Mengenal Papiledema dan Penyebabnya, Penyakit yang Diderita Kurnia Meiga
Papiledema bisa menimbulkan gejala seperti penglihatan kabur, ganda, atau hilang, sakit kepala, mual, dan muntah.
Papiledema adalah penyakit yang memaksa mantan kiper timnas Indonesia untuk berhenti bermain sepak bola.
Mengenal Papiledema dan Penyebabnya, Penyakit yang Diderita Kurnia Meiga
Papiledema adalah pembengkakan saraf optik yang terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam dan sekitar otak. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala seperti penglihatan kabur, ganda, atau hilang, sakit kepala, mual, dan muntah. Jika tidak segera ditangani, papiledema bisa menyebabkan kebutaan permanen.
-
Apa penyebabnya? Selingkuh adalah pilihan yang diambil oleh individu tersebut, dan tidak ada yang bisa dilakukan oleh pasangan untuk mengendalikan perilaku ini. Oleh karena itu, selama seseorang belum benar-benar memahami alasan di balik tindakannya, perubahan akan sulit untuk dicapai.
-
Apa penyakit yang diderita Kaba? Kaba didiagnosis menderita Pneumonia oleh dokter.
-
Apa itu penyakit kulit kurap? Penyakit kulit kurap tubuh (tinea corporis) adalah ruam yang disebabkan oleh infeksi jamur.
-
Apa gejala penyakit misterius Kartika Putri? Wajah Kartika Putri mengalami melepuh di beberapa bagian, tanpa diketahui penyebabnya. Selain menyerang bagian kulit, penyakit misterius ini juga menyebabkan lidahnya melepuh, mengakibatkan penurunan nafsu makan.
-
Apa penyebab utama kantung mata kendur? Penuaan adalah salah satu penyebab utama munculnya kantung mata kendur. Seiring bertambahnya usia, kulit kehilangan elastisitas dan kolagen yang membuatnya lebih rentan terhadap kerutan dan kendur.
-
Kenapa makanan tertentu memicu pembengkakan? Makanan tertentu diketahui dapat memperburuk kondisi ini, baik karena kandungan kimia, alergen, atau karena mereka memicu reaksi inflamasi dalam tubuh.
Ia didiagnosa menderita penyakit ini pada tahun 2017, setelah mengeluhkan gangguan penglihatan saat bermain sepak bola. Sejak saat itu, ia harus berhenti dari aktivitasnya sebagai pemain professional.
Berikut merdeka.com akan membahas lebih lanjut tentang papiledema, penyebab, gejala, pengobatan, dan cara pencegahannya.
Penyebab Papiledema
Penyebab papiledema bisa bermacam-macam, tergantung pada faktor yang menyebabkan tekanan di sekitar otak meningkat. Beberapa penyebab umum papiledema adalah:
- Cedera kepala. Trauma pada kepala bisa menyebabkan perdarahan, pembengkakan, atau kerusakan pada otak atau jaringan di sekitarnya, yang meningkatkan tekanan intrakranial
- Tumor otak atau sumsum tulang belakang. Pertumbuhan sel abnormal di otak atau sumsum tulang belakang bisa menekan jaringan sekitarnya, mengganggu aliran cairan serebrospinal, atau menyebabkan hidrosefalus (penumpukan cairan di dalam otak)
- Peradangan otak atau selaput yang menutupinya, seperti meningitis. Infeksi atau reaksi autoimun bisa menyebabkan peradangan pada otak atau meninges (selaput yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang), yang meningkatkan produksi atau mengurangi penyerapan cairan serebrospinal
- Tekanan darah yang sangat tinggi. Hipertensi atau krisis hipertensi bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah di pembuluh darah otak, yang berdampak pada tekanan intrakranial
- Pendarahan di otak. Perdarahan di otak bisa disebabkan oleh stroke, aneurisma, atau trauma. Perdarahan ini bisa menekan jaringan otak, mengganggu aliran cairan serebrospinal, atau menyebabkan hidrosefalus
- Pengumpulan nanah dari infeksi otak. Abses otak atau pengumpulan nanah di otak bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau parasit. Abses ini bisa menekan jaringan otak, mengganggu aliran cairan serebrospinal, atau menyebabkan hidrosefalus
- Gumpalan darah atau masalah pada pembuluh darah tertentu.
Gumpalan darah atau trombosis vena sinus (penggumpalan darah di sinus vena otak) bisa menghalangi aliran darah keluar dari otak, yang meningkatkan tekanan intrakranial.
