Catatan Hitam Kampung Bahari, Jadi Pasar Narkoba Bandar Besar Alex Bonpis Hingga Fredy Pratama
Jaringan Alex Bonpis diyakini sampai saat ini masih mengedarkan narkoba di Kampung Bahari.
Catatan Hitam Kampung Bahari, Jadi Pasar Narkoba Bandar Besar Alex Bonpis Hingga Fredy Pratama
Baru-baru ini polisi melakukan penggerebekan narkoba di Kampung Bahari, Jakarta Utara. Meski sudah berkali-kali digerebek, masalah narkoba di wilayah tersebut tidak kunjung selesai.
Padahal dalam penggerebekan yang berlangsung Sabtu (13/7) pagi lalu, polisi telah menangkap sebanyak sebanyak 31 orang diduga pengguna dan pengedar, serta sejumlah barang bukti narkoba disita, di antaranya sabu dan ganja sintetis.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan pun mengakui kalau masalah di Kampung Bahari sangat kompleks. Walaupun, dulu bandar utama Kampung Bahari, Alex Bonpis sudah ditangkap.
"Dulu kan bandar besarnya terkenal, Alex Bonpis," akui Gidion kepada awak media saat ditanya bandar Kampung Bahari, Senin (15/7).
Sehingga pasca-penangkapan Alex Bonpis tahun 2023 silam, Gidion mengungkap kalau jaringan dari Alex Bonpis diyakini sampai saat ini masih mengedarkan narkoba di Kampung Bahari.
"Nah kan sel-selnya itu kan pasti ada ya. Kita Sudah petakan juga. Dan sebenarnya penegakan hukum yang model penindakan ini kan konvensional," ucap dia.
Padahal selain penindakan hukum, lanjut Gidion, upaya pencegahan penguatan masyarakat sudah dilakukan.
Namun faktor kompleksitas peredaran narkoba di Kampung Bahari masih menjadi persoalan untuk diatasi.
Bahkan, Gidion mengungkap jaringan pengedar di Kampung Bahari saat ini bukan hanya digerakkan satu pihak. Melainkan banyak bandar yang terlibat dalam mengedarkan narkoba di wilayah tersebut.
"Itu analisa kita banyak sel. Karena rumah-rumah bedengnya juga banyak, ya pasti. Punya siapa rumah-rumah bedeng itu, punya orang, punya sel di atasnya, punya layer di atasnya, punya lagi layer di atasnya," tuturnya.
"Banyak ya, termasuk salah satu yang paling besar kelompoknya Alex Borbis itu. Banyak kalau peredarannya dari mana, ada yang dari Aceh, ada yang dari peredaran Jakarta," tambah dia.
Di sisi lain, Gidion tak menampik ketika disinggung apakah peredaran narkoba di Kampung Bahari ada keterkaitan dengan jaringan gembong narkoba Fredy Pratama.
"Ya bisa juga dijadikan pasar (Wilayah Kampung Bahari oleh Fredy Pratama)," sebutnya.
Ada Sewa Alat Bong sampai Drone
Sebelumnya, Kepolisian kembali menggerebek Kampung Bahari terkait kasus narkoba. Pada saat penggerebekan, ada sebuah bangunan bedeng yang merupakan 'apotek'.
Bukan sembarang apotek, bangunan tersebut merupakan tempat untuk para pelaku yang ingin mengonsumsi narkoba. Dilengkapi dengan kasur lipat, AC hingga CCTV.
"Modusnya ada yang dikirim, ada yang dari data, dari ini ada bong, indikasinya sepertinya digunakan di tempat kemudian paket kecil," ujar Gidion.
Di bangunan tersebut juga tertera sebuah nomor rekening bank yang diduga sebagai transaksi calon pembeli dengan salah seorang pengedar.
Tidak hanya sampai situ, di dalam 'apotek' Kampung Bahari itu juga disediakan alat isap alias bong untuk jasa sewanya. Beberapa aturan juga terselipkan seperti 'Dilarang Main HP', 'Sewa alat Rp5.000 Oke', 'Bayar Dulu Bos Kuh!!!', 'Aku Tahu Tapi Aku Diam'.
Dari hasil penggerebekan itu, polisi mengamankan 31 orang yang diduga terlibat narkoba. Kegiatan tersebut dalam rangka menyukseskan Operasi Nila Jaya 2024. Kemudian, petugas juga mengamankan sebuah drone dari penggerebekan tersebut.
Selain drone, polisi juga mengamankan kamera CCTV hingga televisi yang diduga untuk memantau pergerakan anggota kepolisian.