Tak Boleh Digunakan Sembarangan, Begini Sakralnya Golok Betawi yang Penuh Filosofi
Bagi masyarakat Betawi, golok bukan sekadar senjata tajam, tapi juga punya makna mendalam.
Bagi masyarakat Betawi, golok bukan sekadar senjata tajam, tapi juga punya makna mendalam.
Tak Boleh Digunakan Sembarangan, Begini Sakralnya Golok Betawi yang Penuh Filosofi
Golok menjadi perkakas yang penting bagi masyarakat Betawi sejak zaman dulu. Bagi mereka, golok tak sekadar berfungsi sebagai alat pemotong dan senjata tradisional. Keberadaan golok begitu penting karena terdapat nilai filosofi dan tak boleh digunakan secara sembarangan.
Warga Betawi asli memang secara turun temurun masih mempertahankan warisan leluhur mereka, salah satunya tentang fungsi golok. Bahkan mereka juga menjadikan golok sebagai pegangan untuk melindungi diri.
-
Kenapa golok Sulangkar dianggap sakral? Bagi masyarakat Banten, golok Sulangkar menjadi senjata tradisional yang sakral. Ini terkait bahan bakunya yang menggunakan besi tua yang disinyalir tetap hidup saat dijadikan bahan golok.
-
Apa itu Golok Sulangkar? Untuk golok berbahan pijakan kuda serta bekas ranjang tua ini dinamakan golok Sulangkar. Pemasarannya masih terbatas di rumah produksi, alias pembeli akan datang langsung ke rumah produksi atau dibawa ke pasar tradisional.
-
Siapa yang mengenalkan wayang golek Betawi? Wayang golek Betawi sebelumnya dikenalkan oleh seniman Tizar Muhammad Purbaya, yang sudah lama menetap di Jakarta jadi penyuka barang antik.
-
Apa itu ketapel Betawi? Ketapel menjadi permainan tradisional yang legendaris di Jakarta.
-
Dimana golok Sulangkar dibuat? Pembuatan golok khas Kecamatan Petir Golok khas Kecamatan Petir atau tepatnya di Desa Seuat memiliki cara yang unik dan dibagi ke dalam dua tahapan.
-
Bagaimana cara membuat golok Sulangkar? Pembuatan golok khas Kecamatan Petir Golok khas Kecamatan Petir atau tepatnya di Desa Seuat memiliki cara yang unik dan dibagi ke dalam dua tahapan. Pertama, besi dari pijakan kuda maupun ranjang tua dikumpulkan dan dipanaskan. Setelahnya besi tersebut ditempa sampai setengah jadi. Kemudian tahap kedua, pengerjaan dilakukan oleh orang berbeda untuk memperhalus golok dan membuat motif serta ukiran di sarungnya. Seluruhnya dikerjakan secara berkelompok oleh warga desa setempat.
Terdapat beberapa jenis golok yang digunakan sesuai fungsinya. Tingginya nilai kesakralan ini kemudian membuat golok khas Betawi memiliki posisi yang istimewa bagi warga setempat.
Seperti apa nilai sakral dan filosofi sebilah golok bagi masyarakat Betawi? Berikut informasi selengkapnya.
Golok jadi Simbol Kewibawaan Pria Betawi
Jika menyaksikan film laga Betawi dengan aksi silat yang mengagumkan, di sana terdapat golok yang disimpan di pinggang pemainnya.
Ini menandakan bahwa golok menjadi salah satu identitas bagi pria Betawi untuk menunjukkan sisi wibawanya.
Mengutip laman Sejarah Jakarta, bukti golok menjadi hal yang melekat adalah munculnya ungkapan “bukan lelaki Betawi namanya kalau tidak memiliki golok”
Ini dipertegas dengan fungsinya yang juga banyak digunakan oleh warga Betawi sehari-hari di kehidupan mereka.
Jenis-Jenis Golok Betawi
Adapun warga Betawi memiliki golok dengan berbagai jenis sesuai fungsinya. Pertama adalah golok gablogan, yang biasanya dimanfaatkan untuk menebang pohon, memotong kayu, dan mengukir benda padat.
Kemudian warga Betawi juga memiliki golok sorenan yang digunakan untuk menyembelih hewan dan membela diri saat terjadi ancaman. Lalu ada golok gobag yang berbentuk pendek dan berujung rata, dengan sisi melengkung di punggungnya.
Selanjutnya ada juga golok ujung turun yang juga sebagai senjata untuk membela diri, atau ditampilkan dalam acara kebudayaan lokal. Terakhir warga Betawi mengenal jenis golok betook yang memiliki fungsi sebagai pengasah dan penyerut benda.
Filosofi Golok bagi Warga Betawi
Bagi masyarakat Betawi, golok bukan sekadar senjata pusaka maupun alat untuk membela diri. Golok juga memiliki nilai seni yang kuat dari sisi bahan dan bentuknya.
Mengutip laman Majalah Jakita yang dikelola Pemprov DKI Jakarta, gagang golok yang berbahan kayu, seringkali dibuat secara nyaman untuk dipegang. Ini menandakan bahwa golok merupakan pegangan hidup agar selamat.
Bilah yang tajam menunjukkan sisi keberanian para jawara Betawi, terutama saat mengusir para penjajah di masa silam.
Terakhir adalah sarung sebagai pembungkus, melambangkan sisi agama dan keyakinan sebagai pembungkus keberanian dalam menggunakannya (golok) di keadaan tertentu yang mendesak.
Golok Bukan untuk Dipamerkan
Dari filosofi gagang, bilah sampai sarung yang terlihat gagah menunjukkan bahwa golok merupakan simbol kelaki-lakian warga Betawi. Terdapat kehormatan di sana, termasuk sebagai pelindung dari mara bahaya.
Namun sisi sarung golok yang menutup rapat bilah, juga penempatannya yang ada di pinggang mengisyaratkan bahwa golok merupakan benda pusaka yang tak boleh dipamerkan.
Golok memiliki fungsi sebagai pelindung, membantu kehidupan sekaligus dapat melukai bagi masyarakat Betawi, sehingga tak boleh sembarangan digunakan, apalagi untuk ajang pamer kekuatan dan keberanian.