Mengenal Sosok Bupati Blora Arief Rohman, Perjalanan Hidupnya Diabadikan dalam Buku
Arief Rohman merupakan sosok santri yang memberikan banyak manfaat di tengah masyarakat
Arief Rohman merupakan sosok santri yang memberikan banyak manfaat di tengah masyarakat
Mengenal Sosok Bupati Blora Arief Rohman, Perjalanan Hidupnya Diabadikan dalam Buku
Bupati Blora Arief Rohman baru saja merilis bukunya yang berjudul “Mas Arief dari Santri jadi Bupati”. Buku itu berisi perjalanan hidupnya dari seorang anak kiai, santri, hingga didapuk amanah menjadi seorang bupati.
Buku tentang Arief Rohman ditulis oleh jurnalis Ahmad Adirin. Dilansir dari Liputan6.com, buku itu mencoba mengurai dan menceritakan kembali proses panjang seorang Arief Rohman dalam mengabdi untuk masyarakat Blora.
-
Mengapa Bupati Blora tertarik dengan hotel ini? 'Menu Tradisional Blora masuk Hotel Bintang 5. Terima kasih Hotel Ammi Cepu atas inovasinya untuk mengenalkan kuliner Blora. Pagi tadi kita coba langsung sekaligus minta testimoni pengunjung,'
-
Kapan Raden Ario Soerjo menjadi Gubernur? Ario Soerjo atau yang memiliki nama lengkap Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo ini terpilih menjadi Gubernur pertama Jawa Timur mulau tahun 1945 hingga tahun 1948.
-
Apa yang dilakukan Bupati Bengkulu Utara? Dalam kunjungan tersebut, Ir Mian mempresentasikan tentang kondisi ruas jalan dan pasar di wilayah Kabupaten Bengkulu. Ia menyampaikan harapannya agar ruas jalan dan pasar di sana bisa dibangun dan diperbaiki agar layak.
-
Dimana rumah dinas bupati itu berada? Di kawasan perbukitan yang masuk wilayah Kabupaten Minahasa Utara, tepatnya di kaki Gunung Kabat, terdapat sebuah rumah mewah bergaya Eropa.
-
Kapan Djojoadiningrat menjabat Bupati Rembang? Mengutip laman Potolawas, Raden Adipati Djojoadiningrat diketahui menjabat sebagai Bupati Rembang ke-7. Dirinya menjabat mulai tahun 1889 sampai 1919.
-
Apa tugas utama Raden Ario Soerjo sebagai Gubernur? Ketika Raden Mas Soerjo mulai menjalankan tugas sebagai seorang Gubernur, ia lantas memiliki pekerjaan yang cukup berat yakni menggelorakan semangat juang dan menanamkan jiwa nasionalis untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Tak hanya itu, buku tersebut juga mengurai beragam kebijakan dan langkah strategis yang diambil Arief Rohman selama menjadi bupati. Lalu seperti apa sosok Arief Rohman? Dan seperti apa isi dari buku yang menceritakan tentang dirinya? Berikut selengkapnya:
Dikutip dari website pribadinya, Arief Rohman lahir di Desa Sendangwungu, Kecamatan Banjarejo, Blora pada tanggal 8 Maret 1980. Arief merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan KH Ali Muchdor dan Hj. Sulini.
Sejak SMA, ia sudah aktif berorganisasi. Keaktifan organisasinya berlanjut saat Arief melanjutkan pendidikan di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Darul Ulum Jombang.
Setelah lulus dari Universitas Darul Ulum Jombang, Arief melanjutkan studi di Pasca Sarjana FISIP Universitas Indonesia dan berhasil menyandang gelar Master Of Sains pada tahun 2007.
Pada tahun 2006-2009, Arief diberi mandat sebagai Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nadlatul Ulama. Sebelum menjabat sebagai bupati Blora, ia terlebih dahulu menjabat sebagai wakil bupati tepatnya pada tahun 2016-2020.
Lebih dari Sekedar Politisi
Melalui buku yang ia tulis, Ahmad Adirin ingin menceritakan proses panjang seorang Arief Rohman sebagai mantan santri yang kini bisa berperan apa saja di tengah masyarakat. Baginya, Arief tak hanya sekedar santri.
Adirin mengatakan, profesinya sebagai seorang jurnalis di Blora memudahkan dirinya menulis soal Arief, mengingat setiap hari dia memantau segala persoalan yang ada di Blora.
Adirin menambahkan, di mata Arief Blora punya peran penting dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Maka dari itu, perubahan pola pikir dan budaya kerja perlu dilakukan.
Semoga Jadi Inspirasi
Melalui buku tentang dirinya, Arief berharap kehadiran buku tersebut bisa menjadi inspirasi pembaca untuk mengetahui pesan pentingnya bahwa santri bisa berperan di mana saja.
“Dari santri bisa bermanfaat untuk masyarakat. Siapapun dalam profesi apapun santri harus bisa jadi solusi, bukan jadi problem. Santri harus memberikan sesuatu yang dirasakan faedahnya dan manfaatnya untuk masyarakat luas,” kata Arief.