Gerbong KRL Khusus Wanita yang Penuh Drama
Muncul stigma di kalangan pengguna KRL terkait ganasnya gerbong khusus wanita.
krlGerbong KRL Khusus Wanita yang Penuh Drama
Kereta rangkaian listrik (KRL) merupakan sarana transportasi umum yang paling diandalkan oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Tarif yang murah dan jadwal keberangkatan yang lebih pasti, menjadi keunggulan tersendiri dari modal transportasi umum ini.
Data dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI mencatat sepanjang bulan Mei 2024, rata-rata jumlah penumpang KRL di hari kerja mencapai 985.739 orang tiap harinya.
-
Bagaimana gerakan tarian Gegerit? Ciri khas dari Tari Gegerit ini adalah setiap penari harus bergerak patah-patah dalam keadaan setengah jongkok sambil terus memainkan sayap yang ada di bahunya.
-
Apa itu kue keranjang? Kue keranjang adalah kue khas Imlek yang terbuat dari tepung ketan, gula, dan air yang dikukus dalam cetakan bambu.
-
Apa itu keringat berlebih? Dalam dunia medis, kondisi tersebut dikenal dengan nama hiperhidrosis yang bikin seseorang bisa berkeringat kapan saja meskipun cuaca tidak panas atau bahkan ketika tidak melakukan kegiatan apapun.
-
Apa ciri khas Kucing Merah? Kucing Merah memiliki karakteristik bulu berwarna oranye kemerahan dengan corak huruf M di dahinya. Bentuk tubuhnya juga lebih berotot dibanding sesamanya.
-
Apa itu Berondong Gabah Ketan? Berondong Gabah Ketan merupakan salah satu camilan yang terkenal pada era 80-an.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
Sementara di hari Senin jumlah rata-rata penumpang dapat mencapai angka 999.938 orang. Sementara di hari libur dan akhir pekan jumlah penumpang sebanyak 719.018 per harinya. Angka tersebut menunjukkan tingginya animo pengguna KRL di wilayah Jabodetabek.
Di tahun 2012 KRL mulai menyediakan gerbong Kereta Khusus Wanita (KKW) yang dikhususkan untuk penumpang perempuan. Gerbong ini tersedia di ujung tiap rangkaian gerbong KRL.
Namun sejalan dengan adanya KKW, muncul stigma di kalangan pengguna KRL terkait ganasnya gerbong khusus tersebut jika dibandingkan dengan gerbong umum yang lain.
Hal ini karena sering terjadi insiden baik hanya sekedar adu mulut bahkan hingga saling jambak di antara penumpang perempuan.
Lalu benarkah gerbong khusus wanita justru lebih ganas dari gerbong umum yang lain?
- Golkar Geser Suara Gerindra di Jabar Pada Pemilu 2024
- Terungkap Peran Tersangka Yogi dalam Kasus Narkoba Kang Mus
- Kritik Putusan MA soal Aturan Batas Usia Kepala Daerah, Pakar: Jangan Heran Kalau Masyarakat Curiga
- Fakta-Fakta Dugaan Kasus Penggelapan Dana Rp6,9 M Seret Tiko Aryawadhana Suami BCL
- Ditegur Pengurus karena Merokok Saat Puasa, Santri Bakar Pesantren di Sumedang
- KPK Bidik Anggota DPR dari Gerindra, Kasus Apa?
Kali ini merdeka.com mencoba untuk mengulik fakta soal stigma ganas yang selama ini melekat pada gerbong KKW.
Pagi ini, Jumat (7/6) Merdeka.com mendatangi beberapa stasiun di wilayah Jakarta. Perjalanan dimulai dari Stasiun Tebet menuju Stasiun Manggarai pada pukul 09.00 WIB.
Terlihat banyak penumpang perempuan yang menunggu di ujung peron yang berada tepat di samping tangga masuk, karena ingin naik di gerbong KKW.
Selda (23) yang tengah menunggu datangnya kereta tujuan Jakarta Kota, menceritakan pengalamannya selama berada di gerbong KKW.
Dia mengaku selalu naik KRL di gerbong KKW untuk berangkat maupun pulang dari kantornya yang berada di daerah Jakarta Kota.
"Setiap mau naik kereta pasti di tempat (gerbong) perempuan," ujarnya saat diwawancara merdeka.com di Stasiun Tebet, Jumat (7/6).
Selda juga mengaku sering terlibat saling dorong dengan penumpang perempuan yang lain. Ia juga pernah melihat adu mulut antar penumpang saat ingin masuk ke gerbong.
"Ya kalau sama-sama cewek paling minusnya itu sih, jadi kaya maksa terus gitu lo biar bisa masuk (gerbong). Lebih bar-bar," tuturnya.
"Terus kadang pas mau turun udah pada nyegat, enggak mau gantian. Harusnya kan nunggu penumpang yang turun dulu ya. Jadi agak susah kadang turunnya (dari KRL)," tambahnya.
Selda juga menceritakan bahwa ia sering melihat penumpang yang pura-pura tidur saat melihat ibu hamil ataupun lansia yang masuk ke gerbong, karena tidak ingin memberikan tempat duduknya.
"Kalau ada petugasnya sih pasti dicariin tempat duduk, tapi kalau dari penumpang sendiri sering lihat banyak yang pura-pura tidur. Tapi enggak semua kaya gitu," ujarnya.
Meskipun begitu, setiap harinya Selda memilih untuk naik di gerbong KKW karena alasan keamanan, walaupun harus berdesak-desakan dan saling dorong dengan penumpang yang lain.
"Lebih aman aja sih buat aku, karena kan sama-sama cewek, jadi kalau emang lagi penuh banget tuh enggak masalah. Karena kalau cowok kan rasanya kurang aman," ungkapnya.
Tidak lama berselang kereta tujuan Jakarta Kota datang. Isi gerbong terlihat penuh penumpang. Merdeka.com memutuskan untuk naik ke gerbong KKW menuju stasiun Manggarai.
Semua penumpang yang ingin naik menunggu di samping pintu. Saat pintu terbuka, penumpang tumpah ruah bergantian turun dari gerbong.
Tidak menunggu lama, akhirnya merdeka.com masuk kedalam gerbong KKW. Suasana gerbong sangat padat sampai-sampai beberapa penumpang harus rela bergeser ke gerbong umum.
Namun tidak ada insiden saling dorong ataupun adu mulut selama perjalanan merdeka.com di gerbong KKW.
Sesampainya di Stasiun Manggarai, merdeka.com bertemu dengan Annisya (22) yang saat itu tengah menunggu KRL di ujung peron arah Jakarta Kota untuk naik gerbong KKW.
Dia mengaku sering menjumpai insiden saling dorong antar penumpang saat naik di gerbong KKW.
"Aku lebih seringnya lihat kaya dorong-dorongan gitu, apalagi pas naik," cerita Annisya.
Namun menurutnya gerbong KKW masih lebih nyaman jika dibandingan dengan gerbong umum karena alasan keamanan.
"Kalau di gerbong campur menurutku lebih padat aja, terus keamanannya juga kita sebagai perempuan apalagi kalau berdiri pasti ada rasa takut waktu desekan sama laki-laki. Kita juga enggak tahu kejadian yang enggak kita inginkan," pungkasnya.
Reporter magang: Antik Widaya Gita Asmara