Sambut Ramadan dengan Cara Unik, Ini Fakta Sejarah Tradisi Dandangan di Kudus
Merdeka.com - Kudus merupakan salah satu tempat berkembangnya ajaran Islam di Nusantara. Di sana, tradisi budaya Islam telah berkembang di kalangan santri sejak zaman Walisongo. Salah satu bentuknya adalah tradisi yang dikenal dengan nama “Dandangan”.
Dilansir dari Wikipedia.org, Dandangan merupakan sebuah festival di Kudus untuk menandai dimulainya ibadah puasa di Bulan Ramadan. Beberapa acara yang masuk dalam rangkaian acara ini adalah festival rebana dan kirab.
Biasanya, para peserta tradisi Dandangan berjumlah ratusan yang terdiri dari kelompok seniman, masyarakat, serta para pelajar. Masih dilestarikan hingga kini, tradisi Dandangan sudah ada sejak zaman Walisongo. Lalu seperti apa asal mula tradisi ini?
-
Kapan Islam mulai masuk ke Nusantara? Di Nusantara, sejarah masuknya Islam masih menjadi topik yang sering diperdebatkan. Banyak fakta yang tidak tertulis menyebabkan perbedaan pendapat di kalangan sejarawan mengenai waktu dan lokasi awal masuknya Islam.
-
Di mana Sunan Kudus berdakwah? Sunan Kudus memilih Kudus sebagai tempat berdakwah terlamanya hingga bertahun-tahun.
-
Bagaimana Islam menyebar di Indonesia? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Bagaimana tradisi Maulid Nabi di Kudus? Gunungan ini kemudian diarak dalam kirab dan didoakan oleh tokoh pemuka agama Islam. Setelahnya, isi dari gunungan tersebut dibagikan kepada warga setempat.
-
Dimana tradisi Tutunggulan berkembang? Tradisi ini dahulu banyak berkembang di wilayah agraris Jawa Barat seperti, Cianjur, Tasikmalaya hingga Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
-
Bagaimana Walisongo menyebarkan Islam di Jawa? Walisongo menggunakan berbagai cara dakwah yang inovatif dan adaptif terhadap budaya lokal. Metode dakwah mereka yang bijaksana dan inklusif memungkinkan Islam diterima dengan baik oleh masyarakat yang sebelumnya menganut kepercayaan Hindu, Buddha, dan animisme.
Asal Mula Dandangan
©2020 liputan6.com
Dilansir dari Kemdikbud.go.id, pada mulanya, Dandangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.
Kata “Dandangan” sendiri berasal dari onomatope suara bedug khas Masjid Menara Kudus. Ketika bedug ditabuh, muncul suara yang nyaring, “Dang!” yang menjadi bunyi tanda awal datangnya Bulan Ramadan.
Sudah Ada Sejak Zaman Wali Songo
©istimewa
Pada mulanya, atau tepatnya pada abad ke-16, tradisi ini dilakukan setelah Sunan Kudus mengumumkan hari awal puasa. Waktu itu, Sunan Kudus memang salah satu ahli Ilmu Falak yang bisa mengetahui hitungan hari dan bulan dalam Kalender Hijriah. Pemukulan bedug itu dilakukan dua kali di pelataran Masjid Menara Kudus.
Pemukulan pertama ditunjukkan untuk mengumpulkan masyarakat, sementara pemukulan kedua dilakukan untuk membuka awal Bulan Ramadan yang dilakukan setelah salat Isya’.
Pada masanya, acara ini dihadiri langsung oleh murid-murid Sunan Kudus seperti Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak, Sultan Hadirin dari Jepara, hingga Arya Penangsang dari Blora.
Tradisi Dandangan Kini
©2015 merdeka.com/parwito
Seiring waktu, tradisi Dandangan selalu diwariskan secara turun temurun hingga sekarang. Kini, tradisi ini berwujud festival budaya dan kirab rebana. Saat diselenggarakan tradisi ini, pengunjung dapat melihat atraksi-atraksi seni seperti Barongan Gembong Kamijoro.
Seiring waktu, tradisi ini makin meriah digelar dengan para pelaku usaha yang memanfaatkan momen itu untuk berjualan. Semaraknya tradisi ini tidak hanya disambut hangat oleh masyarakat muslim yang akan melaksanakan puasa, namun juga masyarakat non-muslim di Kudus. Tidak sedikit masyarakat non-muslim yang menjajakan dagangannya atau sekedar melihat kemegahan Menara Kudus dari dekat.
Ditiadakan Selama Masa Pandemi
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Guna mencegah penularan virus COVID-19 selama masa pandemi, tradisi Dandangan terpaksa ditiadakan. Pemkab Kudus memutuskan untuk tidak mengadakan tradisi itu karena bila tetap berani mengadakannya, kemungkinan besar kerumunan sulit dibendung.
Berdasarkan pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, tradisi itu mampu menampung 500-an pedagang yang 90 persennya merupakan warga luar kota. Begitu pula pengunjungnya yang didominasi warga luar kota. Hal ini pulalah yang menjadi pertimbangan agar tradisi itu tidak digelar selama pandemi masih merebak. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca SelengkapnyaTradisi warga Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten ini terbilang unik.
Baca SelengkapnyaBerbagai macam perayaan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad di tiap daerah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMauludan merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemuja, Kabupaten Mendo Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Baca SelengkapnyaDengan beragam budaya yang ada di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca SelengkapnyaBiasanya, tradisi ini dilaksanakan ketika hari besar Islam yaitu Idulfitri, Maulid Nabi, dan juga Iduladha.
Baca SelengkapnyaTradisi turun-temurun ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga Batukarut dan Lebakwangi yang berada di luar kota.
Baca SelengkapnyaSebuah acara yang diselenggarakan setiap bulan suci Ramadan di Jambi ini perpaduan antara tradisi dan budaya yang menjadi simbol keharmonisan antar sesama.
Baca SelengkapnyaBagaimana sebenarnya sejarah agama Islam masuk ke Indonesia?
Baca SelengkapnyaWarga Kabupaten Lombok Utara ini baru merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dua hari setelah hari kelahiran Rasulullah.
Baca SelengkapnyaTak sekedar meramaikan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, karena tradisi bernama Panjang Mulud khas Banten juga menyiratkan pesan kebaikan.
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca Selengkapnya