5 Potret Rumah Baca Jeung Sajabana dan Gerakan Literasi Sunda Uwak Sas
Merdeka.com - Mamat Sasmita (69) atau yang akrab disapa Uwak Sas, pria asal Bandung Jawa Barat ini selalu semangat dalam mengembangkan geliat literasi di Kota Bandung. Sejak Februari 2004 silam Ia berupaya mendirikan rumah baca berbahasa sunda bernama Jeung Sajabana sebagai perpustakaan keluarga yang lalu berkembang untuk kalangan luas.
Dilansir dari halaman Liputan6.com rumah baca yang beralamat di Jalan Margawangi VII No 5 Kota Bandung tersebut telah memiliki 7800 koleksi buku. Koleksi bukunya dari cerita anak, cerita budaya, pantun, sejarah, hingga berbagai kumpulan novel, sastra pendek dan roman pop Ia koleksi.
Mengumpulkan Buku Sejak Masa SMA
-
Dimana Bambang Pramujati menimba ilmu? Biasanya Kota Yogyakarta jadi tujuan para pelajar menuntut ilmu. Pramu yang lahir di Yogyakarta pada 3 Desember 1969 justru meninggalkan kota pelajar demi menimba ilmu di Kota Surabaya.
-
Siapa penggagas program Sastrawan Masuk Sekolah di Medan? Kiprah terbesar Damiri Mahmud dalam dunia sastra di Medan adalah menyusun program Sastrawan Masuk Sekolah di Medan dan sekitarnya pada tahun 1976.
-
Mengapa penulis makalah membahas ragam Sumut? Makalah biasanya berisi tentang sajian dari hasil suatu penelitian. Karena itu penulisannya harus runtut dan sistematis. Hal ini agar makalah tersebut mudah dimengerti oleh siapa pun yang membacanya.
-
Bagaimana kata-kata lucu membantu Maba di Sumut? Kata-kata lucu dapat menjadi jembatan yang menghubungkan maba dengan teman-teman sekelas atau sesama mahasiswa. Tertawa bersama bisa mempererat ikatan sosial dan menciptakan perasaan kebersamaan, yang sangat penting dalam membangun jaringan pertemanan di lingkungan kampus.
-
Kata-kata lucu apa yang sering diucapkan Maba di Sumut? Kata-kata lucu dapat menjadi jembatan yang menghubungkan maba dengan teman-teman sekelas atau sesama mahasiswa. Tertawa bersama bisa mempererat ikatan sosial dan menciptakan perasaan kebersamaan, yang sangat penting dalam membangun jaringan pertemanan di lingkungan kampus. Berikut kata-kata maba lucu1. “Selamat datang di dunia tugas menumpuk dan tidur telat, maba!“, 2. “Maba: Mahasiswa Baru atau Mahasiswa Bingung?“, 3. “Dulu masuk kuliah biar nggak ada PR, sekarang ketemu tugas tiap hari. Selamat ya, maba!“, 4. “Kuliah itu berat, biar aku saja yang menanggung. Eh, maksudnya kita sama-sama menanggung, ya!“, 5. “Maba, hati-hati: dosen galak sudah menunggu!“, 6. “Satu semester pertama: bingung, semester kedua: masih bingung.“, 7. “Selamat ya maba! Resmi jadi anak kos yang makan mie instan setiap hari.“, 8. “Jangan terlalu senang dulu, maba. Ospek baru pemanasan!“, 9. “Kuliah online itu enak, kata siapa? Maba, mari kita curhat!“, 10. “Maba dan tugas kuliah, bagai langit dan bumi. Selalu ada, tapi nggak pernah ketemu.“, 11. “Maba, selamat datang di dunia di mana tidur siang jadi mitos!“, 12. “Hati-hati maba, jangan sampai bingung mau jadi mahasiswa atau atlet lari ngejar deadline.“, 13. “Ketika maba merasa pintar, datanglah ujian yang menyadarkan.“, 14. “Maba yang bijak, tahu kapan harus tidur... tapi tetap begadang.“, 15. “Maba, jangan khawatir kalau tugas numpuk, kita semua juga begitu kok!“.
-
Siapa sastrawan asal Semarang yang tinggal di Sekayu? Di Kampung Sekayu, juga terdapat rumah sastrawan asal Semarang, NH Dini, yang karyanya mendunia.
Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Uwak Sas sudah terbiasa mengumpulkan beberapa koleksi buku sejak Ia duduk dibangku SMA. Sejak itu Ia memiliki beberapa koleksi buku untuk kebutuhan belajarnya di sekolah lalu berlanjut hingga bekerja di luar kota.
Berawal dari Kerinduan Saat Merantau di Luar Kota
Uwak Sas sendiri dahulu merupakan seorang pegawai salah satu instansi pemerintahan. Ia pun sering berpindah pindah ke luar kota seperti Pontianak, Jambi, Papua, Lombok, Bali hingga Flores selama kurang lebih 32 tahun.
Ia menjelaskan bahwa, kebanyakan buku yang Ia miliki berasal dari luar Bandung, sekitar 32 tahun bekerja tiga perempatnya justru dari luar kota. Agak repot memang jika harus membawa buku kesana kemari tapi itu dilakukan demi melepas kerinduan terhadap kampung halamannya.
