Raih Gelar Profesor di Usia 42 Tahun, Ini Kisah Perjalanan Dosen Unsoed yang Menginspirasi
Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka.
Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka.
Raih Gelar Profesor di Usia 42 Tahun, Ini Kisah Perjalanan Dosen Unsoed yang Menginspirasi
Profesor Yunita Sari merupakan profesor termuda di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Dia menjadi profesor saat usianya mencapai 42 tahun.
-
Kapan dosen UB ditemukan? Habibi yang tinggal seorang diri di Perumahan Pandanwangi Royal Park Jalan Simpang Sulfat Utara Kota Malang hilang kontak sejak 3 Juni 2024. Kampus UB menyadari keganjilan tersebut setelah beberapa orang sahabat sesama dosen kehilangan jejaknya. '(Habibi) Yang bersangkutan ini memiliki kolega yang biasa guyon-guyon, kok beberapa hari tidak kelihatan, biasanya muncul kok enggak muncul. Kemudian menanyakan itu, akhirnya selama satu pekan kok enggak muncul sama sekali. Saya minta untuk menghubungi keluarganya, ketika menghubungi keluarganya ternyata juga keluarga tidak dipamiti,' urainya.
-
Dimana dosen UB ditemukan? Sementara Helmiyah, kakak kandung Habibi mengatakan adiknya kembali ke rumah pada Jumat, 28 Juni 2024 dalam keadaan selamat dan sehat.
-
Kenapa Engr Hadi Usman mendapatkan gelar doktor? Gelar tersebut diberikan sebagai pengakuan atas berbagai penemuan cemerlangnya, seperti generator tanpa bahan bakar, kompor yang beroperasi di atas air, dan helikopter bermesin Vespa.
-
Siapa yang meraih gelar Doktor di usia 25 tahun? Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun, Ini Kisah Wiwit Nurhidayah yang Menginspirasi Wiwit tak menyangka bisa meraih gelar Doktor di usia yang masih muda. Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, Wiwit Nurhidayah berhasil menyelesaikan studi doktoral dengan predikat pujian alias cumlaude.
-
Siapa dosen UGM di bidang Geografi yang berpengaruh? Aris Marfai dari Fakultas Geografi mengungkapkan rasa syukurnya dapat menjadi bagian dari 2 persen ilmuwan paling berpengaruh di dunia.
-
Siapa Profesor yang berpengaruh di Bahasa Indonesia? Tokoh tersebut bernama Prof. Sutan Muhammad Zain, seorang ahli pakar Bahasa Indonesia.
Ibu dari dua anak itu lulus Pendidikan S1 Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2003 dan lulus Program Profesi Ners tahun 2005. Pada tahun 2005 ia menjadi dosen di Jurusan Keperawatan, Unsoed.
Tahun 2007 ia melanjutkan studi Magister-nya di Wound Care Department Universitas Tokyo, Jepang. Pada tahun 2009 ia melanjutkan studi Doktor di institut yang sama di Universitas Tokyo, Jepang.
Pada tahun 2012, Prof. Yunita pulang ke Indonesia untuk mengabdi kembali di Unsoed. Saat kembali ke Unsoed, ia berkolaborasi dengan para dosen lainnya untuk mengembangkan inovasi dalam bidang perawatan luka.
Beberapa inovasinya antara lain alat stimulasi elektris untuk perawatan luka, manset vibrator untuk perawatan luka, gel jintan hitam, dan lain-lain.
Selain itu, Prof. Yunita juga aktif menulis buku ajar, buku referensi, dan buku monograf terkait perawatan luka. Salah satu buku yang ditulisnya bahkan diterbitkan oleh penerbit Springer, Jerman.
Prof Yunita mengatakan bahwa berdasarkan referensinya, angka amputasi karena luka kaki diabetes di Indonesia termasuk tinggi. Hal inilah yang membuatnya tergerak untuk menciptakan berbagai inovasi yang dapat mempercepat penyembuhan luka kronis, terutama luka diabetes.
Selama studi di Jepang, Prof. Yunita pernah mendapat internasional research grant, yaitu dari Ichiro Kanehara dan Asosiasi Perawat luka Jepang. Selain itu ia juga pernah menjadi juara I kompetisi Essay yang diselenggarakan oleh Sato Foundation, Jepang.
Saat ini, aktivitas Prof. Yunita adalah sebagai Wakil Dekan bidang Akademik FIKes Unsoed. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Ketua Bidang Publikasi Indonesian Wound Enterostomal Continence Nurse Association, bidang penjaminan mutu Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia Regional VII Jateng, Asesor Akreditasi bidang kesehatan, dan menjadi Reviewer Penelitian Nasional.
Dalam hidupnya, Prof Yunita selalu berusaha manusia yang banyak membantu orang lain. Dari suaminya, ia belajar menerapkan prinsip “Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi orang lain”.
Dari motto inilah, ia ingin menciptakan inovasi-inovasi dalam bidang perawatan luka yang harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.
Selain itu, ia ingin agar pencapaiannya menjadi guru besar menjadi inspirasi bagi kedua anaknya