Tren Kasus COVID-19 di Indonesia Menuju Puncak Kurva, Ini Kata Epidemolog Asal Jogja
Merdeka.com - Memasuki bulan Juni, kasus positif COVID-19 di Indonesia makin bertambah. Hal ini begitu memprihatinkan mengingat Presiden Jokowi mengatakan kurva penambahan pasien COVID-18 harus sudah menurun.
Namun nyatanya ekspektasi itu tidak sesuai kenyataan. Bukannya menurun, kasus COVID-19 terus bertambah, terutama di daerah Jawa Timur.
Mengenai hal tersebut, Profesor Hamam Hadi, Rektor Universitas Alma Ata Jogja yang juga merupakan seorang epidemolog mengatakan, tren kasus positif COVID-19 di Indonesia pada awal bulan Juni ini sebenarnya tengah menuju puncak kurva.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Dimana kasus HIV terbanyak di Jawa Tengah? Dari ribuan kasus temuan HIV di Jateng itu, kasus terbanyak berada di Kota Semarang yang mencapai 331 kasus dengan penderita temuan paling banyak pada laki-laki.
“Secara umum tren COVID-19 di Indonesia dalam seminggu terakhir sedang naik menuju kurva epidemi dengan laju lebih lambat dibanding satu sampai dua minggu sebelumnya, yaitu dengan rata-rata 500 sampai 600 kasus baru per harinya,” kata Profesor Hamam dikutip dari ANTARA pada Jum’at (5/6).
Menurutnya, episentrum penyebaran COVID-19 tidak lagi berada di daerah Jabodetabek, melainkan sudah bergeser ke Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Berikut selengkapnya.
Masih Bisa Berubah Tergantung Kondisi
©2020 Merdeka.com
Menurut Hamam, ke depannya, penambahan kasus COVID-19 akan terus meningkat dengan tingkat kenaikan sedang. Namun, penambahan itu masih bisa terus berubah setiap saat, tergantung beberapa variabel yang menentukan di antaranya tingkat mobilitas masyarakat, kedisiplinan menjaga jarak, dan tertib melaksanakan protokol kesehatan.
“Dalam satu minggu terakhir angka potensi penambahannya 10 sampai 13 kasus dari setiap 10 kasus yang terkonfirmasi. Maka ke depannya diproyeksikan akan terus naik dengan tingkat kenaikan sedang,” jelas Hamam.
Kategori Pertambahan Kasus COVID-19
©Liputan6.com/Faizal Fanani
Menurut Hamam, pertumbuhan kasus COVID-19 pada 34 provinsi di Indonesia dalam dua minggu terakhir terbagi atas enam kategori. Kategori pertama adalah provinsi dengan laju kenaikan COVID-19 lambat sampai sedang menuju puncak.
Kategori kedua merupakan provinsi dengan laju kenaikan cepat atau tajam menuju puncak. Sedangkan kategori ketiga merupakan provinsi dengan penurunan COVID-19 dari lambat sampai dengan sedang.
Kategori keempat merupakan provinsi dengan laju penurunan kasus cepat, kategori kelima merupakan provinsi dengan laju COVID-19 menuju titik rendah lalu landai. Dan terakhir adalah provinsi dengan kasus corona telah mencapai awal titik landai.
Belum Saatnya Relaksasi
©2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Menurut Hamam, dari ke-34 provinsi tersebut, belum ada daerah yang memenuhi persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merelaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dia juga menyarankan agar pemerintah dan masyarakat mau bekerjasama dalam menekan laju pertumbuhan kasus COVID-19 di Indonesia.
"Yang terbaik adalah upaya bersama pemerintah baik pusat maupun daerah dan seluruh elemen masyarakat untuk menekan laju COVID-19. Selain itu kita juga harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan WHO lebih dulu sebelum melakukan berbagai bentuk kebijakan relaksasi," jelasnya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca Selengkapnya