Kisah Nabi Hud, Contoh Sempurna Iman dan Tawakal dalam Diri Manusia
Merdeka.com - Salah satu nabi yang wajib umat Islam ketahui adalah Nabi Hud A.S. Kisah Nabi Hud A.S tidak kalah menarik dari kisah-kisah nabi lainnya. Dari kisah Nabi Hud A.S, kita sebagai umat islam bisa mengambil hikmah untuk semakin yakin dengan Allah SWT.
Pada awalnya, setelah peristiwa banjir besar yang melanda kaum Nabi Nuh A.S, beliau masih hidup untuk beberapa tahun sebelum akhirnya meninggal dunia. Kemudian manusia kembali berkembang semakin banyak dari keturunan Nabi Nuh A.S.
Nuh memiliki 4 anak, yang bernama Ham, Sem, Yafet, dan Yam (Kan’an). Karena satu anak Nabi Nuh A.S, yaitu Yam atau Kan’an meninggal akibat tidak mau beriman kepada ayahnya, maka tersisa 3 orang anak. 3 orang inilah yang akhirnya memiliki keturunan di seluruh dunia ini.
-
Siapa nabi yang diutus ke kaum Tsamud? Nabi yang diutus untuk kaum Tsamud adalah Nabi Saleh.
-
Siapa yang ditunjuk sebagai Nabi setelah Nabi Adam? Dapat dikatakan bahwa Nabi Syits menduduki posisi sebagai nabi kedua setelah Nabi Adam AS.
-
Apa yang diminta Nabi Hud dalam doanya? Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku Tuhanmu. Tidak satupun makhluk bergerak yang bernyawa melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sungguh, Tuhanku di jalan yang lurus' (QS Hud, 56).
-
Kenapa garis keturunan Nabi penting bagi umat Islam? Sebagai umat Islam, penting mengetahui silsilah dan garis keturunan Nabi Muhammad SAW.
-
Siapa yang menyampaikan penjelasan Nabi Muhammad SAW tentang Tauhid? Gus Baha menggambarkan bagaimana Nabi, dengan kelembutan dan kecerdasannya, menjelaskan bahwa memiliki satu Tuhan lebih baik daripada memiliki banyak dewa.
-
Bagaimana Nabi Muhammad dihubungkan ke Nabi Adam? Dari silsilah tersebut, semakin membuktikan jika Nabi Muhammad bukanlah orang sembarangan dan bukan berasal dari keturunan sembarangan. Ini terlihat dari beberapa nabi terdahulu yang satu garis keturunan dengan Rasulullah.
Kaum Ad
Ham dikatakan memiliki keturunan suku Qibti di Mesir dan beberapa suku di Afrika. Sem memiliki keturunan orang Persia, Arab, dan Romawi. Sedangkan Yafet memiliki keturunan orang-orang Turki dan Shaqalibah.
Dikatakan bahwa Sem bin Nuh memiliki keturunan dari bangsa Arab yaitu Iram. Iram ini disebutkan Al-Qur’an dalam surat Al-Fajr, memiliki bangunan yang belum pernah dibangun di negeri lain,“(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7),yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8),” (Q.S Al-Fajr: 7-8).
Iram inilah yang memiliki keturunan Kaum ‘Ad, kaumnya Nabi Hud A.S. Kaum ‘Ad sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Kaum ‘Ad keturunan Iram dan satu lagi Kaum Tsamud, yaitu kaumnya Nabi Sholeh A.S.
Kaum ‘Ad tinggal di daerah yang bernama Ahqaf, yang akhirnya menjadi salah satu nama surat di dalam Al-Qur’an. Ahqaf adalah pegunungan dari bebatuan. Letaknya berada di antara Yaman, Oman, dan Hadramaut.
Kaum ‘Ad disebutkan adalah kaum dari bangsa Arab yang pertama kali menyembah berhala dan yang pertama kali dari keturunan Nabi Nuh A.S yang menyembah berhala. Berhala yang mereka sembah ada tiga, yaitu Shada, Shamud, dan Haba.
Kaum ‘Ad memiliki perawakan yang besar dan kuat, di mana mereka dapat mengukir dan membuat bebatuan gunung menjadi tempat tinggal mereka. Bahkan dikatakan ukuran tubuh mereka lebih besar dari kaum sebelumnya.
Mereka juga diberkahi dengan kecerdasan dan kekayaan alam yang melimpah. Namun, yang kurang dari mereka adalah rasa syukur kepada Allah. Bahkan mereka juga berani berlaku sombong dan syirik kepada Allah SWT.
