Miris, Begini Potret Romusa Jawa dalam Proyek Pembangunan Jalur Kereta Api Kematian Thailand-Myanmar
Mereka tidak mendapat fasilitas kehidupan yang layak oleh serdadu Jepang. Banyak dari mereka yang mati tersiksa.
Mereka tidak mendapat fasilitas kehidupan yang layak oleh serdadu Jepang. Banyak dari mereka yang mati tersiksa.
Miris, Begini Potret Romusa Jawa dalam Proyek Pembangunan Jalur Kereta Api Kematian Thailand-Myanmar
Jalur Kereta Api Kematian atau terkenal dengan istilah “The Death Railway” merupakan sebuah jalur kereta api di Provinsi Kanchanaburi yang melewati batas negara Thailand-Myanmar.
Pembangunan jalur kereta api itu dilakukan pada tahun 1942 dengan mengerahkan ratusan ribu tenaga kerja yang mayoritas adalah tahanan perang dan budak warga Asia.
Di antara para pekerja itu, banyak dari mereka yang merupakan romusa dari Pulau Jawa. Mereka dipekerjakan secara paksa dan tidak mendapat bayaran yang layak.
Bahkan tubuh mereka dibiarkan kurus kerontang karena tak mendapat pasokan makanan yang memadai.
-
Kenapa jalur kereta api di Thailand disebut 'Jalur Kematian'? Jalur Kematian, Thailand Ribuan tawanan perang dan pekerja lokal telah meninggal saat membangun jalur ini. Dan hingga kini, hanya satu jalur yang masih dibuka.
-
Dimana kecelakaan kereta api terjadi? Pada 29 Maret 1924, sebuah kecelakaan kereta api terjadi di Rancaekek, Bandung.
-
Bagaimana rel kereta api di Padang Panjang rusak? Gempa ini juga membuat fasilitas sarana dan prasarana kereta api di Padang Panjang mengalami kerusakan. Dan beberapa ruas rel juga sempat mengalami kerusakan karena tanah longsor.
-
Di mana kecelakaan maut itu terjadi? Kecelakaan ini terjadi pada (1/9/2023), di mana mobil yang ditumpangi keluarganya mengalami kecelakaan dengan truk bermuatan pasir. Kecelakaan ini terjadi di Segamat, Malaysia.
-
Apa yang terjadi di gerbong kereta maut? Peristiwa Gerbong Maut adalah insiden di mana 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dipindahkan dari Bondowoso ke Surabaya dengan tiga gerbong kereta api tertutup rapat.Pemindahan dilakukan tanpa memperhatikan keselamatan para tawanan, menyebabkan 46 pejuang meninggal dalam peristiwa ini.
-
Mengapa kecelakaan maut itu terjadi? Insiden ini berawal dari mobil yang digunakan keluarga tersebut melambat karena adanya perbaikan jalan. Sayangnya, truk pasir yang ada di belakangnya tidak dapat mengerem dengan tepat sehingga menyebabkan tabrakan.
Hal itulah yang terlihat dari video yang diunggah oleh kanal YouTube Hendri Teja. Video tersebut memperlihatkan suasana kamp romusa di Thanbyuzayat, Myanmar.
Disebutkan dari kanal YouTube Hendri Teja, para romusa itu direkrut paksa dari wilayah-wilayah yang diduduki militer Jepang seperti Thailand, Myanmar, Vietnam, Malaysia, China, dan juga Indonesia.
Kondisi mereka di kamp sangat menyedihkan. Tubuh mereka kurus kering, dan tinggal pada sebuah bangunan kecil beratapkan jerami.
Sejarawan Jepang, Aiko Kurosawa menulis bahwa betapa pilunya nasib romusa di jalur kereta api kematian itu.
Mereka bekerja pada medan yang sangat berat, merambah lembah, menembus rimba, bekerja di bawah hujan deras, jalanan berlumpur, atau terik matahari yang menyengat.
Sementara itu, serdadu-serdadu Jepang yang bertindak sebagai mandor berlaku sangat kejam.
Semua kekejaman itu diperburuk dengan jatah makanan yang minim serta fasilitas kesehatan yang tidak memadai.
Padahal waktu itu wabah kolera, disentri, dan wabah-wabah lainnya sedang ganas-ganasnya.
Akibatnya banyak romusa dan tawanan sekutu yang tewas. Bahkan ada laporan bahwa para romusa yang tidak bisa bekerja lagi karena sakit dikubur hidup-hidup.
Sementara menurut pengamat sejarah David Boggett, disebutkan bahwa dari 200 ribu hingga 500 ribu domusha asal Jawa yang dikerahkan, hanya sekitar 70 ribu yang masih hidup saat perang berakhir.
Setelah Perang Dunia II berakhir, para romusa kemudian diangkut ke Pantai Setse di Teluk Martaban.
Mereka selanjutnya diangkut menggunakan Landing Craft Tank (LCT) 7002 menuju kapal yang akan membawa mereka ke Rangoon, kota terbesar di Myanmar.
Dari Rangoon, mereka kemudian dipulangkan ke daerah masing-masing.
Pada akhirnya, sebanyak 800 romusa asal Pulau Jawa tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kepulangan mereka difasilitasi oleh Palang Merah Internasional yang dibantu armada Inggris. Orang-orang yang sakit dibawa dengan tandu menuju ambulans yang sudah menunggu di dermaga.