Kisah Lahirnya 'Orde Baru' yang Membuat Jengkel Presiden Sukarno
Merdeka.com - Dimunculkan oleh para mahasiswa pro tentara, istilah Orde Baru sempat tak membuat nyaman Bung Karno.
Penulis: Hendi Jo
Saat menjelang detik-detik kejatuhannya, Presiden Sukarno sempat 'dibingungkan' dengan istilah 'orde baru dan orde lama'. Dalam setiap kesempatan ada saja wartawan luar negeri yang menanyakan soal itu kepadanya. Hingga pada suatu hari dia pernah mengeluhkan soal tersebut kepada salah seorang sahabatnya Muriel Stuart Walker alias Ktut Tantri di Istana Bogor.
-
Di mana Bung Karno dilahirkan? Tiga tahun pasca kelahiran Soekarmini, pada 6 Juni 1901 Srimben melahirkan Soekarno di sebuah rumah sederhana di sekitar Makam Belanda kampung Pandean III Surabaya.
-
Mengapa mahasiswa demo di tahun 1965? Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Orde Lama. Mereka terus melakukan demonstrasi dan meminta Presiden Sukarno bertindak tegas terhadap PKI dan menteri-menteri yang tidak becus bekerja.
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Apa yang menjadi sorotan terkait oplet Rano Karno? Kendaraan Oplet Morris warna Biru yang identik dengan sinetron ‘Si Doel Anak Sekolahan’ yang dipakai Pramono Anung dan Rano Karno saat mendaftar ke KPU Jakarta tengah menjadi sorotan.Lantaran, kendaraan antik itu tidak masuk dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dari Rano Karno per tanggal 28 Maret 2023.
-
Bagaimana patung Bung Karno diresmikan? Pada Rabu (23/8) patung Bung Karno diresmikan di Omah Petroek. Peresmiannya dihadiri tokoh-tokoh penting di antaranya Megawati Soekarnoputri dan Ganjar Pranowo.Di sela-sela mereka, juga tampak budayawan Romo Shindu selaku pemilik tempat.
-
Siapa yang menolak jadi jenderal? Bambang Widjanarko adalah Seorang Perwira KKO, kini Marinir TNI AL Dia menjadi ajudan presiden Sukarno tahun 1960-1967.
Ktut yang datang bersama Dewi A. Rais Abin, disambut hangat oleh Bung Karno. Terjadilah perbincangan kecil yang sempat direkam oleh Dewi dalam bukunya, Hidajat: Father, Friend and A Gentleman.
"Ktut, nowadays we have Old Order and New Order! (Ktut, sekarang ini kita memiliki dua masa: Orde Lama dan Orde Baru!)" ujar Bung Karno secara tiba-tiba.
"I don’t mind Bung, whatever there is Old Order or New Order as long as there is order (Mau Orde Lama atau Orde Baru, selama ada tata tertib dan ketentraman, itu tidak masalah Bung)" jawab Ktut.
Pencetus Awal Istilah Orde Baru
Sesungguhnya istilah Orde Baru mulai dimunculkan dalam Musayawarah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada 17-21 Juli 1966. Para mahasiswa pro tentara itu menyebut sebuah istilah yang mengacu kepada suatu sistem atau cara berpikir, bersikap dan bertindak yang selaras dengan aspirasi perjuangan dan perkembangan masyarakat serta nilai-nilai peradaban manusia. Sistem itu bernama Orde Baru.
Orde Baru adalah lawan dari Orde Lama. Itu nama sebuah sistem atau cara berpikir, bersikap dan bertindak yang tidak sesuai dengan aspirasi perjuangan dan perkembangan masyarakat serta nilai peradaban manusia, kata para aktivis KAMI.
Kurang lebih satu bulan kemudian, Seminar Angkatan Darat (AD) di Bandung mengangkat isu itu sebagai tema. Lewat pidato Jenderal Soeharto sendiri, pihak tentara mulai menghembuskan istilah itu sebagai orde yang harus didukung penuh.
