Mengenal Sultan HB X Lewat Film Danapratapa, Menceritakan Perjalanan Hidup Raja Jogja
Merdeka.com - Danapratapa merupakan sebuah proyek serial film dokumenter yang menceritakan tentang tradisi dan budaya Kraton Jogja secara singkat. Durasi film itu biasanya berkisar antara 15-20 menit. Salah satu episodenya menceritakan tentang kehidupan Sultan Hamengkubuwono X dari masa kecilnya sampai dia menjadi Raja Jogja.
Dalam video teasernya yang dimuat pada akun resmi Instagram Kraton Jogja, Sri Sultan HB X sedikit membagikan motto hidupnya yang juga menjadi motto hidup Masyarakat Jawa khususnya yang tinggal di Jogja.
“Kehilangan harta sama saja tidak kehilangan apa-apa, kehilangan nyawa sama saja kehilangan sebagian, kehilangan harga diri sama saja dengan kehilangan segalanya. Maka jangan korbankan harga diri hanya untuk mendapatkan uang banyak,” kata Sultan dalam video teasernya itu.
-
Bagaimana Sultan HB X ingin mengelola sampah di Jogja? Sultan HB X menambahkan, program desentralisasi ini perlu didukung dengan optimalisasi Tempat Pembuangan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R), penggunaan teknologi, pemanfaatan sampah menjadi RDF, dan membangun sinergi dengan pemerintah kalurahan untuk pengelolaan sampah.
-
Sri Sultan HB X kapan nyoblos? Baru pagi-pagi hari, Gubernur DIY Sri Sultan HB X sudah hadir di TPS 12 Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Ia hadir bersama sejumlah anggota keluarga pukul 07.10 pagi.
-
Siapa yang menceritakan kisah Kyai Modjo kepada Duta? Sejak Kecil, Duta Ditanamkan Kebanggaan sebagai Keturunan Pahlawan Nasional, Kisah Kyai Modjo Diceritakan oleh Ayahnya
-
Apa yang dibahas Sultan HB X dan Raja Juli Antoni? 'Tadi membahas MoU. Soal follow up MoU,' ucap Raja Juli. Sementara Sultan HB X seusai bertemu Raja Juli pun menyebut pertemuan itu membahas permasalahan pertanahan. Sultan mengaku tak tahu jika Raja Juli adalah Sekjen PSI. 'Saya itu ndak ngerti kalau dia itu Sekjen (PSI). Saya hanya ngomong pesannya Pak Menteri untuk tindak lanjut masalah pertanahan,' ucap Sultan HB X.
-
Siapa pemimpin Keraton Surabaya? Kadipaten Kasepuhan dipimpin Bupati Raden Tumenggung Panji Condronegoro.
-
Kenapa Sultan Agung fokus bangun Segarayasa di Kerta? Saat memindahkan pusat kerajaan Mataram Islam dari Kotagede ke Kerta, Sultan Agung tidak terlalu fokus membangun istana. Ia memfokuskan pembangunan pada Segarayasa.
Secara keseluruhan, film itu menceritakan tentang sosok Sri Sultan Hamengkubuwono X dari sudut pandang keluarga dan orang-orang terdekatnya. Di dalamnya juga terdapat perbedaan fungsi Sultan HB X antara sebagai seorang Sultan dengan sebagai seorang Gubernur. Berikut selengkapnya:
Suka Main Keneker Sewaktu Kecil
YouTube/Kraton Jogja
Dalam film dokumenter itu, Sultan bercerita mengenai masa kecilnya. Dia mengatakan kalau masa kecilnya tak ada bedanya dengan masa kecil anak-anak pada umumnya waktu itu seperti bermain layangan dan keneker. Namun diantara permainan itu, yang paling sering Sultan mainkan adalah keneker, yaitu permainan adu kelereng. Selain itu Sultan juga bercerita tentang pembantunya dari kecil yang tetap setia mengabdi padanya sampai saat ini.
"Saya paling sering bermain keneker karena bisa dimainkan malam hari setelah belajar. Saya punya pembantu dari kecil. Dia dulu anaknya abdi dalem. Tapi sekarang walaupun sudah tua dan punya anak, dia tetap ikut saya," ujar Sultan dalam film dokumenter itu.
Sosok Pendiam Namun Mudah Bergaul
YouTube/Kraton Jogja
Saat menginjak usia remaja, Sultan HB X yang waktu itu masih bernama Herjuno Daripto dikenal sebagai sosok yang sederhana. Sehari-hari dia naik sepeda dari rumahnya ke sekolahnya di SMA 6 Yogyakarta. Menurut Siti Riyalun, teman SMA Sultan, dia tidak pernah menunjukkan diri sebagai anak Sultan.