Ia pun menambahkan jika membaca buku-buku seputaran budaya serta bahasa sunda merupakan salah satu cara yang bisa ia lakukan untuk mengobati rindu akan kampung halaman. Pada saat berada di luar kota ada semacam kerinduan terhadap bahasa ibu, sehingga saya sering pesan ke orang rumah untuk dibelikan buku atau berburu sendiri jika sedang pulang ke kampung halaman.
Menjawab Kebutuhan Buku di Bandung
Inisiatif Uwak Sas dalam mendirikan Rumah Baca Jeung Sajabana berawal saat Ia menjadi seorang moderator di komunitas KUSNET (Komunitas Urang Sunda di Internet) di tahun 2000an. Saat kegiatan diskusi tersebut banyak yang menanyakan perihal sulitnya mencari buku berbahasa Sunda.
"Waktu itu banyak yang bertanya, kok nyari buku Sunda kok susah ya. Sejak saat itu saya menganggap bahwa ada yang perlu dilakukan. Okelah kalau ada yang perlu mencari buku dalam bahasa Sunda atau tentang Sunda, perpustakaan keluarga saya itu dibuka untuk umum. Jadi rumah baca ini dari situ titik mulanya," jelas Uwak.
Sejak Februari 2004 lah Rumah Pribadi Uwak dijadikan perpustakaan umum dan diberi papan nama seusai kembali bekerja di kampung halaman.
Di rumah buku milik Uwak juga tidak hanya menyediakan buku berbahasa Sunda. Melainkan buku umum pun Ia siapkan sebagai alternatif kebutuhan buku yang dibutuhkan oleh masyarakat luas.
Koleksi Buku Uwak Sas
Untuk ukuran Rumah Baca koleksi buku yang dimiliki oleh Uwak terbilang lengkap termasuk seputar sejarah dan kebudayaan Sunda. Yang menarik dari koleknya tersebut tidak hanya selalu berbahasa Sunda tetapi ada juga yang berbahasa Inggris, Perancis, Indonesia dan Belanda.
Salah satu koleksi Uwak Sas yang menarik adalah Kisah Bandung Tempo Dulu (Sudarsono), atau Buku Bandung Purba (T Bachtiar) serta Bandung Tempo Doeloe karya mendiang Haryono Kunto pun tersimpan di lemari buku miliknya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya Uwak Sas juga merupakan penggemar karya sejarah. Banyak koleksi antik seputar sejarah yang Ia koleksi seperti, Priangan I IV Karangan De Haan, juga Gedenkboek der Nederlandsch Indische Theecultuur dan Buku Kenangan Sejarah Perusahaan Teh di Indonesia. Semuanya Ia koleksi di rak buku yang hampir menyentuh langit langit rumah.
Koleksi Kamus yang dimiliki oleh Uwak pun terbilang langka, termasuk kamus sunda yang sudah sangat jarang ditemui sampai kamus sunda yang tertua adalah kamus sunda sejak tahun 1862 (kamus sunda -inggris) Jonathan Rigg.
Menggiatkan Semangat Literasi Sunda
Uwak Sas dan putrinya bernama Rachma Firstriani akan berupaya menggiatkan kegiatan literasi melalui Rumah Baca Jeung Sabana. Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan Rachmah adalah dengan melakukan kegiatan workshop.
Ia berencana untuk menggelar kegiatan workshop di rumah baca keluarganya tersebut. "Kalau lagi ada diskusi saya suka ikut juga ya, kadang teman-teman juga diajak ke sini. Sebetulnya sudah ada rancangan menggelar workshop di tahun ini," kata perempuan lulusan seni kriya di Kampus Universitas Telkom itu.
Liputan6.com 2020 Merdeka.com (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria berdarah Batak ini sudah malang melintang di dunia sastra maupun jurnalistik yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Baca SelengkapnyaSosok dalam batu ini memakai pallium, kain keagamaan yang dikenakan oleh paus dan uskup agung.
Baca SelengkapnyaRumah Dewi Gita berada di daerah Buah Batu, Bandung. Dewi Gita tinggal bersama sang ibunda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Begini penampakan kampung Sunda Kristen di Lembang, Bandung. Ternyata menyimpan banyak sejarah.
Baca SelengkapnyaLahir di Tarutung, Tapanuli, Sumatra Utara pada 26 Agustus 1914, Albert sudah menekuni dunia jurnalistik sejak usianya menginjak remaja.
Baca SelengkapnyaJembatan tampak usang dan hanya menyisakan dinding pondasi dengan tiga lorong cincin di bawahnya. Struktur mengalami pelapukan hingga dipenuhi semak belukar
Baca SelengkapnyaArie Untung dan Fenita memiliki sebuah rumah yang begitu megah dan mewah di tengah Jakarta.
Baca SelengkapnyaDikenal tajir melintir, eks manajer persib Bandung Umuh Muchtar ikut memeriahkan peringatan HUT Bhayangkara ke-78 di Gedung Sate.
Baca SelengkapnyaTak muluk-muluk, di usia senjanya ia ingin menyaksikan Kota Bandung yang bersih dan indah seindah julukan Kota Kembang
Baca Selengkapnya