Sejarah 11 Juli 1405, Awal Perjalanan Laksamana Cheng Ho Mengarungi Samudra Hindia
Merdeka.com - Cheng Ho atau Zheng He merupakan seorang laksamana paling agung yang pernah dimiliki Tiongkok. Ia hidup pada zaman Dinasti Ming. Laksamana Cheng Hodengan armada besarnya, melakukan tujuh kali pelayaran besar ke Asia Tenggara dan Samudra Hindia sampai ke Afrika timur, dalam kurun 1405-1433 M.
Merupakan suatu hal yang menarik bahwa Cheng Ho dapat menjadi laksamana yang begitu hebat di Tiongkok, padahal ia berasal dari Suku Hui yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Selain itu ia juga hidup jauh di Asia Tengah tepatnya di Mongolia, yang ketika itu diperlukan waktu berminggu-minggu perjalanan darat dari kampungnya untuk bisa mencapai daerah pesisir laut.
Cheng Ho dilahirkan dari marga Ma (Muhammad), di Provinsi Yunan. Ayahnya dan kakeknya adalah muslim yang telah menunaikan ibadah haji ke Makkah. Ketika kecil, Cheng Ho menggunakan nama Ma He.
-
Dimana Laksamana Cheng Ho mendarat? Pada abad ke-15, Laksamana Cheng Ho mendarat di Pantai Simongan.
-
Dimana kapal Dinasti Ming ditemukan? Dua bangkai kapal kuno dari Dinasti Ming ditemukan para arkeolog di Laut China Selatan, ungkap Badan Warisan Budaya China (NCHA), pada Kamis.
-
Kapan kapal Dinasti Ming tenggelam? Para arkeolog meyakini bangkai kedua kapal ini berasal dari periode yang berbeda dari Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1664.
-
Dimana Laksamana Cheng Ho mendarat di Cirebon? Menariknya di masa itu Laksamana Cheng Ho pernah mendarat di Jamblang.
-
Kenapa Laksamana Cheng Ho ke Semarang? Alasan pendaratan itu tak lain karena seorang juru mudi kapal bernama Wang Ji Hong mengalami sakit keras.
-
Kenapa Laksamana Cheng Ho mendarat di Palembang? Mengutip dari berbagai sumber, Laksamana Cheng Ho sendiri sempat tiga kali mendarat di Palembang. Lebih dari itu, ketika Palembang masih dibawah Kerajaan Sriwijaya pernah meminta tolong armada Tiongkok untuk menumpas para perampok Tiongkok Hokkian.
Cheng Ho memulai sejarah pelayarannya mengarungi Samudra Hindia pada tanggal 11 Juli 1405. Berikut informasinya telah dirangkum merdeka.com melalui oseanografi.lipi.go.id pada Senin, (11/7/2022).
Biografi Singkat Laksamana Cheng Ho
Cheng Ho lahir dengan nama Ma He pada tahun 1371 M. Ia merupakan putra kedua dari sebuah keluarga muslim yang dari Kunyang (sekarang Jinning). Wilayah ini berada di Selatan Kunming atau barat daya Danau Dian di Provinsi Yunnan.
Selain memiliki seorang saudara laki-laki bernama Ma Wenming, Cheng Ho juga memiliki empat orang saudara perempuan. Ayah Cheng Ho bernama Ma Haji, ibunya bernama marga Wen.
Adapun mengenai ayah Cheng Ho, ia berperawakan tegap dan gagah, memiliki sifat jujur dan pemurah. Ia sering menolong orang miskin, karena itu ia disegani oleh penduduk sekampungnya.
Sejak kecil Cheng Ho sudah sering mendengar cerita perjalanan kakek dan ayahnya di Makkah. Cerita itu benar-benar menginspirasi Cheng Ho untuk dapat melakukan perjalanan seperti mereka. Menurut catatan sejarah, Cheng Ho adalah muslim yang taat. Ia giat memajukan penyebaran agama Islam baik di Tiongkok maupun di negara-negara asing.
Awal Perjalanan Mengarungi Samudra Hindia
Ketika terjadi peperangan dan pasukan Ming menyerbu ke daerahnya, banyak yang menjadi tawanan, termasuk anak-anak seperti Cheng Ho, yang kemudian dibawa ke Nanjing, ibukota kekaisaran Tiongkok saat itu. Dengan cara yang kejam dan keji, anak-anak ini dikebiri, termasuk Cheng Ho yang ketika itu masih berusia 12 tahun, hingga ia akhirnya hidup sebagai kasim (eunuch) yang tak dapat lagi berketurunan.
Cheng Ho kemudian diserahkan oleh Zhu Yuanchang, kaisar pertama Dinasti Ming, untuk dijadikan pelayan pada putranya yang bernama Zhu De. Dalam perkembangannya kemudian Cheng Ho senantiasa mendampingi Zhu De dalam berbagai peperangan dan selama itu Cheng Ho yang berpostur tinggi besar itu, selalu menunjukkan prestasi yang luar biasa.
