Peristiwa 17 Februari: Kelahiran Buya Hamka, Ulama Panutan dari Minangkabau
Merdeka.com - Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka adalah salah seorang ulama besar di Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai ulama, beliau juga merupakan seorang sastrawan, sejarawan, dan politikus yang begitu dihormati.
Sebagai sastrawan, Hamka telah melahirkan karya-karya yang fenomenal seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936), Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1937), dan masih banyak lagi. Melalui karya-karya tersebut, beliau dianggap sebagai salah seorang tokoh yang berpengaruh di dunia sastra Indonesia.
Tepat hari ini 17 Februari, pada 1908 silam, sosok ulama karismatik itu lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat. Seperti dikutip dari uinsu.ac.id, Buya Hamka lahir dari kalangan yang taat agama. Ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah adalah seorang tokoh Islam yang pernah mendalami ilmu agama di Mekkah.
-
Kapan Buya Hamka meninggal? Tepat hari ini, 24 Juli pada 1981 lalu, Buya Hamka meninggal dunia.
-
Siapa yang Buya Hamka maksud dengan orang berakal? Orang berakal hidup untuk masyarakatnya, bukan buat dirinya sendiri.
-
Kapan Buya Hamka meninggal dunia? Selain foto bersama tokoh Indonesia lainnya, ada pula beberapa foto Buya Hamka saat masih kanak-kanak hingga foto usai dirinya meninggal dunia pada tahun 1981.
-
Apa karya fenomenal Buya Hamka? Sebagai sastrawan, Hamka telah melahirkan karya-karya fenomenal seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936), Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1937), dan masih banyak lagi.
-
Siapa yang meresmikan Museum Buya Hamka? Rumah Buya Hamka ini resmi dibangun kembali pada tahun 2000 dan diresmikan oleh Gubernur Sumatra Barat saat itu, Zainal Bakar setahun sesudahnya.
-
Di mana Buya Hamka dimakamkan? Saat itu, ribuan pelayan datang mengantre ikut menyalatkan jenazah Buya Hamka.
Lantas, seperti apa perjalanan hidup Buya Hamka dan sumbangsihnya bagi bangsa Indonesia? Simak ulasannya yang dilansir dari uinsu.ac.id:
Riwayat Pendidikan Buya Hamka
©2020 biografi Buya Hamka
Lahir dari keluarga yang taat agama, menjadikan Buya Hamka sebagai sosok yang tekun mendalami agama Islam. Sejak kecil, beliau sudah menerima dasar-dasar agama dan membaca Alquran dari ayahnya.
Tak hanya mempelajari ilmu agama, beliau juga banyak belajar berbagai bidang ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, hingga sosiologi yang dipelajari secara otodidak. Pada usia 10 tahun, ayahnya mendirikan sekolah dan perguruan tinggi bernama Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di tempat tersebut, Hamka lebih banyak belajar dan mendalami ilmu bahasa Arab.
Pendidikan yang ditempuh Hamka sebenarnya tidak terlalu tinggi. Pada usia 8-15 tahun, beliau belajar agama di sekolah Diniyah dan Sumatera Thawlib. Beberapa gurunya yang terkenal adalah Syekh Ibrahim Musa Parabek, Zainuddin Labey el-Yunusy, dan Engku Mudo Abdul Hamid.
Menginjak usia remaja, Hamka semakin rajin membaca buku. Bahkan, kegemaran membaca buku ini membuatnya tidak puas dengan pendidikan yang ada. Oleh karena itu, ketika mencapai usia 16 tahun, beliau memutuskan merantau ke Yogyakarta untuk menambah wawasannya. Di Kota Pelajar tersebut, beliau banyak menimba ilmu dengan Ki Bagus Hadikusumo, HOS. Tjokroaminoto, R.M Suryopranoto, dan masih banyak lagi.
Karya-Karya Buya Hamka
©blogspot.com
Sumbangsih Buya Hamka bagi bangsa Indonesia tentu sudah tidak bisa diragukan lagi. Banyak sekali karya-karya beliau, baik karya ilmiah maupun sastra, yang hingga saat ini terus dipelajari oleh para penerusnya. Bahkan, buku-bukunya beberapa kali harus dicetak ulang karena minat pembacanya yang sangat tinggi.