"Beliau itu aktif dalam kegiatan sekolah. Sosok yang pendiam tapi mudah bergaul," ujar Siti Riyalun.
Menjadi Mahasiswa Tua
YouTube/Kraton Jogja
Selepas menjalani masa SMA, Sultan HB X kemudian berkuliah di Fakultas Hukum UGM. Namun baru tahun menjalani kuliah ia harus berhenti sementara karena diminta membantu ayahnya, Hamengkubuwono IX, bertugas di Jakarta. Sebelas tahun kemudian dia baru melanjutkan lagi kuliahnya.
"Begitu ikut kuliah, saya bingung sendiri. Karena begitu lihat mahasiswa sudah nggak ada yang kenal. Tapi begitu lihat dosennya, lihat asistennya, lah, teman saya semua!" kata Sultan sambil tertawa.
Dinikahkan Oleh Sang Eyang
YouTube/Kraton Jogja
Sultan bertemu pertama kali dengan permaisurinya, GKR Hemas di sebuah gang dekat rumahnya. Pada saat itu GKR Hemas tidak tahu kalau dia anak sultan. Kemudian mereka makan bakmi bersama. Tanpa proses perkenalan lebih lanjut, mereka kemudian dinikahkan oleh eyang Sultan setelah sebelumnya mengajukan surat lamaran.
"Waktu itu dia datang dengan salah satu ajudan dari Kraton untuk mengajukan surat lamaran. Saya dinikahkan oleh putra sultan itu dan tidak pernah berpikir mau jadi apa. Semua berjalan seperti keluarga biasa. Bahkan kadang untuk beli susu saja kami tidak punya uang," ujar GKR Hemas dalam film dokumenter itu.
Mendidik Anak-Anaknya Agar Memiliki Mental Baja
YouTube/Kraton Jogja
Sri Sultan HB X mengajarkan anak-anaknya untuk berani menghadapi tantangan. Menurutnya, tantangan itu akan membentuk seseorang mempunyai mental baja. Menurut GKR Bendara, putri kelima Sultan, ayahnya mendidik putri-putrinya dengan membiarkan bagaimana rasanya jatuh namun kemudian mengangkatnya kembali.
"Kalau kamu punya tantangan, ya kamu hadapi, kamu selesaikan, jangan ditunda, jangan dihindari. Karena itu yang akan membajakan karakter seseorang. Karena pengalaman hidup," ujar Sultan.
Perbedaan Peran Sebagai Sultan Jogja dan Gubernur
2020 Merdeka.com/Purnomo Edi
Bagi Sultan HB X, bekerja sebagai sultan harus dijalani dengan keikhlasan, begitu pula dengan menjalankan fungsi sebagai gubernur. Namun secara protokoler, dia merasa lebih bebas menjadi sultan daripada menjadi gubernur.
"Kalau jadi sultan saya tinggal perintah sekretaris saya, masyarakat yang ingin bertemu sama saya tidak boleh dihalangi. Tapi kalau protokoler, bisa terjadi, entah siapa yang mau ketemu, oh, ini tidak perlu ke gubernur, cukup ke kepala dinas saja," kata Sultan sambil tertawa. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pameran itu digelar dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X
Baca SelengkapnyaBangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
Baca SelengkapnyaSelain Pendiri dan Raja Pertama Kesultanan Yogyakarta, Hamengku Buwono I juga sosok arsitek kerajaan.
Baca SelengkapnyaMomen mobil Sri Sultan HB X melenggang di jalan tanpa pengawalan. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaKerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa, Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertemuan Ganjar dan Sultan HB X ini digelar di Gedhong Wilis yang berada di Kompleks Kantor Gubernur DIY
Baca SelengkapnyaIntip rekomendasi film biopik Indonesia yang angkat kisah hidup tokoh-tokoh terkenal Indonesia.
Baca SelengkapnyaSultan Thaha atau yang memiliki nama asli Raden Toha Jayadiningrat adalah tokoh kerajaan terakhir Jambi.
Baca SelengkapnyaPada saat berkuasa di Kasunanan Surakarta, Pakubuwono X kerap melakukan kunjungan ke berbagai daerah.
Baca SelengkapnyaSri Sultan Hamengku Buwono I adalah pelopor dalam berdirinya Kesultanan Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaPemandian yang kini dibuka untuk publik itu ternyata dulunya menjadi tempat mandi raja Surakarta.
Baca SelengkapnyaPertemuan dilakukan secara tertutup di Komplek Keraton Kilen Yogyakarta
Baca Selengkapnya