Mengunjungi Sangiran, Situs Manusia Purba yang Jadi Warisan Dunia
Merdeka.com - Sangiran, begitulah namanya terpampang di buku-buku sejarah. Tempat yang berada di Kabupaten Sragen itu merupakan salah satu lokasi ditemukannya fosil manusia purba di Indonesia.
Tak hanya di Indonesia, situs penemuan fosil manusia purba Sangiran juga terkenal di dunia. Di mata dunia Internasional, situs manusia purba ini mampu menyumbangkan pengetahuan penting mengenai bukti-bukti evolusi manusia, evolusi fauna, evolusi kebudayaan, dan juga lingkungan yang terjadi berjuta-juta tahun yang lalu.
Tak heran pada tahun 1996, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Lantas seperti apa perkembangan situs manusia purba itu dari waktu ke waktu? Dan hal apa yang bisa dipelajari dari situs tersebut? Berikut selengkapnya:
-
Kenapa Situs Sangiran penting bagi penelitian manusia purba? Manusia Purba Sangiran di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah, menjadi salah satu situs paling penting untuk penelitian manusia purba di Asia Tenggara.
-
Mengapa Sangiran penting bagi penelitian manusia purba? Tak kurang dari 100 fosil individu Homo Erectus atau lebih dari 50 persen temuan Homo Erectus di dunia ditemukan di Situs Sangiran.
-
Dimana fosil manusia purba ditemukan? Dilansir Ancient Origins, arkeolog pertama kali menemukan fosil ini di Hualongdong, China Timur pada 2019 lalu.
-
Dimana Fosil Manusia Purba ditemukan? Situs arkeologi batu Oakhurst berada di dekat kota George di pantai selatan Afrika Selatan. Tempat ini terletak di tebing batu pasir di Lembah yang subur dengan pohon-pohon yellowwood.
-
Dimana kerangka manusia purba ditemukan? Kerangka ini ditemukan di Gua Lovelock, Nevada, Amerika Serikat.
-
Di mana jejak kehidupan manusia purba ditemukan? Para arkeolog menemukan jejak kehidupan manusia berusia 86.000 tahun di Gua İnkaya Çanakkale, Turki.
Penemuan Situs Sangiran
©2016 merdeka.com/arie sunaryo
Mengutip Wikipedia, Situs Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling pada tahun 1883 saat melakukan kegiatan eksplorasi. Peneliti sejarah purbakala Eugene Dubois sebenarnya juga pernah melakukan penelitian di Sangiran, namun tidak terlalu intensif karena penelitannya kemudian dipusatkan di daerah Trinil, Ngawi.
Dikutip dari Kemdikbud.go.id, nama Situs Sangiran mulai dikenal saat seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald melakukan penelitian pada tahun 1934. Waktu itu ia menemukan alat-alat batu hasil budaya manusia purba yang diperdagangkan oleh warga.
Oleh warga, alat-alat itu terkenal dengan sebutan “balung buta”. Selanjutnya pada tahun 1936 akhirnya ditemukan fosil manusia purba pertama di Sangiran. Tahun demi tahun, penemuannya makin banyak seperti fosil manusia, fosil hewan, alat tulang, dan alat batu.
Pendirian Museum Purbakala
©2016 merdeka.com/arie sunaryo
Hasil penggalian Von Koeningswald beserta timnya kemudian disimpan pada sebuah bangunan yang ia dirikan bersama Toto Marsono di Sangiran. Sementara itu koleksi-koleksi penting dikirim ke kawannya di Jerman, Franz Weidenreich.
Namun baru pada tahun 1988 sebuah situs museum dan konservasi laboratorium lokal sederhana didirikan di tempat itu. Pada tahun 2011, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuka museum itu untuk umum.
Kini, Museum Sangiran hadir dengan tiga ruang utama: ruang pertama berisi diorama yang berisi tentang kehidupan manusia purba di Sangiran sekitar 1 juta tahun yang lalu, ruang kedua berisi fosil-fosil yang ditemukan dan juga sejarah eksplorasi di situs tersebut, dan ruang ketiga berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh wilayah Sangiran.
Jadi Desa Wisata
©2016 merdeka.com/arie sunaryo
Seiring berjalannya waktu, kehadiran Museum Purbakala Sangiran nyatanya belum memberi dampak signifikan bagi kehidupan ekonomi warganya. Oleh karena itu Sangiran dicetuskan menjadi sebuah desa wisata.
Selain museum purbakala, di desa wisata itu terdapat banyak UMKM yang menjajakan berbagai kerajinan lokal seperti ikat kepala, baju lurik, kapak batu, kaligrafi bambi, dan masih banyak lagi. Alhasil pada Oktober 2021 kemarin Desa Wisata Sangiran masuk dalam 50 desa wisata terbaik di Indonesia.
“Desa Wisata Sangiran ini kelasnya dunia karena sudah diakui UNESCO dan menjadi situs tertua yang sudah ada 1,8 juta tahun lalu. Di ini wisata yang ditawarkan berbasis sejarah dan budaya,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dikutip dari Sragenkab.go.id. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Singkapan lapisan purba dapat dilihat secara kasat mata pada sejumlah tempat di Sangiran.
Baca SelengkapnyaSitus manusia purba Sangiran telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu dari empat situs warisan budaya dunia di Indonesia pada tahun 1996.
Baca SelengkapnyaFosil gajah purba ditemukan lengkap di Situs Sangiran. Diperkirakan mereka menghuni dataran Sangiran hingga ratusan ribu tahun lamanya
Baca SelengkapnyaPenelitian yang dilakukan pada 2008 lalu berhasil menemukan adanya aktivitas kehidupan manusia di tempat ini.
Baca SelengkapnyaKabupaten Kutai Timur memang memiliki segalanya. Tak hanya bentang alam yang indah, namun juga bukti arkeologi yang mengungkap fakta tentang manusia purba.
Baca SelengkapnyaSelain menjadi kawasan objek wisata sejarah, situs ini juga menjadi bukti adanya sebuah peradaban manusia yang hidup sejak ribuan tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaFosil-fosil yang dikirab merupakan hasil penemuan dari masyarakat setempat secara tidak sengaja
Baca SelengkapnyaKerang yang menumpuk di situs ini sudah mulai berkurang, karena masyarakat sekitar banyak yang mengambilnya untuk keperluan bahan baku kapur.
Baca SelengkapnyaManusia purba yang hidup China timur 1,5 juta tahun yang lalu melakukan berbagai aktivitas tidak hanya untuk bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Indonesia Jauh Sebelum Orang Mesir Bangun Piramida Pertama
Baca SelengkapnyaMenteri Negara dan Riset Teknologi (Menristek) B.J Habibie meresmikan Munasain sebagai akses pengetahuan yang menenyangkan.
Baca Selengkapnya