Bikin Pondasi Awet, Ini Alasan Warga Sunda Tempo Dulu Bangun Rumah Berbentuk Panggung
Merdeka.com - Bangunan rumah bagi masyarakat Sunda tempo dulu tak hanya sekedar naungan untuk bertahan hidup. Namun di luar itu, bentuk khasnya memiliki nilai yang bersifat melindungi bagi sang pemilik.
Kosmologi itu yang kemudian dipraktikkan secara turun-temurun, sehingga melahirkan bentuk bangunan khas menyerupai panggung yang saat ini bisa kita jumpai di kampung-kampung adat Jawa Barat seperti Desa Sinaresmi, Kanekes Baduy hingga Desa Adat Ciptagelar.
Dalam sebuah kesempatan, Abah Asep Nugraha, selaku pimpinan Desa Adat Sinar Resmi di Kabupaten Sukabumi membeberkan sejumlah alasan mengapa masyarakat Sunda (khususnya di masa lalu) kerap mendirikan rumahnya dengan bentuk panggung. Melansir dari berbagai sumber, Kamis (16/9), berikut informasi selengkapnya.
-
Kenapa Orang Sunda membangun rumah panggung? Dari sana, lahirlah rumah panggung sebagai salah satu solusi mitigasi ala masyarakat Sunda kuna, termasuk untuk mengantisipasi banjir dan hewan buas masuk ke dalam rumah.
-
Kenapa Rumah Apung dibangun di Bangsring? Terletak di tengah laut, rumah apung ini merupakan keramba untuk penangkaran ikan dan penyu.
-
Kenapa Rumah Apung Tambaklorok dibuat? Rumah yang dibangun dengan anggaran Rp1 miliar itu merupakan eksperimen dari Kementerian PUPR.
-
Mengapa penduduk desa purba membangun rumah panggung di atas danau? “Membangun desa (permukiman) dalam bentuk panggung itu pekerjaan yang kompleks, sangat rumit, sangat sulit, dan penting untuk memahami mengapa orang-orang ini membuat pilihan ini,“ jelas Adrian Anastasi dari Institut Arkeologi Albania (AIA).
-
Dimana orang Sunda membangun rumah tahan gempa? Dari sana, komunitas tersebut berupaya membangun rumah dengan menyesuaikan topografinya sehingga bisa tahan saat terjadi bencana alam.
-
Kenapa Imah Saba Budaya dibangun? Sebelum berinteraksi lebih dalam, agaknya tempat ini media pengenalan kepada para wisatawan agar bisa memahami kebudayaan serta tradisi yang melekat di Baduy.
Membuat Bangunan Awet
Rumah panggung Sunda
Facebook Kampung Tajur ©2020 Merdeka.com
Menurut pemimpin adat generasi ke-10 di Kampung Sinar Resmi tersebut, rumah dengan konsep panggung secara tidak langsung akan membuat bangunannya menjadi lebih awet dan tahan lama.
Lebih lanjut Abah Asep mengatakan bahwa bangunan rumah panggung akan menjadi lokasi favorit bagi hewan-hewan ternak seperti ayam hingga bebek untuk tinggal. Saat itu, mereka akan memakan rayap yang menggerogoti pondasi kayu sehingga terhindar dari kerusakan.
“Jadi ayam itu bisa jadi sebagai ‘obatnya rumah’ kenapa disebut demikian? Karena di mana ada rayap yang memakan bagian kayu di rumah pasti akan dimakan oleh ayam. Itu akan membuat rumah jadi tahan lama,” terang abah Asep, dalam wawancaranya di kanal YouTube Teluh Jampang Channel.
Mencegah Air Masuk ke Dalam Rumah
Kemudian, alasan berikutnya rumah masyarakat Sunda zaman dahulu dibuat panggung untuk melindungi bangunan agar tidak dimasuki air hujan.
Mengutip jurnal Arsitektur Zonasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang ditulis oleh Nuryanto (2021) berjudul “Fungsi Bentuk dan Makna Atap Imah Panggung Sunda” makna ketahanan bangunan juga bisa dilihat dari bentuk atapnya.
Jika diperhatikan, di setiap rumah panggung khas Jawa Barat terdapat bentuk atap yang unik dengan fungsinya untuk mempercepat aliran air jatuh ke bawah. Beberapa bentuk yang kerap dipakai di antaranya “atap Julang Ngapak”, “atap Badak Heuay” hingga “Capit Gunting” dengan kemiringan cukup curam hingga 45°-48° sampai 60°.
Fungsi curamnya atap geometri tersebut dituliskan Nuryanto sebagai upaya untuk mencegah pembusukan struktur kayu dari bangunan, lewat celah-celah air.
Lentur saat Terjadi Gempa
Sementara itu, alasan lain bangunan rumah adat Sunda dibangun dengan struktur panggung agar ketika terjadi gempa rumah tersebut bisa bertahan, dalam arti memperlambat kehancuran bangunan.
Sistem pondasi ikat yang dibuat dari kayu akan bergerak mengikuti pola gempa, sehingga bangunan di atasnya menjadi lebih lentur dan tidak mudah hancur. Hal ini tentu bisa menyelamatkan sang pemilik, setidaknya untuk menyelamatkan diri.
"Rumah mampu bergoyang mengikuti gempa. Selain itu, jika terjadi longsor rumah panggung tidak hancur melainkan mengikuti arah gerak tanah," kata Dosen Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, Sugeng Triyadi beberapa waktu lalu, mengutip dari kanal Mongabay. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah ini memiliki arti badak yang sedang menguap. Rumah Badak Heuay banyak ditemui di Sukabumi, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaWarisan budaya leluhur di Kampung Naga amat menarik untuk dipelajari.
Baca SelengkapnyaRumah persegi empat ini memiliki ciri khas berbentuk panggung dengan tinggi kurang lebih 1 hingga 2 meter yang terletak di Desa Kenali.
Baca SelengkapnyaRumah adat Batak ini menunjukkan bagaimana kehidupan masyarakat yang sebenarnya.
Baca SelengkapnyaRumah adat asal Lampung ini sudah menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki unsur arsitektur unik.
Baca SelengkapnyaWarga di Sempurmayung masih menggunakan rumah adat Sunda sebagai tempat tinggalnya.
Baca SelengkapnyaRumah adat dari Provinsi Sumsel ini berdiri di atas air tepatnya di pinggiran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan Sungai Komering.
Baca SelengkapnyaDi sektor pertanian, masyarakat asli Padang memiliki bangunan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen.
Baca SelengkapnyaRumah milik warga Baduy ini unik dan beda dari yang lain.
Baca SelengkapnyaAturan tersebut bersifat mengikat, dan juga sebagai cara menghormati tradisi masa silam.
Baca SelengkapnyaKampung Cihaur jadi daerah dengan kearifan lokal Sunda dan keramahan warganya yang masih kuat.
Baca SelengkapnyaRumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Baca Selengkapnya