Selatan Pulau Jawa Sering Gempa, Ini Pejelasan Ahli
Merdeka.com - Pada tanggal 22 Juni 2020, wilayah Yogyakarta dan sekitarnya diguncang gempa berkekuatan 5.0 Skala Richter. Gempa yang terjadi dini hari itu terasa cukup keras dan membangunkan warga yang tengah tertidur nyenyak. Walau begitu, tak ada laporan kerusakan akibat gempa ini.
Gempa yang berpusat di bagian selatan Pulau Jawa itu tak hanya terjadi satu atau dua kali bahkan berkali-kali. Fenomena gempa yang sering terjadi di sana menarik perhatian seorang peneliti sekaligus pakar geologi UGM, Dr Gayatri Indah Marliyani. Menurutnya, gempa itu berpusat dari dalam lempeng yang menunjam.
“Jika dilihat dari lokasi kedalamannya, gempa ini bersumber dari dalam lempeng yang menunjam. Lempeng itu masih menjadi bagian dari sistem subduksi di selatan Jawa,” kata Gayatri dikutip dari Kagama.co pada Jumat (26/6).
-
Di mana gempa bumi sering terjadi di Indonesia? Wilayah yang rawan mengalami gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
-
Mengapa gempa Bali terasa di beberapa wilayah? Dia menyebut, meski berkekuatan kecil, getaran gempa begitu dirasakan warga di sejumlah wilayah.
-
Dimana pusat gempa di Bali? Mengutip informsi BMKG, pusat gempa berada di 8.52 LS,115.35 BT atau 2 km timur laut Gianyar, Bali dengan kedalaman 10 km.
Gerakan Menurun
©Wikipedia.org
Menurut Gayatri, gempa berkekuatan 5.0 skala ricther itu memiliki pergerakan menurun. Oleh karena itu, guncangan yang ditimbulkan merupakan respon dari batuan terhadap gaya tarikan lempeng samudra yang bergerak ke bawah.
Gayatri menambahkan, gempa yang ditimbulkan dari gerakan ke bawah itu biasanya dapat dirasakan dengan cakupan wilayah yang luas. Apalagi, pusat gempa berada di tempat yang cukup dalam dengan daerah bertekanan besar dan bersuhu cukup tinggi.
Tidak Menyebabkan Gempa Susulan dan Tsunami
©Bmkg.go.id
Menurut Gayatri, batuan yang berada di pusat terjadinya gempa bersifat plastis. Oleh karena itu, setelah sempat mengalami deformasi atau pergerakan, batuan kemudian akan kembali ke posisi semula. Gempa itu tidak mengakibatkan gempa susulan atau tsunami.
“Sebab tidak mengakibatkan perubahan dasar laut secara signifikan,” terang Gayatri.
Energi yang Tertahan
©Wikipedia.org
Menurut Gayatri, cekungan muka busur di selatan pantai Pacitan secara drastis menyempit dibandingkan dengan cekungan di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, banyak dijumpai morfologi tonjolan di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah ini.
Adanya tonjolan-tonjolan itu menjadi ganjalan dalam proses subduksi sehingga menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan. Energi yang tertahan itu kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yang ditandai dengan peristiwa gempa bumi.
Pertanda Baik
Menurut Gayatri, seringnya terjadi gempa berskala kecil di kisaran 5-6 SR sebenarnya bisa jadi merupakan pertanda baik. Pasalnya, energi yang tertahan itu dilepaskan secara bertahap. Namun asumsi itu harus diteliti lebih lanjut.
“Untuk mengetahui berapa sebenarnya energi yang masih tersimpan dan yang sudah dilepaskan, harus terus dilakukan penelitian secara saksama dan terus menerus,” kata Gayatri.
Masyarakat Jangan Panik
Melihat kondisi bahwa daerah pesisir selatan Jawa sering dilanda gempa, masyarakat setempat diminta untuk tidak panik. Selain itu masyarakat juga tidak boleh termakan oleh isu-isu yang menyesatkan dari sumber yang tidak jelas.
Selain itu juga diperlukan kesadaran bahwa mereka tinggal di wilayah rawan gempa bumi. Untuk itulah, Gayatri menyarankan masyarakat untuk memahami pengetahuan-pengetahuan tentang daerah tempat tinggalnya. Hal itu diperlukan untuk mengantisipasi ancaman bahaya yang mungkin terjadi.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat 15 segmen megathrus di Indonesia. Masing-masing segmen punya sejarah kegempaannya masing-masing
Baca SelengkapnyaBadan Geologi Kementerian ESDM memaparkan analisis tentang gempa bumi magnitudo 6,2 yang mengguncang wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKetiga wilayah tersebut memiliki jarak paling dekat dengan pertemuan lempeng subduksi yang dapat memicu gempa berkekuatan tinggi.
Baca SelengkapnyaMenurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca SelengkapnyaHingga pukul 13.10 WIB, ada delapan kali gempa susulan.
Baca SelengkapnyaDari catatan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, gempa bumi susulan Bawean sudah mencapai 229 kali.
Baca SelengkapnyaGempa itu terjadi hari ini, Sabtu (14/9) pukul 00.19 WIB.
Baca SelengkapnyaGempa tersebut bahkan dirasakan masyarakat di Malang, Semarang hingga Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaRentetan gempa Tuban sejak Jumat pagi dipicu sesar aktif di Laut Jawa.
Baca SelengkapnyaPotensi terjadinya gempa besar dan tsunami ini sejatinya hampir merata di sepanjang pesisir selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat dua kali gempa susulan yang dipicu aktivitas deformasi batuan di bidang kontak antar lempang (megathrust)
Baca SelengkapnyaRatusan pasien RS Universitas Airlangga terpaksa dievakuasi ke lapangan akibat gempa bumi
Baca Selengkapnya