Mengenal Sumonar Fest Jogja, Tempat Berkumpulnya Para Pecinta Seni Cahaya dari Seluruh Dunia
Penyelenggaraan Sumonar tahun 2023 ini berani tampil beda dibanding tahun-tahun sebelumnya
Penyelenggaraan Sumonar tahun 2023 ini berani tampil beda dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Mengenal Sumonar Fest Jogja, Tempat Berkumpulnya Para Pecinta Seni Cahaya dari Seluruh Dunia
Pada tanggal 25 November hingga 3 Desember 2023, Kota Yogyakarta menggelar acara seni bertajuk Sumonar 2023. Acara ini diselenggarakan di dua tempat yaitu Galeri Museum Affandi dan juga Titik 0 Km Yogyakarta.
Tak hanya seniman lokal, seniman mancanegara juga memeriahkan acara ini. Mereka berasal dari beberapa negara seperti Chili, Polandia, dan Spanyol.
-
Dimana Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023 diadakan? Acara itu dimeriahkan berbagai agenda yang dipusatkan di Alun-Alun Wates, Kulon Progo.
-
Siapa yang hadir di pembukaan Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023? Pembukaan acara itu diadakan di tepian Waduk Sermo, Kulon Progo dan dihadiri langsung oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X
-
Siapa yang hadir di festival? Mengusung tema AKHLAK untuk Indonesia Perum BULOG, kegiatan tersebut dimeriahkan dengan sharing session dari Inspirator Sukses Mulia, Jamil Azzaini serta CEO Talk bersama Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, serta berbagai penampilan bakat dari para insan BULOG.
-
Siapa yang hadir di Wayang Jogja Night Carnival? Acara itu dihadiri oleh berbagai kalangan mulai dari warga Jogja hingga wisatawan. Selain itu, karnaval tersebut dihadiri pula oleh para pejabat provinsi di antaranya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X.
-
Apa tema utama di Festival Kebudayaan Yogyakarta 2023? Pada tahun ini, acara Festival Kebudayaan Yogyakarta mengusung tema 'Kembul Mumbul'.
-
Siapa saja yang hadir di acara Festival Menyala? Mazdjo Pray mengatakan, acara Festival Menyala dihadiri Ribuan Pasukan Menyala dari seluruh wilayah Jakarta dan juga dihadiri Pengurus partai Hanura dan Partai Ummat.
Dikutip dari Sumonarfest.com, Sumonar merupakan festival video mapping dan seni cahaya yang diselenggarakan sejak tahun 2019. Festival ini diselenggarakan oleh JVMP (kolektif seniman visual dan media baru) yang berbasis di Yogyakarta.
Foto: Instagram @jvmp_id
Selain sebagai ajang presentasi karya, festival ini juga menjadi tempat berkumpulnya para pelaku dan pecinta seni cahaya dari seluruh penjuru dunia.
Untuk sebuah festival yang berfokus pada seni cahaya, sejak tahun 2019 Sumonar telah melewati berbagai macam proses perubahan baik secara mikro dan makro.
“Kemampuan beradaptasi terhadap situasi dan kondisi yang tidak mudah untuk bertahan hidup sudah tercetak dalam DNA manusia. Demikian juga Sumonar, yang harus berubah dan berkembang seiring perkembangan zaman,” tulis keterangan resmi Sumonar pada website resminya.
Pada tahun 2023 ini, pihak penyelenggara Sumonar mengambil tema “Being as Such”.
Penyelenggaraan Sumonar tahun ini berani tampil beda dibanding tahun-tahun sebelumnya dengan mengambil lokasi di Museum Affandi.
Berbagai instalasi cahaya yang diatur sedemikian rupa memungkinkan pengunjung untuk berfoto ria berpadu dengan seni cahaya. Selain itu, para pengunjung juga dapat memaknai pemikiran maestro seni rupa melalui karya-karya mereka.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Laksmi Pratiwi mengatakan bahwa Sumonar merupakan festival yang sangat dinantikan dan menjadi salah satu festival yang berinovasi memanfaatkan teknologi IT. Ia berharap festival ini dapat dikenal lebih luas dan lebih menonjolkan titik-titik objek kebudayaan, seperti bangunan heritage dan sejenisnya.
Foto: Instagram @jvmp_id
“Festival ini diharapkan mampu berdampak secara luas. Menumbuh suburkan ekosistem khususnya seni cahaya di DIY. Semoga seni cahaya ini mampu menjadi energi yang merefleksikan tingginya inovasi seni dan menjadi pencerah Yogyakarta yang gaung budayanya tidak pernah padam,”
kata Dian dikutip dari Jogjaprov.go.id.
Sementara itu kurator Sumonar 2023, Ignatia Nilu mengatakan bahwa menuju masa transisi politik 2024, ia ingin berkelana ke masa lalu di mana sejarah memegang posisi penting dalam membangun common sense atau common goal.
Transisi ini diperlukan untuk menjadi refraksi masa depan.
“Melihat sejarah seni rupa Indonesia sebagai identitas bangsa. Jejak kesejarahan ini coba kami telusuri melalui karya para maestro seni rupa Indonesia,” kata Nilu.