Diutusnya Nabi Hud A.S
Akhirnya Allah SWT mengutus salah seorang dari kaum tersebut untuk meluruskan kembali iman mereka. Diutuslah Nabi Hud A.S oleh Allah SWT untuk membawa pesan kenabian dan mengajak mereka untuk kembali menyembah hanya kepada Allah SWT.
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaum-ku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) Kamu hanyalah mengada-ada’.” (Q.S Hud: 50).
Usaha Nabi Hud A.S dalam berdakwah kepada kaumnya juga tergambarkan dalam ayat berikut:
“Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa (124)? Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu (125), karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku (126). Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam (127). Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati (128), dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal (129)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu lakukan secara kejam dan bengis (130). Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku (131),” (Q.S Asy-Syu’ara: 124-131).
Namun, ajakan Nabi Hud A.S tidak direspon dengan baik oleh kaumnya. Nabi Hud A.S justru mendapatkan dilecehkan, diejek, dan bahkan mendapat ancaman dari kaumnya sendiri. Mereka menjawab dakwah Nabi Hud A.S dengan ejekan.
“Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta" (Q.S Al A’raf: 66)Tapi Nabi Hud A.S menerima ejekan itu dengan sabar dan menjawab:
“Hud berkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam (67). Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu (68)." (Q.S Al A’raf: 67-68).
Nabi Hud A.S terus berdakwah mencoba menyadarkan kaumnya agar kembali beriman. Namun bertahun-tahun melakukan dakwah, hanya sedikit saja dari Kaum ‘Ad yang mau mengikuti ajaran Nabi Hud A.S. Kaum ‘Ad justru semakin tersesat dengan harta dan kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada mereka. Namun, Nabi Hud A.S juga tidak menyerah dan terus berusaha mengajak Kaum ‘Ad untuk kembali beriman kepada Allah.
Usaha Nabi Hud A.S bukannya menyadarkan mereka, Kaum ‘Ad justru membalasnya dengan melakukan kekerasan kepada pengikut Nabi Hud A.S. Bahkan Kaum ‘Ad yang memiliki badan besar dan kuat sampai mengancam akan mencelakai Nabi Hud A.S dan diancam bahwa Nabi Hud A.S akan tertimpa musibah.
Mukjizat Nabi Hud A.S
Sebagian ulama berkata bahwa Nabi Hud A.S, memiliki mukjizat berupa sifat tawakal yang luar biasa. Beliau diancam oleh kaumnya sendiri, yang memiliki perawakan yang besar dan kekar, serta juga diancam akan ditimpakan bahaya oleh sesembahan mereka.
“Kaum 'Ad berkata: "Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu (53). Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu (54)..." (Q.S Hud: 53-54).
Namun, tidak ada terlihat sedikit pun rasa takut dalam diri Nabi Hud A.S setelah menerima ancaman tersebut. Ini karena kuatnya iman dan tawakal yang ada pada diri Nabi Hud A.S kepada Allah SWT.“… Hud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (54), dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku (55). Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu (56)" (Q.S Hud: 54-56).
Tanda Azab Allah SWT
Kaum ‘Ad terus mengejek dan mengancam Nabi Hud A.S. Bahkan mereka menantang dengan meminta untuk segera mendatangkan azab kepada mereka.
“Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Q.S Al A’raf: 70).
Mendengar jawaban mereka Nabi Hud A.S menjawab,“… Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu.” (Q.S Al A’raf: 71).
Kemudian tanda-tanda datangnya azab Allah SWT mulai bermunculan. Diawali dengan kemarau panjang yang ditimpakan kepada mereka sehingga membuat banyak kerugian bagi Kaum ‘Ad. Kekeringan terjadi di mana-mana, mereka mengalami gagal panen, dan sumber air mereka mulai menipis.
Di tengah-tengah musibah yang melanda Kaum ‘Ad, Nabi Hud A.S kembali memperingatkan mereka untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.
“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa". (Q.S Hud: 52).
Namun, bukannya sadar, Kaum ‘Ad justru menuduh apa yang mereka alami adalah perbuatan sihir yang dilakukan oleh Nabi Hud A.S. Bahkan ketika Nabi Hud A.S memperingatkan ancaman Allah SWT yang akan datang, dirinya malah ditertawakan oleh kaumnya.
