/Siliwangi
Baca SelengkapnyaGua ini jadi saksi kekuasaan Belanda dan Jepang di masa silam. Kini jadi wisata yang hits dan instagramable.
Baca SelengkapnyaDulu, jemaah haji Indonesia harus menjalani masa karantina selama sebulan sebelum berangkat ke Tanah Suci Makkah.
Baca SelengkapnyaBenteng Vastenburg Solo, Rabu (26/7) kemarin, disita Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. Bangunan bersejarah ini dulunya merupakan barak tentara kolonial Belanda.
Baca Selengkapnya