Tak hanya dimintai oleh masyarakat Indonesia, tidak sedikit karya-karya Hamka yang terkenal di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Brunai Darusalam, dan Thailand. Beberapa bukunya yang sampai saat ini masih menjadi rujukan di antaranya Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, Lembaga Hidup, Tafsir Al-Azhar, hingga Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
Tidak bisa dimungkiri bahwa Buya Hamka telah memberi sumbangsih besar bagi bangsa Indonesia. Melalui gagasan dan pemikirannya, beliau banyak menyampaikan mengenai nilai-nilai keislaman yang menyejukkan hati.
Di samping itu, Hamka juga pernah terjun ke dalam politik melalui partai Masyumi, menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah. Hingga akhir hayatnya, tokoh muslim satu ini terus memberikan gagasan dan pemikiran di berbagai bidang ilmu. Hal inilah yang menjadikan sosoknya selalu dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
Wafatnya Buya Hamka
https://madrasahdigital.co/
Tepat pada bulan Ramadhan tanggal 27 Januari 1964, secara mengejutkan Hamka ditangkap di rumahnya dan dibawa ke Sukabumi untuk ditahan. Hamka dipenjara karena tuduhan melanggar undang-undang Anti Subversif Pempres No.11. Beliau dituduh merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno.
Banyak pihak menganggap, bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar dan hanya sebagai aksi politik semata. Selama 2 tahun 4 bulan, Hamka ditahan oleh rezim Sukarno. Walau begitu, Hamka mengaku sangat bersyukur dengan peristiwa itu, di balik jeruji beliau dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz.
Terlepas dari itu, sepanjang hidupnya Buya Hamka berhasil menorehkan tinta emas bagi masyarakat Indonesia. Tak heran, jika beliau mendapatkan berbagai gelar kehormatan, seperti gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar, Mesir dan Doctor Honoris Causa dari Universitas Prof. Moestopo Beragama. Tak hanya itu, ulama panutan ini juga mendapat gelar yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
Pada hari Jumat, 24 Juli 1981 menjadi hari kelabu bagi bangsa Indonesia. Sosok ulama kharismatik itu kembali ke pangkuan oleh Allah SWT. Setelah wafat, pemerintah menyematkan Bintang Mahaputra Utama secara anumerta kepada Hamka. Kemudian sejak 2011, Hamka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. (mdk/jen)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ayah dari Buya Hamka ini adalah sosok ulama tersohor dan pelopor reformis Islam di Indonesia.
Baca Selengkapnyarumah milik nenek Buya Hamka itu sempat hancur lebur saat pemerintahan Jepang menduduki Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaSosok Amir Hamzah, sastrawan asal Langkat dengan segudang karyanya dan dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai budayawan yang cukup terkemuka, ia telah melahirkan buku tentang adat Minangkabau dan hubungannya dengan Syariat Islam.
Baca SelengkapnyaBuya Hamka merupakan seorang ulama, aktivis politik, dan sastrawan.
Baca SelengkapnyaSetiap mendapat persoalan, Ganjar selalu berkonsultasi dengan Hamka Haq.
Baca SelengkapnyaUlama karismatik ini adalah gurunya para ulama dan pahlawan nasional Indonesia
Baca SelengkapnyaMakamnya jadi salah satu destinasi wisata religi penting di Surabaya
Baca SelengkapnyaCak Imin menyinggung garis keturunan Hadi yang memiliki darah Kiai Besar dari Pondok Pesantren Miftahul Falah Bungkuk Singosari, Malang.
Baca SelengkapnyaSoekarno dan Hatta selalu meminta pertimbangan Habib Ali Kwitang terkait kapan waktu dan di mana lokasi yang tepat untuk menentukan proklamasi kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaWapres Ma'ruf Amin merupakan sosok kelahiran Desa Kresek, Tangerang.
Baca SelengkapnyaKH Ahmad Hanafiah, sosok ulama yang berpengaruh di Lampung yang baru saja dinobatkan sebagai Pahalwan Nasional tahun 2023.
Baca Selengkapnya