Kalah Bersaing, Begini Kondisi Sekolah Kartini di Rembang yang Mulai Terlupakan
Merdeka.com - Setelah resmi menjadi istri dari Bupati Rembang Joyoadiningrat, RA Kartini memiliki keseharian dengan mengajar para anak-anak putri dari bangsawan di rumah dinas bupati. Di sana, ia tak hanya mengajarkan murid-muridnya tentang baca tulis, namun juga kesenian lokal, membatik, dan menjahit.
Sejak saat itu, Kartini berkeinginan untuk membuat sebuah sekolah yang bisa menampung siswa putri lebih banyak lagi dan juga menjangkau siswa putri dari strata sosial bawah. Untuk mewujudkan ambisinya, ia menyurati jajaran pemerintah Hindia Belanda untuk bisa memberi bantuan terhadap programnya itu.
Hanya saja, keinginannya belum terwujud hingga ia meninggal dunia pada tahun 1904. Sekolah inipun baru dibangun pada tahun 1913 melalui penggalangan dana yang dilakukan Van Deventer, ahli hukum Belanda yang juga tokoh politik etis.
-
Siapakah Kartini? Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal dengan nama Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Dia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan.
-
Apa yang di perjuangkan Kartini? Melalui surat-suratnya yang terkenal, Kartini menyuarakan aspirasinya untuk memberikan kesempatan pendidikan yang setara bagi perempuan, serta memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mengembangkan diri di luar peran tradisional sebagai ibu rumah tangga.
-
Siapa yang Kartini perjuangkan? Bukan laki-laki yang hendak kami lawan, melainkan pendapat kolot dan adat usang.
-
Kapan Kartini wafat? Meskipun Kartini wafat pada usia yang masih muda, yaitu pada 17 September 1904, warisannya tetap hidup dan menginspirasi banyak orang.
-
Bagaimana Kartini memperjuangkan hak perempuan? Dengan tekad dan pandangan yang kuat, Kartini berjuang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.
-
Mengapa Kartini memperjuangkan hak perempuan? Kartini lahir dalam keluarga bangsawan Jawa yang konservatif. Namun, hal ini tidak menghalangi semangat dan keinginannya untuk memperjuangkan kebebasan dan pendidikan bagi perempuan.
Akhirnya Sekolah Kartini didirikan di berbagai daerah. Salah satunya Sekolah Kartini yang berada di Kota Rembang. Lalu bagaimana nasib sekolah itu kini?
Mengajarkan Nilai-nilai Kartini
©Suluhpergerakan.org
Sekolah Kartini Rembang berada di pusat Kota Rembang. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari Alun-Alun Rembang dan berada persis di depan Istana Bupati Rembang yang sudah berdiri sejak zaman Belanda.
Dilansir dari Suluhpergerakan.org, hingga kini guru dan para staf di Sekolah Kartini Rembang masih mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dulu diajarkan Kartini kepada anak didiknya, salah satunya adalah seni membatik dan menjahit.
Kalah Bersaing
Dikutip dari sumber yang sama, sekolah yang hanya diperuntukkan bagi siswa putri itu pelan-pelan kalah bersaing dengan sekolah-sekolah baru yang mulai bermunculan. Karena jumlah siswanya kurang sedikit, maka sekolah itu diubah menjadi SMA Kartini Rembang. Siswanya pun tak hanya berasal dari kaum perempuan, namun juga laki-laki bisa bersekolah di sana.
Bahkan menurut Danang Pamungkas, salah satu pengajar di Sekolah Kartini Rembang, sekolah itu lambat laun mulai tidak dikenali oleh warga sekitar Rembang. Bahkan beberapa orang mengenal sekolah itu dengan stigma negatif, misalnya sebagai sekolah buangan di mana banyak siswa nakal yang tidak mengenal aturan.
Menurut Danang, stigma negatif itu muncul karena ketidaktahuan dan pengetahuan sejarah yang tidak terbangun dengan baik di tengah masyarakat.
Keunggulan Sekolah Kartini Rembang
©Suluhpergerakan.org
Walaupun mulai tidak dikenali, sebenarnya Sekolah Kartini, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama SMA Kartini Rembang memiliki banyak prestasi yang membanggakan. Pada tahun 2013, sekolah itu mendapatkan program Kemendikbud sebagai sekolah berbasis Gender.
Pada tahun 2018, sekolah itu mendapatkan prestasi juara pertama Lomba Tari di Kampus STIE YPPI Rembang. Sekolah inipun juga beberapa kali memperoleh prestasi di kejuaraan lomba seperti lomba penulisan cerita rakyat, lomba story telling, dan lomba Fashion Show Batik.
Ketika mengunjungi sekolah itu Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) sangat antusias dengan model pendidikan dan ekstrakulikuler yang mengasah keterampilan siswanya untuk berkreasi. Salah satu kerajinan tangan yang ditonjolkan di sekolah itu adalah Batik Tulis Lasem. Maka tak heran apabila di kota itu banyak terdapat pengrajin batik tulis.
“Sekolah ini bukan sebagai museum sejarah yang mati, namun sekolah ini masih hidup dan menghidupi komunitas sekitar. Saya membuat tulisan ini untuk mengabarkan pada seluruh sahabat yang ada di Indonesia bahwa masih ada situs peninggalan Kartini yang sampai saat ini masih aktif mendidik anak negeri,” tulis Danang seperti dikutip dari Suluhperjuangan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dewi Sartika, sosok emansipasi yang memiliki perjuangan hebat untuk kesetaraan perempuan.
Baca SelengkapnyaPuisi Hari Kartini mencerminkan penghormatan dan apresiasi terhadap dedikasi sosok Kartini.
Baca SelengkapnyaBangunan SMP N 16 Kota Cirebon saat ini sudah berusia 108 tahun.
Baca SelengkapnyaHasril Chaniago dalam buku itu juga mengatakan, Rahmah El Yunusiyyah adalah perempuan yang dijuluki Kartini Pendidikan Islam.
Baca SelengkapnyaRaden Adjeng Kartini berjuang untuk memberikan hak-hak yang setara bagi perempuan.
Baca SelengkapnyaSosok Rahmah El Yunusiyah, pejuang emansipasi wanita sekaligus pendiri sekolah bagi kaum wanita di Padang Panjang.
Baca SelengkapnyaBanyak jejak tokoh perempuan ini yang masih dapat dijumpai hingga kini.
Baca SelengkapnyaSosok Raden Adipati Djojoadiningrat mampu meyakinkan Kartini untuk mewujudkan bersama mimpinya membangun kesetaraan bagi kaum perempuan.
Baca SelengkapnyaSemasa hidup, Kartini pun banyak menuliskan kata-kata yang menginspirasi hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kabupaten Asahan yang sampai sekarang masih beroperasi melayani kesehatan masyarakat.
Baca SelengkapnyaPotret bangunan Sekolah Dasar (SD) yang digagas oleh Jenderal Ahmad Yani di dekat kediaman orang tuanya.
Baca SelengkapnyaAda sebuah jendela di bangunan tua itu yang harus tetap dibiarkan terbuka
Baca Selengkapnya