Ketika Zhu De kemudian menjadi kaisar, ia menugasi orang kepercayaannya itu (Cheng Ho) untuk menjadi laksamana yang akan membawa armada besar Tiongkok dalam ekspedisi- ekspedisi pelayaran jarak jauh ke Samudra Hindia (Samudra Barat, menurut versi Tiongkok).
Adapun tujuan pelayaran besar itu adalah untuk diplomasi muhibah, menggalang persahabatan dengan negeri-negeri yang dikunjungi, dan untuk mengembangkan perdagangan. Ada pula disebutkan bahwa misi ekspedisi ini adalah untuk memperkenalkan dan mengangkat prestise Dinasti Ming ke seluruh dunia. Maksudnya agar negara-negara lain mengakui kebesaran Kaisar Tiongkok sebagai Putra Dewata (the Sun of Heaven).
Pelayaran besar mengarungi Samudra Hindia itu dimulai pada tanggal 11 Juli 1405. Pelayaran tersebut membuat Cheng Ho sempat singgah di wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Semarang. Alasan mengapa Cheng Ho singgah di Kota Semarang adalah karena salah seorang awak kapal yakni Wang Jinghong mengalami sakit keras. Salah satu bukti peninggalannya adalah Kelenteng Sam Po Kong yang masih berdiri hingga saat ini.
Wafatnya Laksamana Cheng Ho
Laksamana Cheng Ho wafat di tahun ke-10 bertahtanya Kaisar Xuan De (tahun 1433). Mengenai tempat makam Cheng Ho, terdapat dua pendapat pokok di kalangan sejarawan. Yang pertama berpendapat bahwa makam itu terletak di Semarang, Indonesia. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa Cheng Ho wafat dalam perjalanan pelayaran dan jenazahnya dikuburkan di Nanjing (Nanking), Tiongkok.
Pendapat pertama yang mengatakan bahwa makam Cheng Ho terdapat di Semarang di kemukakan oleh Zheng Yijun, seorang sarjana dari Cina. Ia berpendapat bahwa Cheng Ho wafat di Calicut, India. Dalam perjalanan pulang, armadanya singgah di Jawa.'
Berhubung panasnya hawa di kawasan tropis, adalah mustahil untuk memelihara jenazah Cheng Ho dalam waktu lama agar dapat dikuburkan di Cina. Maka jenazah Cheng Ho dimakamkan di Semarang, Jawa Tengah.
Pendapat kedua yang mengatakan bahwa makam Cheng Ho terletak di Nanjing di yakini oleh dua sarjana Dinasti Ming, Mo Xiangzhi dan Wang Shidou dalam karya mereka Catatan Kabupaten Shang Yuan dan Kabupaten Jiang Ning menunjukkan bahwa: “Makam Cheng Ho terletak di bukit Niushou (kepala sapi) Nanjing. Selaras dengan kedua sarjana ini, sarjana Perancis Paul Pelliot dan Usman Effendy pun membenarkan bahwa makam Cheng Ho terletak di kompleks pemakaman di Nanjing. (mdk/nof)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ribuan artefak ini diyakini hasil jarahan yang tenggelam bersama kapal milik panglima perang Zhang Xianzhong pada abad ke-17.
Baca SelengkapnyaBerkat jasanya yang begitu besar untuk Aceh, Pemerintah Indonesia menetapkan Sultan Iskandar Muda sebagai Pahlawan Nasional.
Baca SelengkapnyaAda banyak pelaut ulung pada zaman kerajaan yang menginsiprasi
Baca SelengkapnyaArkeolog mencatat ada 10.000 benda dari lokasi penemuan.
Baca SelengkapnyaDi balik kehebatan Majapahit, ada pemimpin militer hebat yang memimpin pasukan hebat. Di era Raja Hayam Wuruk, ada dua jenderal perang sakti dan ditakuti.
Baca SelengkapnyaDi tempat Cheng Ho berlabuh, dibangun sebuah gua dan kelenteng dengan nama Sam Poo Kong agak jejak laksamana legendaris asal China itu tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPurnawirawan TNI Angkatan Laut asal Maninjau ini dulunya pernah dipercaya menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Swiss dan Vatikan.
Baca SelengkapnyaHarta karun tersebut ditemukan dekat kuburan kuno yang keberadaannya dikuak gelombang tsunami dahsyat yang melantak Aceh pada 2004.
Baca SelengkapnyaRatu ini disegani bukan karena wajahnya yang cantik, melainkan karena kemampuan kepemimpinannya.
Baca SelengkapnyaWilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai
Baca SelengkapnyaMengenal Lancang, kapal yang digunakan orang Sumatra Timur hingga asal usul istilah Kota Riau.
Baca SelengkapnyaPerkakas kapal itu merupakan peninggalan bangsa Portugis yang datang di awal abad ke-16.
Baca Selengkapnya