Menurut jurnalis senior Jopie Lasut, awalnya istilah 'Orde Baru' sendiri terlontar dari mulut Jenderal A.H. Nasution. Sebutan itu dimunculkan guna membedakan dengan Orde Lama yang merupakan orde pemerintahan Sukarno.
"Orde Baru terbentuk dengan dukungan generasi muda dan sebagian tentara yang tidak mau melanjutkan Demokrasi Terpimpin…" ungkap Jopie Lasut dalam bukunya, Kesaksian Seorang Jurnalis Anti Orde Baru: Malari melawan Soeharto dan Barisan Jenderal Orde Baru.
Jenderal Nasution sendiri tak pernah mengakui secara tegas bahwa istilah Orde Baru adalah ciptaannya. Dia malah menyebut, istilah Orde Baru dan Orda Lama mulai populer dalam sidang-sidang yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada awal 1967.
"Orde lama sebagai yang menyelewengkan UUD dan Orde Baru sebagai pengoreksi," ungkap Nasution dalam otobiografinya, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 7: Masa Konsolidasi Orde Baru.
Sama-Sama Otoriter
Layaknya 'pemain baru', di awal kekuasannya Orde Baru berjanji akan membangun suatu ekonomi rakyat dan meningkatkan taraf hidup, kesehatan, pendidikan serta kesejahteraan. Nyatanya satu dasa warsa kemudian, janji itu memang terwujud namun sonder peningkatan taraf pendidikan dan kesejahteraan.
Sebaliknya dari sisi kebebasan berekspresi (terutama ekspresi politik), menurut Jopie Lasut, pemerintahan Orde Baru tidak lebih baik dibandingkan pemerintahan Orde Lama. Bukan rahasia lagi jika Jenderal Soeharto dikenal sebagai penguasa yang tak memiliki toleransi terhadap para pengeritiknya.
"Dalam waktu beberapa tahun, elite Orde Baru yang intinya terdiri atas faksi militer yang didukung oleh sekelompok kecil sipil terbukti telah banyak mengasingkan sekutu aslinya," ungkap Jopie.
Pendapat Jopie berkelindan dengan pengamat politik dan militer Indonesia Ulf Sundhaussen. Dalam bukunya, Politik Militer Indonesia 1945—1967: Menuju Dwifungsi ABRI, Ulf menilai sesungguhnya Orde Baru dan Orde Lama memiliki watak otoriter yang sama. Bedanya, yang satu memakai strategi yang “berapi-api”, yang satu lagi menggunakan cara yang “lebih lunak dan berhati-hati”. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Militer ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.
Baca SelengkapnyaTritura sendiri merupakan momentum perpindahan dari masa pemerintahan Orde Lama (Soekarno) menuju Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.
Baca SelengkapnyaOrde Baru dapat didefinisikan sebagai suatu penataan kembali kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia berlandaskan dasar negara indonesia.
Baca SelengkapnyaIstilah "Tritura" merupakan singkatan dari "Tri Tuntutan Rakyat" (Tiga Tuntutan Rakyat).
Baca SelengkapnyaPada tahun 1950-an hingga 1960-an, Presiden Soekarno sedang gencar memberikan beasiswa kepada para mahasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Baca SelengkapnyaSejumlah pers diberedel pada masa Orde Baru karena mengkritik pemerintah.
Baca SelengkapnyaOrba tidak merasa puas memakamkan Bung Karno di Blitar untuk menjauhkan rakyat.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaHendro pun mengkritisi pihak-pihak yang bermoral rendah.
Baca SelengkapnyaBanyak kisah-kisah lucu yang mengundang senyum di awal kemerdekaan. Berikut beberapa di antaranya.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo atau Jokowi enggan menanggapi sindiran Megawati.
Baca Selengkapnya