Kisah Golok Ciomas yang Melegenda, Dulu Dipakai Petani sampai Jawara Lawan Belanda
Merdeka.com - Banten telah lama dikenal sebagai tempat lahirnya para jawara. Pada masa lalu, para jawara Banten kerap melawan penjajah menggunakan sebuah senjata bernama golok. Di Kabupaten Serang, terdapat salah satu kecamatan bernama Ciomas yang termasyhur sebagai wilayah penghasil golok.
Golok khas wilayah Ciomas memiliki ciri yang kuat dengan beberapa motif seperti Kembang Kacang, Mamancungan, Candung, dan Salam Nunggal. Golok Ciomas dibuat dari besi bernama Sulakar, yang juga dipakai sebagai bahan pijakan kaki di kereta delman pada masa lampau.
Banyak yang menarik dari senjata tajam yang menyerupai pedang ini. Bahkan hingga sekarang, golok Ciomas masih menjadi buruan para kolektor karena memiliki nilai historis dan magis yang cukup kuat.
-
Bagaimana para jawara banten melawan penjajah? Luar biasanya, para jawara tersebut mampu melawan kekuatan senjata berteknologi tinggi Belanda dan Jepang hanya dengan tangan kosong. Mereka sudah terkenal kebal sejak dulu, melalui ilmu tradisional yang digunakan dengan bijak.
-
Kenapa Banten disebut tanah jawara? Para jawara sebenarnya tidak sendiri dalam melawan para penjajah. Mereka berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
-
Siapa yang menggunakan golok di Betawi? Warga Betawi asli memang secara turun temurun masih mempertahankan warisan leluhur mereka, salah satunya tentang fungsi golok.
-
Apa makna golok bagi warga Betawi? Bagi masyarakat Betawi, golok bukan sekadar senjata pusaka maupun alat untuk membela diri. Golok juga memiliki nilai seni yang kuat dari sisi bahan dan bentuknya.
-
Bagaimana golok digunakan dalam budaya Betawi? Golok menjadi perkakas yang penting bagi masyarakat Betawi sejak zaman dulu. Bagi mereka, golok tak sekadar berfungsi sebagai alat pemotong dan senjata tradisional.
-
Kenapa golok Ciomas dikenal kuat? Kekuatan golok khas Ciomas sendiri sudah terbukti sejak zaman dulu, hingga membuat penjajah ketar-ketir.
Berikut ulasan selengkapnya yang berhasil dihimpun Merdeka.com, Jumat (10/6)
Dipakai Petani Lawan Belanda
©2022 kebudayaan.kemdikbud.go.id/ Merdeka.com
Pada tahun 1888, golok menjadi senjata andalan warga Banten, termasuk di Ciomas, Kabupaten Serang. Pada masa itu, para petani Banten bersatu bersama jawara dan kalangan ulama untuk memukul mundur pasukan penjajah Belanda yang sewenang-wenang.
Mengutip laman Uin Banten, dalam penelitian berjudul “Golok Pusaka Cilegon dalam Dinamika Budaya Banten – Faldi Ahmad (2018) merujuk Halwany Michrob dan Mujahid Chudari, "Catatan Masa Lalu Banten" disebutkan jika peristiwa tersebut sudah diskenario dengan baik.
Rakyat dan kalangan petani yang waktu itu menjalani hidup sehari-hari seperti biasa tidak dicurigai Belanda lantaran dianggap tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Namun rupanya Belanda salah sangka, karena para petani justru telah menyiapkan golok-golok yang diselipkan ke pinggang dan terhalang oleh pakaian hingga pemberontakan pun tak terhindarkan.
Menjadi Pajangan di Banyak Rumah Warga Banten
Sebagai upaya kewaspadaan, banyak warga di Banten yang memajang golok di dalam rumahnya. Disebutkan jika alat tersebut bisa menjadi salah satu medium untuk menangkal serangan musuh atau orang yang berniat jahat saat bertamu ke rumah si pemilik.
“Makanya tidak heran jika di setiap rumah di 67 daerah Cilegon-Banten itu pasti mempunyai golok untuk berjaga-jaga dari serangan musuh,” tulis penelitian itu.
Bagi sebagian orang yang percaya, Golok Ciomas memiliki kekuatan magis yang bisa membuat musuh gentar. Betapa tidak, kesaktiannya konon bisa melukai siapapun tanpa membukanya. Bahkan kulit manusia yang terkena sabetan dari Golok Ciomas sukar sembuh.
Beralih Fungsi Jadi Perkakas.
Makin ke sini, fungsi golok khususnya yang berasal dari Ciomas kian berubah. Saat ini, alat tersebut banyak dipakai sebagai pajangan dengan nilai sejarah yang tinggi. Selain itu, beberapa jenis golok lain juga banyak dijadikan sebagai alat perkakas semisal untuk membabat tanaman atau rumput.
Merujuk laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, golok banyak membantu pekerjaan sehari-hari, terlebih bagi para petani atau pekebun. Walau demikian, golok juga masih dipergunakan oleh para pesilat sebagai salah satu alat pertahanan diri maupun sebagai alat penyerang.
Golok Ciomas saat ini masih mengakar kuat dengan sejarah di Banten. Karena berdasarkan riwayat yang tumbuh di warga, alat tersebut begitu dengan dengan pertumbuhan dan kejayaan dari Kesultanan Banten. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Golok raksasa di museum tersebut diketahui bernama Nyai Gede. Jika ditotal, beratnya mencapai dua ton, lebar 45 sentimeter, dan panjang tujuh meter.
Baca SelengkapnyaDi kampung Cipari ada puluhan perajin golok dengan metode pembuatannya yang masih tradisional.
Baca SelengkapnyaMasyarakat tak gentar hadapi para tentara Belanda walaupun senjata mereka lebih canggih.
Baca SelengkapnyaPara jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
Baca SelengkapnyaSaat itu, carok jadi strategi penjajah mengadu domba pribumi dengan jagoan kaki tangan mereka.
Baca SelengkapnyaGolok asli setempat dikenal sangat tajam, sehingga bisa dengan mudah merobek benda.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Betawi, golok bukan sekadar senjata tajam, tapi juga punya makna mendalam.
Baca SelengkapnyaSelain identik dengan kuliner Gayamnya, ternyata Gegesik juga dikenal sebagai pelestari budaya lokal, salah satunya berburu tikus.
Baca SelengkapnyaKesenian lebon dijadikan sebagai salah satu tradisi pertarungan jawara antar kampung serta sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.
Baca SelengkapnyaIpar Pangeran Diponegoro ini bikin pihak lawan kewalahan. Bahkan, pihak lawan mengerahkan ribuan pasukan hingga mengadakan sayembara untuk mengalahkan sosoknya.
Baca SelengkapnyaDari Si Pitung sampai pasar bunga terbesar se Asia Tenggara jadi hal yang identik di Rawa Belong Jakarta Barat
Baca SelengkapnyaSenjata yang dipakai para pejuang pun beragam, jauh dari kata modern seperti bangsa barat.
Baca Selengkapnya