Rumah Tua Ini Jadi Tempat Penangkapan Pangeran Diponegoro, Begini Kondisinya
Merdeka.com - Tepat pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro datang ke kediaman Residen Kedu untuk melakukan perundingan dengan Jenderal De Kock dalam rangka mengakhiri Perang Jawa. Pada waktu itu, Diponegoro datang tanpa menaruh rasa curiga apapun. Ia tidak sadar bahwa Jenderal De Kock tengah menjebaknya.
Di tengah pertemuan itu, Diponegoro ditangkap oleh pasukan pengaman dan kemudian diasingkan oleh Belanda ke Manado, Sulawesi Utara.
Sampai kini, rumah Residen Kedu yang sebelumnya menjadi tempat perundingan sekaligus penangkapan Pangeran Diponegoro masih terawat dengan baik. Bahkan, bangunan yang berada di Kota Magelang, Jawa Tengah itu kini menjadi sebuah museum. Begini kondisinya kini:
-
Dimana Diponegoro ditangkap? Raden Saleh meminta izin pemerintah Belanda untuk melakukan penelitian ke Magelang. Tempat penangkapan Diponegoro di kediaman Residen Kedu.
-
Dimana makam Pangeran Diponegoro berada? Lokasi makam Pangeran Diponegoro berada di Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar.
-
Di mana Benteng de Kock berada? Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini tak semata-mata hanya menjadi bangunan biasa.
-
Siapa yang melukis Penangkapan Pangeran Diponegoro? Lukisan itu menjadi salah satu karya terbaik Raden Saleh. Bagaimana kisah di baliknya?
-
Siapa yang menjaga makam Pangeran Diponegoro? Menurut Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, makam itu tidak perlu dipindah. Apalagi keberadaan makam tersebut dihargai dan dijaga oleh masyarakat Makassar. “Kalau saya tidak usah dipindah. Pangeran Diponegoro di sana juga dihargai masyarakat. Mereka juga menjaga makam itu“
-
Apa yang ada di sekitar makam Pangeran Diponegoro? Selain makam Pangeran Diponegoro, di area makam juga ada makam sang istri R.A Ayu Ratna Ningsih, serta enam anaknya.
Sudah Mengalami Perubahan
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Dilansir dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang, eks rumah dinas Residen Kedu itu sekarang kondisinya sudah berbeda jauh jika dibandingkan saat peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro. Ini disebabkan gedung itu mengalami renovasi besar-besaran setelah diguncang gempa bumi yang terjadi pada tahun 1867. Gedung hasil renovasi itulah seperti yang tampak hingga sekarang.
Saat ini bangunan itu telah menjadi museum yang berisi koleksi-koleksi terkait Pangeran Diponegoro. Salah satu koleksi yang menyita perhatian dari museum itu adalah sebuah kursi yang dulunya digunakan Pangeran Diponegoro duduk berunding. Saking berharganya, kursi itu disimpan pada sebuah lemari kaca transparan yang tampak dari luar.
Pada salah satu gagang kursi terdapat bekas cakaran kuku dari Pangeran Diponegoro. Diduga saat menyadari dia sudah dijebak, Pangeran Diponegoro melampiaskan amarahnya dengan menancapkan kukunya di gagang kursi tersebut.
Jubah Pangeran Diponegoro
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Di museum itu juga terdapat jubah yang dulunya digunakan Pangeran Diponegoro saat berunding. Jubah berwarna putih itu memiliki tinggi 170 cm dan lebar 120 cm. Dilansir dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang, jubah itu terbuat dari kain santung dari negeri Tiongkok.
Saat dia ditangkap, jubah itu diserahkan pada salah satu putra menantunya. Jubah itu disimpan di dalam sebuah lemari kaca sehingga pengunjung bisa melihatnya dari luar.
Selain itu, di sana juga ada gelas, poci, dan kendi yang biasa dibawa Pangeran Diponegoro saat melangsungkan perang gerilya. Di museum itu juga terdapat tempat salat sang pangeran saat melakukan gerilya di wilayah Kebumen, Jawa Tengah. Begitulah kondisi bangunan yang dulunya menjadi tempat peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro.
Kini, bangunan itu dialihfungsikan sebagai museum yang menyimpan koleksi peninggalan Pangeran Diponegoro. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaRumah itu merupakan warisan keluarga yang telah diturunkan selama beberapa generasi
Baca SelengkapnyaBenteng de Kock, saksi bisu Perang Padri yang dimotori Tuanku Imam Bonjol di Bukittinggi.
Baca SelengkapnyaRumah ini dibangun untuk mengenang salah satu pahlawan nasional Indonesia dalam mempertahankan tanah kelahiran dari para penjajah.
Baca SelengkapnyaKini rumah ini menjadi sebuah museum yang bisa dikunjungi wisatawan secara gratis
Baca SelengkapnyaProvinsi Bengkulu pernah menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno selama era sebelum kemerdekaan dalam rentang tahun 1938-1942.
Baca SelengkapnyaNdalem Sopingen pada awalnya dibangun oleh seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta sekitar tahun 1800.
Baca SelengkapnyaRumah itu menyimpan banyak cerita pada masa pendudukan Belanda.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa mempercayai bahwa tongkat ini memiliki karomah yang kuat. Barang siapa yang memegangnya, diyakini bisa menjadi seorang pemimpin.
Baca SelengkapnyaRumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Baca SelengkapnyaDi pesanggrahan ini terpajang bingkai foto Presiden Soekarno saat melakukan pidato di tangga pintu masuk.
Baca SelengkapnyaMakam Pangeran Diponegoro terlihat sederhana karena letaknya yang berada di tengah kota.
Baca Selengkapnya