5 Fakta Ciptagelar, Kampung Adat di Sukabumi yang Miliki Stasiun TV Sendiri
Merdeka.com - Kampung adat biasanya sangat memegang teguh unsur tradisional dalam setiap lini kehidupannya. Biasanya di Kampung Adat juga jarang sekali masyarakat yang terlibat aktif dan hidup beriringan dengan teknologi.
Namun berbeda dengan yang terjadi di Kampung Adat Ciptagelar. Sebuah Kampung Adat yang berada kaki Gunung Halimun, tepatnya di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kampung Adat yang terkenal dengan tradisi pertaniannya ini justru hidup harmonis dengan memanfaatkan teknologi sebagai media literasi di sana.
Memiliki Stasiun TV Lokal
-
Kenapa warga Kampung Cinungku butuh listrik? Warga Cinungku menginginkan listrik untuk menunjang pekerjaan mereka. 'Keluhannya listrik, pak, belum ada di sini mah. Jadi listrik maksudnya, itu kwh-nya pada jauh. Jadi saya kerja juga nggak kuat sama mesinnya. Apalagi sama sanyo, sama mesin saya,'
-
Apa yang unik di Kampung Ciburial? Ini yang tak kalah unik, yakni pertunjukan seni wayang tradisional dengan bahan utamanya sayur mayur.
-
Mengapa Kasepuhan Ciptagelar bisa menjadi contoh bagi desa lain? Kemandirian energi masyarakat Ciptagelar sepatutnya bisa jadi contoh bagi desa-desa lain. Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih memegang adat dan tradisi yang diwariskan leluhur.
-
Bagaimana Kampung proklim Sukasari diolah? Kemudian, kampung ini juga secara kolektif melakukan pengolahan sampah untuk pupuk organik, didampingi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.
-
Bagaimana listrik di Sumber Kapong dihasilkan? Berbekal pengetahuannya tentang manfaat air sebagai penghantar energi, ia kemudian membuat kincir air di sungai kecil dekat permukiman.
-
Apa yang dihasilkan Kampung proklim Sukasari? Hasilnya, Kampung Sukasari jadi lebih hijau, dan teduh karena banyak dijumpai pepohonan walau letaknya di tengah kota.
©2020 Merdeka.com
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kampung Adat yang masih memegang teguh kearifan serta tradisi lokalnya ini ternyata sudah akrab dengan teknologi. Salah satu hasil yang berada di Ciptagelar adalah hadirnya CIGA TV atau Ciptagelar Televisi.
CIGA TV merupakan stasiun televisi yang berdiri di tahun 2008 dan menayangkan khusus kegiatan adat serta aktivitas sosial kemasyarakatan di Kampung Adat Ciptagelar. Abah Ugi Sugriwa Raka Siwi (34) yang merupakan pemimpin adat di Kampung Ciptagelar menjelaskan jika masyarakat Ciptagelar juga perlu untuk mendapatkan informasi dari luar dan mengetahui seputar kegiatan serta kebudayaan di Kampung Ciptagelar sehingga jadi lebih menarik.
“Ini dibuat untuk menyeimbangkan saluran televisi lain yang masuk ke seni. Stasiun TV nasional jarang memperlihatkan kearifan lokal. Kita kasih TV muatan lokal. Warga senang.” Tutur Abah Ugi via Kemendikbud.go.id.
Menampilkan Kebudayaan Khas Ciptagelar
Yoyo sedang mengedit konten untuk ditayangkan di Ciga Tv
Akun instagram Dreedix ©2020 Merdeka.com
Dilansir dari Akun YouTube Dreedix, Senada dengan Abah Ugi, Yoyo Yogasmana selaku pelaksana Ciga Tv menjelaskan jika konten konten yang diangkat oleh Ciga TV mengikuti dengan musim yang sedang terjadi di Kampung Ciptagelar.
Salah satu konten yang rutin adalah Masa Pertanian. Menurut Yoyo, dalam masa pertanian ini terdadat beberapa musim seperti musim penanaman yang berdurasi 3 bulan, lalu mipit atau panen, lalu mengurus hasil panen hingga puncaknya di Seren Taun.
