5 Fakta Bedil Lodong, Meriam Bambu Khas Sunda yang Terinspirasi Penjajah Portugis
Merdeka.com - Di Bulan Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri terdapat tradisi khas yang selalu dimainkan oleh para remaja dan anak-anak di tanah Sunda. Tradisi tersebut sudah berlangsung secara turun-temurun dan merupakan pengganti petasan. Tradisi permainan ini terbuat dari bambu dan karbit bernama Bedil Lodong.
Bedil Lodong merupakan permainan petasan tradisional yang sudah mengakar di Jawa Barat. Biasanya, permainan tersebut popular di Kawasan Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Bandung hingga Sumedang dan selalu menggema saat malam takbir tiba.
Terinspirasi Bangsa Portugis
-
Kenapa Bleduran jadi tradisi Ramadan di Betawi? Konon, bleduran sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi hiburan rakyat yang murah meriah.
-
Apa yang unik dari tradisi ramadan di Indonesia? 'Meski terbiasa melihat komunitas Muslim di Manila (Filipina), kemeriahan tradisi berpuasa lebih terasa ketika saya berada di Indonesia,' katanya, Jumat (5/4) mengutip ANTARA.
-
Siapa saja yang merasakan keunikan tradisi Ramadan di Indonesia? Sejumlah mahasiswa asing yang tengah belajar di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, mengaku menikmati momen Ramadan tahun ini.
-
Apa tradisi unik jelang Iduladha di Banyuwangi? Tradisi masyarakat Suku Osing yang unik di Desa Kemiran, Glagah, Banyuwangi Tradisi ini dilaksanakan dengan menjemur kasur bersamaan di depan rumah.
-
Bagaimana cara orang Betawi merayakan Iduladha? Biasanya orang Betawi merayakan Iduladha dengan memasak menu tradisional atau menjadi “Haji Gusuran“. Momen Iduladha atau lebaran haji menjadi hal yang ditunggu oleh banyak orang, tak terkecuali masyarakat Betawi. Mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan meriah sebagai sarana berkumpul bersama sanak saudara.
-
Apa Tradisi Bada Riaya itu? Tradisi itu dinamakan Bada Riaya. Tradisi itu dilaksanakan setelah mereka melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan.
Sejarah Bedil Lodong yang terinspirasi dari Bangsa Portugis/Wikipedia ©2020 Merdeka.com
Bedil Lodong atau Bebeledugan (dalam Bahasa Sunda) sudah banyak dipakai sebagai sarana hiburan sejak masa penjajahan Bangsa Portugis pada tahun 1500-an.
Awalnya, para masyarakat di Jawa Barat penasaran dengan senjata gerobak besar yang memiliki lubang panjang dan menghasilkan bola besi panas menggelegar. Setelah itu, masyarakat mulai membuat hal serupa dengan benda-benda sederhana yang terdapat di sekitar tempat tinggal seperti bambu.
Identik dengan Perayaan Hari Besar
Yang menarik dari permainan Bedil Lodong adalah selalu dilakukan di waktu-waktu tertentu seperti Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.
Masyarakat, terutama kalangan remaja dan anak-anak berupaya mewujudkan rasa kebahagiaan mereka dengan menyulut mercon tradisional tersebut. Dari suara dentuman yang dihasilkan, dipercaya masyarakat akan menambah kemeriahan dari suatu perayaan.
Selain itu, permainan bedil bambu memiliki sifat edukatif karena mengandung nilai kreativitas untuk menciptakan alat. Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, bedil bambu juga mengandung nilai juang berdasarkan sejarahnya dalam membela bangsa dan negara.
Tradisi Khusus di Beberapa Wilayah Jawa Barat
Humas Provinsi Jawa Barat ©2020 Merdeka.com
Bedil Lodong juga pada perkembangannya sudah menjadi sebuah tradisi dan budaya khusus dari suatu wilayah terutama di Kawasan Jawa Barat. Untuk mengukuhkan tradisi ini, beberapa wilayah selalu melaksanakan Bedil Lodong secara meriah.
Seperti yang dikutip dari sukabumiupdate.com, tradisi Bedil Lodong selalu dilaksanakan secara meriah dan dibunyikan secara serempak saat malam takbir tiba.
Menurut salah satu warga Desa Kebon Pedes, Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, bernama Muhamad Riyan (34 tahun) perang bedil lodong dilaksanakan setiap malam takbiran serta sudah secara turun menurun. Setiap kali perang lodong jumlah Lodong bisa sampai ratusan buah.
"Lebaran tahun lalu warga sekitar mempersiapkan sekitar 250 buah lodong di lima titik di Kampung Sasagaran dan kebon Pedes," ungkap Riyan dilansir dari sukabumiupdate.
Mengalami Perkembangan
Semakin berkembangnya zaman, Bedil Lodong pun mengalami pergeseran budaya. Saat ini, bahan untuk membuat Bedil Lodong sudah banyak yang tidak menggunakan bambu lagi. Di beberapa daerah, Bedil Lodong sudah ada yang menggunakan pipa paralon bekas dengan alat pemicu suara dentuman berasal dari cairan spirtus.
Selain itu, ada pula yang membuat Bedil Lodong dari kaleng susu bekas berukuran besar dan botol plasik besar bekas air mineral. Lalu, ada juga bisa diisi oleh air maupun minyak tanah dan karbit.
Dijadikan Festival Tahunan di Sumedang
Kemendikbud ©2020 Merdeka.com
Beberapa tahun lalu, Kota Sumedang mengadakan festival tahunan yang diselenggarakan tiap datangnya Bulan Ramadan. Festival itu tak jauh-jauh dari tradisi Bedil Lodong.
Seperti yang dilansir dari Liputan6, sebanyak 80 anak di Kabupaten Sumedang mengikuti festival tahunan Bedil Lodong. Festival tersebut diselenggarakan setiap tahun hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri dan puncaknya dilaksanakan pada malam takbiran.
(mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Konon anak-anak Betawi dulu sering melihat meriam Belanda dan mempraktikkan cara menggunakannya di bleduran.
Baca SelengkapnyaBerbagai macam perayaan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad di tiap daerah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi berbagai daerah, perayaan hari raya Idul Adha disambut meriah dengan berbagai tradisi.
Baca SelengkapnyaLemang merupakan hidangan tradisional yang terbuat dari beras ketan yang dikukus dalam bambu.
Baca SelengkapnyaTradisi Lebaran bukan cuma soal mudik dan makan ketupat. Di berbagai daerah banyak sekali tradisi dilakukan secara turun temurun dan hanya ada saat Lebaran.
Baca SelengkapnyaAlat musik yang dimainkan dengan cara dipetik mirip gitar ini sudah menjadi identitas kebudayaan Melayu yang berkembang di daerah Riau.
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaBodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaSebuah bentuk kesenian tradisional rakyat Melayu ini menciptakan ruang bagi berkumpulnya masyarakat dari berbagai kelas.
Baca SelengkapnyaMasyarakat akan dihibur dengan gending banyuwangen sebelum mendengar ajakan untuk bangun sahur
Baca SelengkapnyaKenalan lebih dekat dengan tradisi Papajar untuk menyambut bulan suci Ramadan ala masyarakat Sunda.
Baca Selengkapnya