3 Fakta Sejarah Gereja Ganjuran Bantul, Jadi Tempat Ziarah Bernuansa Jawa
Merdeka.com - Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran atau yang kerap disebut Gereja Ganjuran merupakan sebuah Gereja Katolik Roma yang berada di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Tak seperti gereja Katolik pada umumnya, Gereja Ganjuran terkenal dengan arsitekturnya yang bercampur dengan model arsitektur Jawa dan Hindu.
Karena keunikan tersebut, banyak wisatawan yang mengunjungi gereja ini. Mereka pun tak hanya umat Katolik yang ingin beribadah, namun juga penganut non-Katolik yang ingin melihat dari dekat keindahan arsitektur gereja ini.
Lalu bagaimana ide awal pembangunan gereja ini hingga menjadi gereja yang unik hingga sekarang? Berikut selengkapnya.
-
Dimana gereja tersebut ditemukan? Para ahli arkeologi dari Westphalia-Lippe Regional Association (LWL) menemukan bekas gereja dari abad ke-10 di dekat Erwitte-Eikeloh, Jerman.
-
Apa yang membuat Gereja Tua Kaliceret unik? Konstruksi bangunan yang lentur dan bisa tegak kembali itu kemungkinan disebabkan oleh plat besi pipih yang menempel di dinding kayu. Fungsi besi pipih itu menyerupai sabuk yang melingkar dan mengikat seluruh bangunan yang berarsitektur Jawa-Belanda. 'Itu sebabnya gereja ini unik dan nyaris tanpa paku. Ketika miring, umat sempat memberi penyangga di beberapa bagian gereja. Tapi mereka terkejut setelah gereja tegak sendiri,' ungkap Pendeta Agus.
-
Dimana gereja abad pertengahan itu ditemukan? Pada pertengahan Februari lalu, para arkeolog di Venesia, Italia, menemukan gereja abad pertengahan yang telah lama hilang di Piazza San Marco.
-
Dimana Gereja Kristen Pasundan berada? Di pusat Kota Cirebon, terdapat sebuah gereja yang usianya sudah lebih dari dua abad. Namanya Gereja Kristen Pasundan yang sudah berdiri sejak tahun 1788.
-
Apa yang membuat Gereja di Curtatone unik? Jika berkunjung ke kota kecil Curtatone di Lombardia, Italia, Anda akan menemukan sebuah gereja yang terkenal karena memiliki sebuah buaya berusia lima abad yang menggantung di langit-langitnya.
-
Siapa yang membangun Gereja Sidang Kristus? Berdasarkan catatan sejarah, Gereja Sidang Kristus didirikan oleh para penyebar agama Kristen Belanda tahun 1911 dengan nama awal Gereja Protestan (Protestansche Kerk).
Bentuk Perhatian Pada Kaum Buruh
©Ugm.ac.id
Wacana pembangunan Gereja Ganjuran bermula pada tahun 1912 di mana Julius dan Joseph Schmutzer, dua bersaudara pemilik Pabrik Gula Gondanglipuro, berniat untuk menerapkan ajaran sosial gereja dengan memberi perhatian pada kaum lemah dan para buruh. Agar misinya dapat diterima masyarakat, mereka membuat patung-patung Hati Kudus Yesus yang digambarkan sebagai “Raja Jawa”.
Dengan bernuansa Jawa, Gereja Ganjuran resmi berdiri pada 16 April 1924. Sebagai ucapan rasa syukur, Schmutzer juga mendirikan prasasti yang diilhami budaya dan adat istiadat setempat pada tahun 1927.
Selain itu, dia juga membuat tempat berdoa dalam bentuk sebuah candi. Di dalam candi itu ditahtakan Patung Hati Kudus Tuhan Yesus dan digunakan sebagai tempat berdoa dan penghormatan kepada santo.
Akulturasi Budaya Jawa dan Eropa
©Ugm.ac.id
Salah satu keunikan Gereja Ganjuran adalah gaya bangunannya yang merupakan hasil dari akulturasi budaya Jawa, Hindu, dan Eropa. Melansir dari Ugm.ac.id, budaya Jawa di Gereja Ganjuran hadir dengan adanya patung Yesus, Bunda Maria, dan malaikat yang mengenakan baju adat kebesaran Jawa. Sementara nuansa Hindu hadir dengan adanya bangunan Candi.
Di bawah candi itu, terdapat mata air yang biasa didoakan oleh para peziarah dengan harapan dapat memberi kesembuhan bagi yang sakit. Biasanya, beberapa peziarah membawa pulang air tersebut dalam sebuah botol atau jeriken kecil setelah didoakan. Air tersebut dipercaya dapat memberikan khasiat pengantara doa oleh Yang Maha Kuasa.
Pendopo Bernuansa Jawa
©Ugm.ac.id
Selain patung orang suci berbusana Jawa, di sana terdapat pula pendopo yang biasa digunakan wisatawan untuk beristirahat yaitu Pendopo Julius Schmutzer, Joseph Schmutzer, Caroline Schmutzer, serta pendopo dengan nama orang Jawa seperti Pendopo Tekle. Nama pendopo itu diambil dari nama Yu Tekle, seorang yang cacat tangannya yang sering membantu membersihkan gereja ini. Sebenarnya nama asli Yu Tekle adalah Sarjiyem. Sebutan Tekle mengacu pada tangannya yang cacat.
Di Gereja Ganjuran pula, baik para peziarah maupun wisatawan bisa merasakan kesejukan, kerindangan, dan keheningan secara bersamaan. Pengunjung pun bebas berkunjung kapanpun karena tak ada jam buka atau tutup di tempat ibadah ini. Namun saat ada prosesi ibadah, pengunjung diharapkan bisa menjaga keheningan mengingat prosesi itu dianggap sakral bagi umat Katolik. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Parayaan Natal di Gereja Ganjuran, Yogyakarta, memperlihatkan bagaimana tradisi lokal dapat berjalan harmonis dengan keyakinan religius.
Baca SelengkapnyaTak hanya untuk ibadah, gereja juga kerap dijadikan tempat wisata.
Baca SelengkapnyaSejak awal pembangunannya, gereja itu memang dikhususkan untuk masyarakat katolik Jawa.
Baca SelengkapnyaPenetapan oleh kementerian ini dilakukan berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Baca SelengkapnyaCandi yang berada di Kabupaten Pasuruan ini diakui sebagai bangunan cagar budaya tingkat provinsi Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaBangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca SelengkapnyaPenyebaran ajaran Kristen di wilayah Baki, Sukoharjo sudah dimulai sejak zaman Kyai Sadrach Sura Pranata sekitar tahun 1860
Baca SelengkapnyaKeunikan gereja ini tidak ditemukan di tempat lain.
Baca SelengkapnyaKompleks ini menunjukkan budaya Hindu dan Islam yang magis
Baca SelengkapnyaNikmati sensasi wisata sejarah Candi Jawi dengan pemandangan sejuk di sekelilingnya.
Baca SelengkapnyaGereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) di Kota Medan menjadi rumah ibadah tertua sekaligus memiliki cerita dan nilai sejarah yang tinggi.
Baca SelengkapnyaKampung di Jombang ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama kristen di Jawa. Miris, kompleks makamnya kini dipenuhi semak belukar.
Baca Selengkapnya