"Dari beberapa musim tersebut, Ciga TV membuat konten seperti kegiatan pertanian hingga keseharian kehidupan para petaninya. Tujuannya jelas memperkenalkan tradisi tani dari Kampung Ciptagelar," ujar Yoyo.
Memiliki Radio Swara Ciptagelar
Selain memiliki Stasiun TV, Kampung Adat Ciptagelar juga memiliki Radio yang sudah ada sejak 2004 silam. Yoyo menjelaskan, untuk radio sendiri hampir sama dengan Ciga TV, namun lebih banyak ke obrolan masyarakat sekitar, cuap-cuap dan menceritakan kehidupan masyarakat adat Ciptagelar.
Menurut Yoyo, pada 2018 lalu Radio Swara Ciptagelar sudah mendapat lisensi dari Diskominfo Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan sudah menjadi radio yang komersial. Namun, menurut Yoyo, tetap unsur utama dari kedua media hiburan di Kampung Ciptagelar tersebut adalah kontennya 60 persen harus budaya lokal, sisanya merupakan konten dari luar. Kanal TV dan Radio di Ciptagelar juga banyak menampilkan kearifan lokal budaya Nusantara.
Menggunakan Tenaga Listrik dari Air
Turbin listrik di Kampung Adat Ciptagelar
mongabay.co.id ©2020 Merdeka.com
Terkait penerangan dan sumber listrik, Kampung Adat Ciptagelar pun sudah terbilang maju. Menurut Abah Ugi via Situs Kemendikbud, menyebutkan jika di Kampung Adat Ciptagelar sudah menggunakan pembangkit listrik dari turbin dan solar untuk bahan bakar penggerak.
Abah Ugi lah yang memperkenalkannya, mengingat ia pernah mengenyam bangku Pendidikan di salah satu universitas di Bandung tentang elektrik sehingga, masyakarakat Ciptagelar bisa akrab dengan teknologi dan penerangan listrik yang fungsional.
Mempertahankan Tata Cara Menanam Padi
©2019 Merdeka.com/Imam Buhori
Walaupun secara teknologi Kampung Adat Ciptagelar sudah terbilang maju, namun untuk urusan sinergisitas dengan alam mereka wajib mepertahankannya. Salah satu titipan leluhur yang wajib dijalankan oleh warga Kasepuhan Ciptagelar, adalah mempertahankan budaya menanam padi.
Via situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, di Ciptagelar terdapat 168 varietas padi yang ditanam secara turun-temurun. Pola penanamannya pun harus tetap secara tradisional, tanpa menggunakan tractor maupun pupuk kimia.
Ada dua pola penanaman, yaitu di huma (ladang) dan sawah. “Untuk bersawah kita baru kenal kira-kira 300 tahun lalu. Aslinya kita menanam padi di ladang,” jelasnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak enam belas gubug produksi pandai besi menjadi pemandangan unik di kampung tersebut.
Baca SelengkapnyaDi era modern saat ini ternyata di Indonesia masih ada salah satu kawasan yang tidak dialiri listrik.
Baca SelengkapnyaBerada di ujung Tasikmalaya, daerah tersebut nampak dikelilingi hutan belantara.
Baca SelengkapnyaKampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca SelengkapnyaKampung Cihaur jadi daerah dengan kearifan lokal Sunda dan keramahan warganya yang masih kuat.
Baca SelengkapnyaOrang-orang Sunda yang tinggal di kampung tersebut sudah ada sejak sebelum era kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaKampung ini turut ditunjang dengan jalan beton yang membelah sawah dan estetik.
Baca SelengkapnyaKampung adat ini masih menjalankan tradisi leluhur
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di sana sudah diwariskan secara turun-temurun
Baca SelengkapnyaBahkan, listrik yang dikelola oleh Bumdes setempat adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaHamparan kebun teh mengelilingi kampung itu dan di ujungnya terlihat jelas Gunung Sindoro yang tinggi menjulang.
Baca SelengkapnyaUntuk saat ini turbin tidak bisa beroperasi karena terkendala kemarau
Baca Selengkapnya