Kisah Haru Yubita, Gadis Difabel dari Grobogan yang Bisa Kuliah Gratis di UGM
Perjuangan keras harus ia lalui untuk bisa masuk di salah satu kampus terbaik di Indonesia itu.
Perjuangan keras harus ia lalui untuk bisa masuk di salah satu kampus terbaik di Indonesia itu.
Kisah Haru Yubita, Gadis Difabel dari Grobogan yang Bisa Kuliah Gratis di UGM
Jumat, 15 September 2017 merupakan hari yang tak terlupakan bagi seorang Yubita Hida Aprilia. Saat itu, ia harus menjalani operasi amputasi kaki kanan di RS Orthopedi Solo. Kakinya harus diamputasi karena tumor tulang yang terdeteksi telah menyebar dari telapak kaki hingga betis. “Sedih memang. Tapi mau bagaimana lagi. Orang tua dan dokter sepakat ini harus dilakukan agar tidak semakin menjalar,” kata Yubita dikutip dari Ugm.ac.id pada Selasa (1/8).
-
Bagaimana anak kurang mampu bisa kuliah di UGM? Ada banyak cara agar mereka bisa berkuliah di perguruan tinggi favorit. Salah satunya dengan menjadi siswa berprestasi dan masuk ke universitas favorit dengan jalur prestasi.
-
Siapa saja anak kurang mampu yang diterima di UGM? Pertama adalah cerita siswa asal Lombok Timur bernama Gigih Indah Sukma Halwai (17). Dia tak henti mengucapkan syukur saat dinyatakan diterima di program studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM. Ia dibesarkan oleh ayahnya yang merupakan seorang guru honorer. Ibunya meninggal pada tahun 2019 lalu. Penghasilan ayahnya yang menjalani peran sebagai orang tua tunggal pun pas-pasan. Namun kondisi sulit itu membuat Gigih berjuang keras untuk mewujudkan mimpinya.
-
Siapa yang mendapatkan beasiswa UGM? Muhammad Arifin Ilham (18), punya tekad besar untuk melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Butuh biaya besar untuk mewujudkan tekad Ilham. Padahal ia berasal dari keluarga yang kurang mampu.
-
Bagaimana Johar bisa kuliah di UGM? Johar kemudian memanfaatkan peluang terakhir masuk UGM melalui Ujian Mandiri dengan pilihan Prodi Akuntansi FEB UGM. Ia pun pada akhirnya diterima.
-
Bagaimana Menpora Dito membantu atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Bagaimana anak STIN mendapatkan pengalaman kuliah tanpa biaya? Taruna yang telah dinyatakan lolos seleksi akan mendapatkan banyak fasilitas yang mumpuni dan lengkap selama menempuh pendidikan. Namun fasilitas utama yang wajib diterima adalah tidak ada biaya kuliah alias gratis.
Yubita merupakan mahasiswa baru UGM asal Desa Termas, Kecamatan Karangrayung, Grobogan. Dia diterima di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya melalui jalur SNBT dengan skema pembayaran UKT 0 alias gratis. Perjuangannya untuk bisa masuk UGM tidak main-main. Sejak SD hingga sekarang ia harus beraktivitas menggunakan kruk. Selain itu dia juga harus membatasi banyak kegiatan seperti pramuka dan olahraga.
Belum lagi Yubita kehilangan ayah tercintanya yang terkena penyakit paru-paru. Saat itu Yubita baru lulus dari SMA Negeri 1 Karangrayung. “Ayah meninggal hampir bersamaan saat kelulusan SMA. Makanya saat lulus dari SMA Negeri 1 Karangrayung saya sempat gap year,” ungkap Yubita.
Sepeninggal sang ayah, Yubita melihat sang ibu, Juwariyah, harus sendirian menanggung beban keluarga. Sang kakak yang sudah berkeluarga, Yuli Nur Hidayah, belum bisa membantu terlalu banyak karena belum terlalu mapan. Sementara sang adik, Setyo Budi Utomo, masih duduk di bangku SD. Sembari menunggu kesempatan seleksi masuk perguruan tinggi, Yubita mengisi hari-harinya dengan membaca dan latihan soal-soal tes. Ia menjalani semua proses itu dengan tenang dan tawakal.
Nilai-nilai Yubita di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Karangayung sebenarnya tidak terlalu jelek dengan rata-rata nilai Ujian Sekolah mencapai 85,46. Namun untuk mengejar ketertinggalan, ia selalu konsisten dengan pola belajar yang rutin dan dijalaninya setiap hari jam 3 dini hari hingga Subuh. “Beraninya paling bilang minta dibelikan buku-buku latihan soal dan paket try out. Kalau ada kesulitan sesekali buka YouTube. Kenapa Sastra, ya berharap saja kuliah lapangannya tidak terlalu banyak,” kata Yubita.
Ibunda Yubita, Juwariyah, mengaku senang sekaligus sedih melihat Yubita diterima kuliah di UGM. Senang karena apa yang diinginkan anaknya terkabul, sedih karena almarhum suaminya tidak melihat kebahagiaan Yubita masuk kuliah di UGM. Pada awalnya, Juwariyah berpikir mustahil anaknya itu bisa masuk UGM. Apalagi penghasilannya sebagai tenaga paruh waktu di pemotongan ayam dan buruh tani tidak akan mencukupi.
“Rata-rata penghasilan hanya sekitar Rp1,5 juta. Bersyukur saja. Sedihnya bapak tidak bisa nyawang Yubita kuliah menjadi mahasiswa baru UGM.”
Juwariyah mengungkapkan penghasilannya yang pas-pasan untuk menghidupi keluarga kecilnya.