Kisah Ardi Tour Guide yang Banting Setir Jadi Pengusaha Kue, Omzetnya 20 Juta/bulan
Merdeka.com - Ada berkah di balik sebuah musibah. Ungkapan itulah yang cocok menggambarkan hidup Ardi Firdaus (44). Sebelum pandemi, ia bekerja di sebuah perusahaan asal Amerika Serikat yang bergerak di bidang pemandu wisata asing. Bekal kuliah di Sastra Inggris Universitas Airlangga membuatnya bisa berkomunikasi dengan wisatawan asing dengan lancar. Profesi ini yang membawanya bisa mendampingi wisatawan asing menjelajahi tempat-tempat eksotis di seluruh Indonesia.
Namun hidup tak selamanya indah. Saat masa pandemi datang, kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk menutup akses wisata bagi wisatawan asing membuatnya tak dapat lagi bekerja. Ia keluar dari perusahaan yang telah menghidupinya selama 5 tahun itu. Selama masa-masa pengangguran, ia hidup bergantung pada uang hasil tabungan.
Namun lama-lama Ardi sadar, kalau ia tak melakukan inisiatif cepat atau lambat uang hasil tabungannya pasti akan habis. Untungnya selain punya kemampuan menguasai bahasa asing, ia punya kemampuan lain yaitu membuat kue pastri. Tak disangka, kegemaran yang telah ia jalani sejak kecil itu ia gunakan untuk bertahan hidup melalui masa-masa sulit krisis pandemi.
-
Bagaimana Mulyani memulai bisnis kue? Seiring waktu, Mulyani mulai berbagi resep kue kepada pelanggan di tokonya. Beberapa pelanggan tertarik belajar membuat kue pada dirinya. Awalnya, Mulyani tidak menarik tarif kepada para peserta belajar membuat roti. 'Lalu mulai berbayar Rp5 ribu, kemudian belajar bikin macem-macem roti jadi bayar Rp10 ribu,' jelasnya.
-
Siapa yang bisa sukses di bisnis kuliner? Kamu bisa melihat kesuksesan bisnis makanan dan hantaran dari Mamadis Kitchen misalnya. Dia berhasil mengembangkan brand-nya dan mencuri perhatian pencinta kuliner, berkat kemauannya mempromosikan produknya lewat media sosial.
-
Kenapa Aan mulai usaha di masa pandemi? Aan menuturkan bahwa usahanya ini dia rintis beberapa waktu lalu saat mewabahnya Covid-19 di Indonesia. Saat itu dirinya tengah pulang kampung ke Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dan mengisi waktu dengan membuat kreasi tas jinjing perempuan.
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
-
Bagaimana Ardiansyah bisa memiliki usaha sendiri? Bukan hanya menjalani hidup normal, Ardiansyah bahkan mendapat apresiasi mendalam dari sang perwira. Purnomo yang kala itu masih berseragam dinas tampak puas melihat kondisi Ardiansyah terkini. Bagaimana tidak, Ardiansyah saat ini diketahui telah memiliki sumber penghidupan sendiri.
-
Bagaimana Rieta Amilia mengembangkan bisnis makanan nya? Dengan nama Mama Ritz, Rieta Amilia menjadikan rendang dan balado sebagai produk utama dalam bisnisnya.
“Awalnya iseng-iseng bikin pastri. Terus saya posting di media sosial. Ternyata banyak yang pesan. Mulai dari lima orang, sepuluh orang, malah seterusnya makin banyak,” kata Ardi saat dihubungi Merdeka.com pada Minggu (7/5).
Saat kebanyakan bisnis lain meredup saat krisis pandemi, usaha bisnis kue pastri-nya makin maju. Namun saat PPKM dilonggarkan situasi perekonomian nasional perlahan-lahan membaik, usaha pastri-nya malah anjlok. Di sanalah kemudian ia meminta bantuan pada banyak pihak, salah satunya dengan Rumah BUMN Yogyakarta.
Di Rumah BUMN Yogyakarta, Ardi banyak diajari cara memasarkan produk ke pasar-pasar yang belum ia kenal sebelumnya. Berkat bantuan ilmu yang diberikan Rumah BUMN Yogyakarta, usaha kulinernya tetap berkembang. Dari yang awalnya hanya proyek iseng-iseng, kini Ardi bisa mempekerjakan lima pegawai di usaha pastri-nya. Omzet per bulannya mencapai rata-rata Rp20 juta.
Hobi Membuat Kue Sejak Kecil
©Koleksi pribadi Ardi Firdaus
Bisnis pastri telah menyelamatkan Ardi telah menyelamatkannya dari krisis berkepanjangan di masa pandemi. Ia memang telah memiliki hobi memasak sejak kecil.
