Kue Langka Khas Betawi Ini Unik, Salah Makan Bisa Nyembur
Ada aturan memakan kue ini, yakni tak boleh sambil berbicara karena akan menyembur.
Kudapan yang satu ini termasuk kategori langka dan unik. Betapa tidak, karena kue ini tidak boleh dimakan sembarangan jika tidak ingin menyembur.
Dilihat dari asal usulnya, panganan ini berasal dari kebudayaan masyarakat Betawi. Kehadirannya selalu dinantikan, terutama saat perayaan hari besar keagamaan. Biasanya, orang-orang di Jakarta dan sekitarnya pada zaman dulu selalu menyajikan ini di meja untuk meyuguhi tamu.
-
Apa itu Kue Geplak Betawi? Bentuknya tidak sebesar roti Belanda ataupun tart yang saat itu banyak dijual di toko-toko.Meski demikian, kue ini punya banyak penggemar tak terkecuali dari kalangan Belanda itu sendiri.
-
Apa keunikan nasi uduk Betawi? Rasa gurih nasi uduk diperoleh dari banyak rempah. Beras yang sudah dicuci, dimasukkan ke dalam alat masak dengan bumbu kayu manis, kembang pala, cengkeh, batang serai dan santan murni.
-
Kue Bacot Betawi, apa saja isi nya? 'Kue ini dibagikan (ke tetangga) setelah paginya melamar atau pernikahan dengan calon istri, kue ini isinya ada berbagai macam ada kue wajik, tape uli, dodol Betawi, kue talam dan apem,' kata seorang warga Depok, Syarifudin saat menjelaskan tentang kue bacot di kanal Youtube Chairil Gibran Ramadan.
-
Kenapa Kue Geplak Betawi hampir punah? Sayang, kue ini mulai sulit ditemukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jangan harap kehadirannya mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional, karena pasti hasil perburuan bakal tetap nihil.
-
Apa Sajian Kuliner Khas Bengkulu? Provinsi Bengkulu memiliki sajian kuliner lezat dengan bahan dasar daging ikan yang bernama Pendap.
-
Mengapa bakwan Pontianak di Kebon Kacang menjadi unik? Uniknya, bakwan Pontianak ini memiliki isian berupa udang, rebon dan ikan teri. Semuanya digoreng mendadak, sehingga kehangatannya terjaga.
Sebenarnya cara buat makanan ini tidak begitu sulit, namun cara menyantapnya yang tidak seperti kue pada umumnya membuat kehadirannya mulai berkurang. Padahal, kue ini punya cita rasa manis dan gurih yang menyatu jadi satu.
Beruntung, sebagian warga Betawi masih melestarikannya sehingga kehadiran kuliner hampir punah ini masih terjaga. Berikut informasinya.
Namanya Sagon Bubuk
Jika melihat dari cara memakannya yang harus hati-hati, karena memang bentuk kue ini menyerupai bubuk. Orang Betawi mengenalnya dengan nama kue sagon atau sagon bubuk, karena teksturnya yang menyerupai tepung.
Mengutip laman seputar oleh-oleh Betawi, romlah.com, tak jarang kue ini disebut kue pasiran karena bentuknya yang menyerupai pasir.
Biasanya warga setempat menyantap makanan ini menggunakan sendok dan menuangkannya di atas piring kecil untuk cangkir.
Mirip Pasir
Kue ini punya bentuk yang benar-benar mirip pasir pantai, yakni berbawarna putih dengan tekstur yang sedikit kasar. Kasar ini berasal dari parutan kelapa yang sebelumnya telah disangrai.
Kue sagon bubuk sekarang termasuk makanan langka, karena sudah sulit ditemui di penjual-penjual makanan, maupun pasar-pasar tradisional. Hanya kalangan tertentu saja yang masih membuatnya untuk camilan sehari-hari.
Karena rasanya yang manis gurih, kue ini amat cocok dikonsumsi bersamaan dengan secangkir teh maupun kopi.
Salah Makan Bisa Nyembur
Belum diketahui secara pasti, sejak kapan tradisi kue ini muncul dalam kehidupan masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya itu.
Namun, kue ini diperkirakan lahir sejak zaman Belanda di mana budaya memasak dan menciptakan kuliner menjadi cukup masif lewat akulturasi budaya Eropa dan Asia.
Merujuk senibudayabetawi.com, cara memakannya lah yang menjadi daya tarik dari makanan ini. Terdapat sejumlah aturan saat memakan makanan ini, seperti tidak boleh berbicara atau tertawa karena bisa menyembur.
Cara Membuatnya Bisa Dilakukan di Rumah
Dari rasa dan bahan, kue ini serupa dengan sagon namun tidak dicetak atau dipadatkan. Kue ini, langsung disantap dalam keadaan bubuk.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal Maya Rosita, kue ini bisa sangat mudah dibuat di rumah. Pertama-tama siapkan bahan seperti 200 gram kelapa parut yang tidak terlalu tua, 200 gram tepung beras, 200 gram gula pasir, setengah sendok teh garam, setengah bungkus vanili bubuk, serta beberapa potong daun pandan.
Untuk memasaknya dimulai dari menyangrai kelapa parut di wajan yang kering, kemudian tuangkan daun pandan yang sudah dipotong-potong sepanjang jari telunjuk orang dewasa, kemudian disangrai dengan api kecil.
Setelah berwarna kecokelatan, matikan kompor dan terus aduk kelapa sampai benar-benar dingin. Kemudian singkirkan daun pandan dan masukan tepung beras, lalu diaduk dengan kondisi api kecil. Terakhir, tambahkan garam sejumput dan vanili bubuk dan disangrai kembali sampai sagonnya menjadi ringan dan siap disajikan.
Dinikmati saat Nyahi
Seperti disinggung sebelumnya, sagon bubuk memang nikmat disantap bersama teh maupun kopi hangat. Namun orang Betawi punya waktu khusus untuk menikmatinya, yakni saat nyahi.
Dalam uraian di budaya-indonesia.org, Nyahi merupakan budaya orang Betawi tempo dulu untuk menikmati camilan bersama dengan secangkir teh. Nama tradisi ini diadopsi dari bahasa Arab yakni “Syahi” atau waktu santai meminum teh.
Nyahi dilakukan di jam-jam setelah makan siang atau menjelang petang, sekitar pukul 16:00 WIB sampai pukul 17:30 WIB. Nyahi boleh dibilang tradisi bersantai yang juga kini telah ditinggalkan warganya.