Siswi SMA di Sragen Jadi Korban Perundungan Akibat Tak Pakai Jilbab, Ini 4 Faktanya
Merdeka.com - Kasus perundungan masih saja sering terjadi di lingkungan sekolah. Ironisnya, pelaku perundungan tak hanya berasal dari kalangan teman, namun juga pihak guru yang seharusnya bisa menjadi teladan.
Seorang siswi SMA di Sragen menjadi korban perundungan oleh gurunya sendiri. Alasan di balik perundungan itu adalah sang siswi yang tidak menggunakan jilbab. Polisi berharap kasus bisa diselesaikan secara kekeluargaan karena sang guru telah meminta maaf kepada korban.
Lalu seperti apa fakta-fakta di balik kasus itu? Berikut selengkapnya:
-
Kenapa mata siswi itu ditusuk? Namun karena tidak mau menuruti, pelaku akhirnya emosi dan melakukan penganiayaan kepada korban hingga mata sebelah kanan mengalami cedera akibat ditusuk dengan menggunakan tusuk cilok.
-
Kenapa guru itu mencabuli murid? 'Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswi itu? 'Hasil pemeriksaan fisik sementara kita indikasikan kemungkinan pembunuhan karena terdapat luka terbuka pada beberapa bagian tubuh. Di punggung tangan dan sekitarnya,' kata Rizka.
-
Dimana siswi SMP disekap? Dari 10 tersangka pelaku pemerkosaan, empat orang masih belum tertangkap. Polisi mendatangi rumah empat buronan penyekap dan pemerkosa secara bergilir siswi SMP selama tiga hari di Lampung Utara, Lampung, inisial NA.
-
Kenapa siswa membacok guru? Terkait kejadian ini, Kasatreskrim Polres Demak AKP Winardi mengatakan, pelaku tega membacok gurunya sendiri diduga karena tidak terima mendapat nilai jelek.
-
Siapa guru yang mencabuli murid? Kasat Reskrim Polres Kota Pariaman, Iptu Rinto Alwi mengatakan, peristiwa itu terjadi beberapa bulan yang lalu dan pelaku sudah berhasil diamankan. 'Kejadian tahun ini, beberapa bulan yang lalu. Pelaku berhasil ditangkap pada 15 Mei 2024. Pada 29 Mei 2024 perkaranya sudah dilimpahkan ke Kejaksaan,' tuturnya.
Siswi Minder dan Tak Mau Sekolah
©YouTube/Liputan6
Peristiwa perundungan ini menimpa S, seorang siswi kelas 10 SMA Negeri 1 Sumberlawang. Akibatnya S merasa tidak nyaman dan menjadi minder sehingga enggan kembali ke sekolah.
Perundungan yang awalnya berupa teguran itu membuat S malu karena terjadi saat pembelajaran berlangsung. Orang tua korban merasa cara dan waktu sang guru tidak tepat sehingga dilaporkan ke polisi.
“Waktu, tempat, dan caranya yang mungkin kurang tepat. Anak kami ditanya agamanya apa, sudah sholat atau belum, disuruh tobat, dengan nada tinggi di depan teman-teman yang sebegitu banyaknya kan bisa ada krisis kepercayaan diri atau rasa malu dan ketidaknyamanan yang tercipta di situ,” kata Agung Purnomo, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Senin (14/11).
Sang Guru Tidak Menyangka
©YouTube/Liputan6
Melihat peristiwa ini, teman-teman korban memberi semangat pada S agar bisa kembali ke sekolah. Sementara itu sang guru tidak menyangka teguran yang ia berikan begitu berdampak pada siswinya. Sang guru pun meminta maaf pada siswinya dan berharap agar masalah bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
“Saya menyampaikan secara spontanitas, tidak terencana, dan tidak terpikir sebelumnya. Anak itu saya suruh membaca terjemahan Surat Al-Ahzab ayat 59, dan dia pun membacanya sendiri. Hari itu langsung menemui kedua orang tuanya di rumahnya, saya meminta maaf, saya menyadari kalau saya guru biasa bukan malaikat, jadi kalau khilaf itu wajar,” kata Suwarno, guru SMAN 1 Sumberlawang.
Polisi Siap Mediasi
©YouTube/Liputan6
Sementara itu Polres Sragen telah menerima laporan dari kedua orang tua korban. Perihal hal ini mereka siap melakukan mediasi agar kasus tidak berakhir secara hukum.
“Kita tetap berpedoman bahwa pendekatan pidana itu obat terakhir. Permasalahan seperti ini kan ujungnya adalah kita ingin supaya jangan sampai terulang kembali. Nanti kita lihat perkembangannya seperti apa, tentunya sesuai pedoman bapak Kapolri program restorative justice tetap digelorakan untuk dilaksanakan. Jadi kebermanfaatan hukum benar-benar dirasakan masyarakat,” kata Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama.
Seruan DPRD Sragen
©YouTube/Liputan6
Menanggapi kasus ini, DPRD Sragen meminta agar semua sekolah memberikan perlindungan pada para siswa minoritas, termasuk dalam hal gaya berpakaian. Mereka pun menyayangkan kasus di SMAN 1 Sumberlawang dan memanggil guru untuk memberikan klarifikasi mengenai kasus perundungan itu.
“Ini harus menjadi pembelajaran kita semua agar jangan diulangi terutama pada bapak ibu guru. Jadi siswa yang tidak membawa jilbab itu sesungguhnya adalah hal yang wajar. Kita harus melindungi minoritas di negeri kita agar tidak terpecah belah, bukan hanya minoritas dalam hal agama tapi juga minoritas dalam hal adab dan budaya,” kata Sugiyamto, Ketua Komisi IV DPRD Sragen. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian ini sontak viral di media sosial usai kakak korban dengan akun Instgram @jjjough
Baca SelengkapnyaAksi guru ini berbuntut panjang. Orang tua murid tidak terima anaknya diperlakukan demikian.
Baca SelengkapnyaVideo aksi bullying ini sempat viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaPengakuan korban dan luka-luka di tubuhnya direkam guru menggunakan kamera ponsel. Videonya pun viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaKeluarga memilih melapor ke polisi setelah menilai pihak sekolah anggap sepele dengan permasalahan ini.
Baca SelengkapnyaPolisi sudah memeriksa 14 saksi dalam kasus bullying yang menimpa siswi SMP Al Basyariah
Baca SelengkapnyaSekolah akan tegas terhadap siswa yang terlibat perundungan dan hukum.
Baca SelengkapnyaSiswi tersebut dianggap melanggar tata tertib sekolah.
Baca SelengkapnyaKasus perundungan kembali terjadi dan viral di media sosial. Kali ini korbannya siswi sekolah menengah pertama (SMP) di Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Baca SelengkapnyaDisebut-sebut, korban pribadi yang menutup diri atau inrovert.
Baca SelengkapnyaKorban SH juga dicekoki konten pornografi yang dipertontonkan pelaku melalui layar handphonenya.
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal dunia, anaknya sempat merasa bahagia setelah kelulusan.
Baca Selengkapnya