Mengenal Komunitas Wayang Sampah, Sampaikan Pesan Lingkungan Lewat Kesenian
Merdeka.com - Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih bisa dikatakan kurang. Buktinya masih banyak dari mereka yang membuang sampah sembarangan, baik di sungai, di pinggir jalan, di kebun, dan tempat-tempat sepi lainnya.
Berdasarkan keprihatinan itu, seorang seniman asal Solo, Muhammad Sulthoni, mendirikan komunitas Wangsa, singkatan dari Wayang Sampah. Selain bergiat di bidang seni, pria yang akrab disapa Toni Konde itu memang aktif di komunitas pecinta lingkungan. Maka tak heran ia memanfaatkan keahliannya untuk menyampaikan pesan-pesan cinta lingkungan.
“Kita kan berada di Jawa. Di Jawa itu wayang sangat populer. Jadi saya memilih wayang,” ujar Toni, mengutip dari YouTube Liputan6 pada Senin (19/9). Berikut kisah selengkapnya:
-
Kenapa warga Sarijadi mengolah sampah? Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi penumpukan di tengah kondisi darurat sampah yang dialami Kota Bandung.
-
Apa yang dilakukan warga Sarijadi untuk mengatasi sampah? Mengolah sampah yang sulit terurai menjadi aktivitas rutin warga di wilayah Sarijadi, Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Mengapa Wali Kota Tarakan menekankan pengelolaan sampah? Dalam arahannya, Wali Kota menyampaikan beberapa poin penting terkait pengelolaan sampah demi kenyamanan dan keindahan kota Tarakan melalui program TPS3R.
-
Apa dampak dari banyaknya sampah? Kini, seiring dengan melonjaknya suhu udara di musim panas, ada peringatan baru dari badan-badan bantuan tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh banyaknya sampah.
-
Siapa yang terlibat dalam pengelolaan sampah? Kelompok Pengelola Sampah Mandiri merupakan kelompok swadaya masyarakat dalam mengelola sampah di tingkat padukuhan yang mulai digencarkan kembali oleh Pemkab Sleman.
-
Siapa yang menjalankan program bank sampah di Kampung Sukasari? 'Sebagai contoh, kami sudah memiliki kurang lebih 187 nasabah bank sampah dan per-tiga hingga empat minggu kami dapat mengumpulkan tiga hingga empat kwintal sampah.Lalu, kami jual ke pengepul dan mendapatkan sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta rupiah. Nanti, dikembalikan kepada nasabah yang menabung,' kata Ketua Kampung Proklim RW012 Kelurahan Sukasari, Sulasih Nasir
Berkesenian Memanfaatkan Barang Bekas
©YouTube/Liputan6
Toni Konde bersama komunitas Wangsa tergerak untuk berkreasi menggunakan limbah sebagai alat penyampai pesan tentang lingkungan melalui seni pertunjukan. Selain mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan, ia juga mengajak masyarakat untuk melestarikan seni budaya tradisional dengan membuat gamelan berbahan kaca bekas.
“Itu gamelan, itu saya mengadopsi dari alat musik gamelan Jawa untuk mengiringi Wayang Sampah. Karena wayang itu identiknya kan dengan gamelan kan kalau di Jawa. Akhirnya saya membuat gamelan dengan kaca, lalu dengan tabung freon, terus dari paralon. Terus di sana saya kembangkan musik eksperimental. Setelah dicoba-coba, ternyata menghasilkan bunyi musik yang bagus,” kata Toni.
Unik Banget
©YouTube/Liputan6
Komunitas Wayang Sampah ini menyasar berbagai segmen usia mulai dari anak-anak hingga ibu-ibu. Bahkan berkat adanya komunitas itu, ibu-ibu di Desa Gondangmanis, Kabupaten Karanganyar, semakin mahir memainkan gamelan dari kaca.
“Unik banget sih. Karena bahannya jelas beda, ada dari kaca, ada dari paralon. Tapi mainnya harus hati-hati banget, karena kalau tekanannya lebih nanti bisa pecah. Tapi dari suaranya dan kualitasnya nggak kalah dari gamelan Jawa,” kata Ratih, salah seorang ibu-ibu peserta pelatihan seni komunitas Wangsa.
Berbudaya Jaga Lingkungan
©YouTube/Liputan6
Hingga kini, Toni masih terus berkarya menciptakan alat-alat musik eksperimental dari barang bekas. Ia berharap masyarakat semakin paham dan lebih bijaksana dalam mengelola sampah agar lingkungan tetap terjaga.
“Harapan saya masyarakat bisa bersikap bijaksana terhadap sampah, terutama dalam mengelola sampah. Agar lingkungan ini tetap terjaga. Kalau di komunitas kami ada semboyan ‘berbudaya jaga lingkungan’,” kata Toni, mengutip dari YouTube Liputan6 pada Senin (19/9). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama periode Januari-September 2023, Baruwani telah berkontribusi mengolah sedikitnya 700 ton sampah organik menjadi kompos dengan penurunan gas metana.
Baca SelengkapnyaSampah yang menumpuk di area tersebut sebagian besar terdiri dari sampah rumah tangga.
Baca SelengkapnyaKampung Edukasi Sampah dibentuk dengan tujuan membuat warganya hidup nyaman dan sehat.
Baca SelengkapnyaTak hanya bersih-bersih, Komunitas Malu Dong bersama mitranya juga menyerahkan bantuan berupa 50 teba modern kepada masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaSejumlah pemuda Bangkalan bersih-bersih area jembatan Serdang dan kewalahan mengangkut gunungan popok bayi.
Baca SelengkapnyaSampah plastik, sisa makanan, dan berbagai limbah rumah tangga lainnya menghambat aliran air di Kali Jatibaru.
Baca SelengkapnyaKali penuh sampah jadi pemandangan sehari-hari warga bantaran ciliwung di Tanah Abang
Baca SelengkapnyaKisah kakek di Bandung yang jadi relawan kebersihan lingkungan kurang lebih 40 tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaPragaan busana ini juga dijadikan kampanye agar warga makin mencintai lingkungan
Baca SelengkapnyaSesuai namanya, Wayang Bambu terbuat dari bambu yang dibentuk menyerupai sosok Wayang Golek yang sudah populer di tanah Pasundan.
Baca SelengkapnyaKumpulan anak muda di Padang ini selain peduli terhadap lingkungan juga memiliki jiwa kreativitas tinggi.
Baca SelengkapnyaPandawara Group mengaku bersyukur karena aksi yang mereka lakukan memberi pengaruh positif kepada masyarakat.
Baca Selengkapnya