Kisah Mbah Asri Jaga Makam Korban Erupsi Krakatau 1883, Ceritakan Dahsyatnya Letusan
Merdeka.com - Mbah Asri merupakan seorang nenek berusia 95 tahun asal Desa Muruy Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Ia merupakan penjaga dan perawat makam korban letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Saat itu disebutkan Mbah Asri, efek letusannya begitu dahsyat, dan berdampak kepada masyarakat di sekitarnya.
Menurutnya, kala itu erupsi besar gunung Krakatau mengakibatkan terjadinya gelombang tsunami di wilayah selat sunda.
Disebutkan, bencana letusan Gunung Krakatau di zaman itu telah menimbulkan korban jiwa hingga kurang lebih 36 ribu warga. Para korban tersebut berasal dari pesisir Pantai Banten dan Lampung. Melansir Merdeka dari ANTARA, Selasa (17/4), berikut kisah selengkapnya.
-
Apa dampak Gempa Bantul? Gempa M 6,4 Bantul berdampak pada sejumlah kerusakan.
-
Apa saja bencana yang mungkin terjadi? Adapun kejadian itu berdampak pada munculnya longsor, guguran bebatuan atau erosi tanah dalam skala menengah, lalu peningkatan volume air sungai dan timbulnya banjir.
-
Kenapa mitigasi bencana penting? Pentingnya mitigasi terletak pada upaya membangun ketahanan masyarakat dan infrastruktur terhadap ancaman bencana. Melalui konsep ini, mitigasi berfungsi sebagai investasi jangka panjang untuk melindungi investasi dan sumber daya manusia.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Bagaimana kerusakan lingkungan menyebabkan bencana? Ulal tangan manusia dapat memengaruhi terjadinya bencana tersebut melalui aktivitas yang merusak lingkungan, seperti illegal logging yang menyebabkan banjir dan tanah longsor, serta pembangunan di daerah rawan bencana alam.
-
Apa saja dampak gempa Bandung? Akibat kejadian ini, sejumlah bangunan rumah dan sekolah di wilayah Pangalengan hingga Kabupaten Garut rusak parah bahkan hancur. Berikut potret dampaknya.
Banyak Korban yang Meninggal di Pengungsian
©2014 Merdeka.com
Saat itu, Desa Muruy menjadi salah satu tempat pengungsian dari para korban erupsi. Banyak di antara para pengungsi yang kondisinya memprihatinkan akibat luka-luka, sakit hingga kerawanan pangan.
Dikabarkan dahsyatnya letusan Gunung Krakatau membuat abu vulkanik meluncur hingga ke Benua Eropa.
Bencana Gunung Krakatau itu juga menyebabkan banyak korban meninggal dunia di lokasi pengungsian di Desa Muruy hingga menjadi bukti sejarah.
Kawasan pemakaman korban letusan Gunung Krakatau hingga kini masih utuh yang ditandai dengan bebatuan. Sehari-hari Mbah Asri menyapukan kawasan tersebut, dan membersihkannya dari sampah agar tetap terjaga.
Pemakaman Sudah Tidak Dikunjungi Keluarga
Diperkirakan jumlah pengungsi korban Gunung Krakatau di Desa Muruy mencapai puluhan orang yang kebanyakan meninggal dunia. Dari jumlah itu, rata-rata merupakan warga Caringin, Labuan.
Pemakaman korban letusan Gunung Krakatau sudah jarang bahkan tidak pernah lagi dikunjungi sanak keluarganya untuk berziarah baik saat Ramadhan maupun menjelang Idulfitri.
Mbah Asri warga asli Muruy mengurus dan merawat makam seluas 1.000 meter persegi itu kebanyakan korban Gunung Krakatau juga sebagian lainnya warga setempat.
Merawat dan menjaga pemakaman itu dengan ikhlas tanpa imbalan, karena merupakan bagian sejarah.
Berharap Bencana Krakatu Tak Terjadi Lagi
Kepada wartawan, Mbah Asri memiliki harapan agar bencana mahadahsyat tersebut tidak kembali terjadi. Hal itu karena dampaknya yang sangat parah terhadap kondisi sekitar. "Letusan Gunung Krakatau cukup dahsyat dan jangan sampai kembali terjadi bencana," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat setempat yang tidak mengharapkan terjadinya bencana tsunami di sekitar pantai Carita, Labuan, Panimbang hingga Sumur seperti pada 2018. Longsoran Gunung Anak Krakatau cukup terakhir.
"Kami berharap saat ini status Gunung Anak Krakatau Siaga Level III tidak menimbulkan bencana, " katanya menjelaskan.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hanya satu catatan terkait letusan Gunung Krakatau yang dibuat oleh orang pribumi. Tulisan itu berjudul “Syair Lampung Karam”.
Baca SelengkapnyaSaat bencana erupsi dan tsunami berlangsung, banyak warga yang berlindung di dekat makam.
Baca SelengkapnyaBegini suara letusan Krakatau pada tahun 1883 yang ledakannya 10 ribu kali lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima.
Baca SelengkapnyaGunung Anak Krakatau kini berada pada status level III atau siaga.
Baca SelengkapnyaSejauh ini ada 10 korban jiwa akibat erupsi gunung api tersebut.
Baca SelengkapnyaTerkait akankah ada erupsi susulan yang lebih besar, PVMBG tidak bisa memprediksi.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini Gunung Krakatau kembali erupsi pada Kamis (7/12) siang dengan tinggi kolom abu vulkanik 1.200 meter di atas puncak.
Baca SelengkapnyaWarga dibuat ketakutan dengan dentuman dan suara gemuruh. Apalagi sampai menimbulkan geteran seperti gempa bumi.
Baca SelengkapnyaKarena erupsi, Ridho bersama dua teman lainnya pun terpisah dari rombongan.
Baca SelengkapnyaLetusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung api paling dahsyat dalam sejarah peradaban modern
Baca SelengkapnyaMasyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunungapi Marapi pada radius 3km dari kawah/puncak.
Baca SelengkapnyaPasca bencana banjir bandang yang menerjang Kabupaten Agam, Sumatera Barat sebuah masjid nampak berdiri sendiri di antara puing-puing bangunan lainnya.
Baca Selengkapnya