Masalah pada pembuluh darah tertentu, seperti arteriovenous malformation (kelainan pembentukan pembuluh darah) atau fistula (hubungan abnormal antara pembuluh darah) juga bisa menyebabkan papiledema
- Masalah dengan aliran atau jumlah cairan yang mengalir melalui otak dan sumsum tulang belakang.
Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan masalah ini adalah pseudotumor cerebri (peningkatan tekanan intrakranial tanpa penyebab yang jelas), sindrom Chiari (kelainan bawaan yang menyebabkan bagian otak menonjol ke kanal tulang belakang), atau stenosis akuaduktus (penyempitan saluran yang menghubungkan ventrikel otak)
Apa saja gejala papil edema?
Gejala awal papiledema yang paling umum adalah perubahan singkat pada penglihatan Anda.
Perubahan ini mungkin hampir tidak terlihat pada awalnya, seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, melihat kilatan cahaya, atau kehilangan penglihatan yang berlangsung beberapa detik.
Jika tekanan otak berlanjut, perubahan ini dapat berlangsung selama beberapa menit atau lebih. Dalam beberapa kasus, penyakit ini mungkin menjadi permanen.
- merasa mual
- muntah
- mengalami sakit kepala yang tidak normal
- mendengar dering atau suara lain di telinga Anda (tinnitus)
Pengobatan Papiledema
Pengobatan papiledema tergantung pada penyebabnya. Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan tekanan intrakranial dan mencegah kerusakan permanen pada saraf optik. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin dilakukan adalah:
- Obat-obatan. Obat-obatan yang bisa digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial antara lain diuretik (obat yang meningkatkan produksi urine dan mengurangi cairan tubuh), kortikosteroid (obat yang mengurangi peradangan), atau asetazolamid (obat yang mengurangi produksi cairan serebrospinal)
- Terapi optik. Terapi optik mungkin diperlukan untuk mengatasi gangguan penglihatan yang disebabkan oleh papiledema. Terapi ini bisa meliputi kacamata, lensa kontak, atau operasi mata.
- Pembedahan. Pembedahan mungkin diperlukan jika papiledema disebabkan oleh tumor, abses, hidrosefalus, atau masalah pembuluh darah.
Pembedahan bertujuan untuk mengangkat atau mengurangi ukuran lesi, memasang shunt (tabung yang mengalirkan cairan serebrospinal dari otak ke bagian tubuh lain), atau melakukan fenestrasi (membuat lubang pada selaput saraf optik untuk mengurangi tekanan).
Cara Mencegah Papiledema
Untuk mencegah papiledema, Anda perlu mengatasi atau menghindari faktor-faktor yang bisa meningkatkan tekanan di sekitar otak. Beberapa cara yang bisa Anda lakukan adalah:
- Menjaga tekanan darah tetap normal.
Tekanan darah yang sangat tinggi atau krisis hipertensi bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah di pembuluh darah otak, yang berdampak pada tekanan intrakranial.
Anda bisa menjaga tekanan darah normal dengan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, mengurangi konsumsi garam, menghindari rokok, dan mengelola stres
- Mengontrol berat badan.
Obesitas atau kelebihan berat badan bisa meningkatkan risiko terkena hipertensi intrakranial idiopatik, yaitu peningkatan tekanan intrakranial tanpa penyebab yang jelas.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita muda yang mengalami obesitas. Anda bisa mengontrol berat badan dengan mengonsumsi makanan sehat, mengurangi asupan kalori, dan berolahraga secara teratur
- Menghindari rokok
Merokok bisa meningkatkan tekanan darah, merusak pembuluh darah, dan memicu peradangan. Semua hal ini bisa berkontribusi pada peningkatan tekanan intrakranial.
Anda bisa menghindari rokok dengan mencari bantuan profesional, menggunakan terapi pengganti nikotin, atau bergabung dengan kelompok pendukung
- Mengonsumsi makanan sehat
Makanan sehat bisa membantu menjaga kesehatan otak dan pembuluh darah, serta mencegah penyakit yang bisa menyebabkan papiledema, seperti tumor, infeksi, atau perdarahan.
Anda bisa mengonsumsi makanan sehat dengan memilih makanan yang kaya serat, protein, vitamin, mineral, dan antioksidan, serta menghindari makanan yang tinggi lemak, gula, dan kolesterol
- Olahraga teratur
Olahraga teratur bisa membantu menjaga tekanan darah normal, mengurangi berat badan, meningkatkan sirkulasi darah, dan mengurangi stres.
Anda bisa olahraga teratur dengan melakukan aktivitas fisik yang Anda sukai, seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau yoga, selama 30 menit setiap hari, atau sesuai dengan anjuran dokter