Saat lulus SMA, Ardi sebenarnya ingin melanjutkan studi di sekolah kuliner. Namun karena ia laki-laki, orang tuanya tidak mengizinkan.
Di sela-sela kesibukannya menjalani kuliah, Ardi mencuri-curi waktu untuk menekuni hobinya. Bahkan ia rela ikut kursus memasak agar keahliannya serta ilmunya di bidang tata boga juga meningkat seirama dengan keahliannya di bidang bahasa Inggris.
Dalam menjalani UMKM yang bergerak di bidang pastri, ia merasa usaha itu tetap stabil dari sisi penghasilan. Berbeda dengan usaha pemandu wisata atau travel agent yang secara nominal omzet lebih besar namun harus menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.
Berkat ketelaten dalam menjalani bisnis kue pastri, perkembangan tak hanya ia rasakan dari sisi omzet, namun juga kualitas rasa. Pernah dalam sebuah lomba olahan makanan tingkat nasional, UMKM-nya berhasil menduduki peringkat lima dari 512 peserta. Sebuah pencapaian yang menurutnya patut ia banggakan. Ke depannya, ia ingin mengejar target pasar yang lebih spesifik untuk produk pastri yang ia jual.
“Saya ingin fokus mengejar makanan sehat rendah gula. Ini buat jadi pembeda dengan produk kue pastri lainnya. Jadi saya ingin membidik pasar yang lebih kecil dengan harga yang lebih mahal,” ujar Ardi.
Jasa Pemandu Wisata Ikut Berkembang
©Koleksi pribadi Ardi Firdaus
Ilmu pemasaran digital yang diajarkan oleh Rumah BUMN ternyata tidak hanya Ardi manfaatkan untuk mengembangkan bisnis kue pastri, namun juga bisnis agen perjalanan wisata. Berbeda saat dulu ia bekerja untuk perusahaan, kini ia bisa mengembangkan bisnisnya sendiri.
Berbagai kegiatan seru saat memandu wisata ia bagikan melalui akun Instagramnya @uncledian. Ia mengakui sejak dicabutnya status darurat COVID-19 oleh WHO, bisnis pariwisata kembali bergeliat. Sama seperti bisnis kue pastri, dalam menjalankan bisnis agen perjalanan, ia juga ingin mengincar pasar yang lebih spesifik.
“Pasar saya lebih ‘niece’, yaitu wisatawan yang ‘high class’ dan berwisata tidak dalam jumlah yang besar,” tuturnya.
Sebelumnya, CEO Muda Rumah BUMN Yogyakarta, Subkhi Rifai mengatakan bahwa selama masa pandemi COVID-19, pihaknya mendorong para pelaku UMKM untuk mencari pangsa pasar baru.
Selain itu mereka didorong untuk menggunakan media sosial dalam memasarkan produknya seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, TikTok, dan lainnya. Walaupun tidak menghasilkan pendapatan yang bisa mereka peroleh sebelum pandemi, namun setidaknya cara itu bisa digunakan untuk tetap bertahan melewati masa-masa krisis.
“Ada UMKM yang tumbuh secara signifikan, ada pula yang bertahap. Mereka didorong untuk mencari pangsa pasar baru, baik yang domestik maupun luar negeri,” ujar Subkhi. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bermula dari memajang kue di status, ibu rumah tangga ini raup cuan hingga puluhan juta rupiah.
Baca SelengkapnyaDia memulai usaha Kue Lumpur Bakar Fayakun terhitung sejak pertengahan bulan Maret 2024, dengan modal sekitar Rp1 juta.
Baca SelengkapnyaUsahanya dimulai saat Faisal resign dari tempat kerjanya, lalu memutuskan mulai belajar usaha untuk mendapat pemasukan.
Baca SelengkapnyaBanyak pekerja yang memutuskan untuk berhenti kerja dan membangun bisnis.
Baca SelengkapnyaNurhayati menceritakan kisah suksesnya berjualan kue tradisional usai resign dari tempat kerja. Omzetnya capai jutaan.
Baca SelengkapnyaWindhy Arisanti menjadikan kondisi tersebut peluang merintis bisnis kue dan aneka camilan.
Baca SelengkapnyaUsaha camilan yang dia jalankan dimulai sejak tahun 2020 saat awal pandemi.
Baca SelengkapnyaBerawal dari ketidaksengajaan, bisnis kue Achmad Aris justru diminati orang dari berbagai daerah
Baca SelengkapnyaSaat berada di puncak kekayaan, sindrom Orang Kaya Baru (OKB) membawanya kembali ke titik terendah.
Baca SelengkapnyaIa memulai bisnisnya saat pandemi ketika pekerjaan utamanya terdampak.
Baca SelengkapnyaAji pernah berada dalam ekonomi yang sangat terpuruk hingga tak mampu menafkahi istri.
Baca SelengkapnyaAdit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.
Baca Selengkapnya