Azab Berupa Angin
Ketika Kaum ‘Ad sudah tidak tahan lagi dengan kemarau yang melanda negeri mereka, dan mengirim beberapa utusan untuk meminta air hujan di tanah Haram. Para utusan tersebut dipimpin oleh seseorang bernama Qil bin Anzah.
Dikisahkan ketika dalam perjalanan, Qil bin Anzah melihat ada tiga gumpalan mendung yang tebal di langit dengan warna yang berbeda-beda, yaitu putih, merah, dan hitam. Kemudian muncul suara dari langit:
“Pilihlah untukmu atau untuk kaummu salah satu dari ketiga mendung tersebut!”
Kemudian Qil bin Anzah pun memilih mendung yang berwarna hitam, karena dirinya menganggap bahwa di dalam mendung tersebut banyak mengandung air. Melihat datangnya awan mendung yang hitam, masyarakat Kaum ‘Ad merasa senang karena mereka berpikir akan segera mendapatkan siraman air hujan. Mereka mengira mendung tersebut akan membawa kebaikan kepada mereka dan kepada lingkungan mereka. Padahal itulah azab yang sebelumnya pernah mereka minta untuk disegerakan.
“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,” (Q.S Al-Ahqaf: 24).
Ketika Kaum ‘Ad menunggu turunnya air hujan, angin yang keluar dari mendung tersebut bertiup semakin kencang. Angin tersebut adalah angin kencang yang sangat dingin tanpa membawa tetesan air sedikitpun. Angin yang keluar terus bertiup kencang selama tujuh hari delapan malam tanpa henti. Angin tersebut akhirnya membinasakan seluruh Kaum ‘Ad pada saat itu.
“yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka (Kaum ‘Ad) tidak ada yang kelihatan lagi (di bumi) kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (Q.S Al-Ahqaf: 25).
Kehancuran Kaum ‘Ad dan kota yang mereka banggakan juga dijelaskan dalam ayat berikut:
“Adapun kaum 'Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang (6), yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk) (7).” (Q.S Al-Haqqah: 6-7).
Adapun Nabi Hud A.S beserta pengikutnya diselamatkan oleh Allah SWT:“Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami, dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raaf: 72)
Mereka kemudian keluar dari wilayah Iram menuju tempat lain. Setelah peristiwa yang menimpa Kaum ‘Ad, Nabi Hud A.S hidup di tempat baru dan dikatakan meninggal di usia 472 tahun. Makam Nabi Hud A.S berada di daerah yang bernama Syi’b Hud, yang berupa lembah kecil di antara Yaman dan Oman. Hingga saat ini makam Nabi Hud A.S masih ramai dikunjungi oleh para peziarah.
Hikmah dari Kisah Nabi Hud A.S
Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Hud A.S antara lain:
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Nabi Idris adalah salah satu kisah Nabi yang menarik untuk diikuti. Pengalamannya yang luar biasa diiringi dengan hikmah yang kuat bagi umat Islam.
Baca SelengkapnyaCara beriman kepada Rasul sebagai utusan Allah SWT yang perlu diketahui oleh umat Islam.
Baca SelengkapnyaUlul azmi adalah gelar yang diberikan kepada beberapa nabi dan rasul yang memiliki ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam menyebarkan agama Islam.
Baca SelengkapnyaBeriman kepada nabi dan rasul menjadi bagian integral dari cara beragama umat muslim.
Baca SelengkapnyaNabi yang diberi gelar ulul azmi adalah nabi yang memiliki ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam menyebarkan agama Islam.
Baca SelengkapnyaGaris keturunan Nabi Muhammad bisa ditelusuri sampai dengan manusia pertama di bumi yakni Nabi Adam AS.
Baca SelengkapnyaSilsilah keturunan Nabi Muhammad SAW hingga ke Nabi Adam AS.
Baca SelengkapnyaBerikut cara beriman kepada Nabi dan Rasul Allah SWT.
Baca SelengkapnyaBeriman kepada kitab-kitab Allah adalah hal penting bagi umat muslim.
Baca SelengkapnyaBerikut cara beriman kepada Kitab Allah sebelum Al-Qur'an yang wajib dilakukan umat Muslim.
Baca SelengkapnyaKisah Nabi Isa AS adalah kisah yang tergolong lengkap diceritakan di dalam Al-Qur’an.
Baca SelengkapnyaDengan memahami dan menjalankan amalan Nabi Idris, diharapkan umat muslim dapat mengadopsi sikap yang lebih positif dan penuh harapan dalam menjalani kehidupan.
Baca Selengkapnya