Batas Waktu Sholat Dhuha, Tata Cara, dan Keutamaannya yang Penting Diketahui
Sholat dhuha membuat mereka yang mengerjakan diampuni dosa-dosanya di masa lampau.
Sholat dhuha membuat mereka yang mengerjakan diampuni dosa-dosanya di masa lampau.
Batas Waktu Sholat Dhuha, Tata Cara, dan Keutamaannya yang Penting Diketahui
Sholat dhuha adalah salah satu amalan sunnah yang dapat dilakukan untuk memperoleh pahala. Selain berpahala, sholat dhuha juga dapat melancarkan rezeki. Untuk menggapai keutamaan-keutamaannya, Anda harus tahu batas waktu sholat dhuha agar dapat mengerjakannya dengan benar dan sesuai anjuran Rasulullah SAW.
Sama seperti ibadah yang lain, shalat dhuha memiliki batas waktunya tersendiri yang patut diikuti. Sholat dhuha merupakan sholat sunah yang dilakukan pada waktu dhuha, yaitu saat matahari terbit secara utuh hingga menjelang waktu sholat dzuhur. Secara bahasa, pengertian dhuha sendiri adalah nama untuk awal siang hari (pagi).Dilansir dari NU Online, Rabu (1/3/2023), waktu dhuha dimulai sejak matahari terbit seukuran satu tombak (tujuh hasta atau 2,5 meter) sampai waktu zawal (saat matahari tergelincir ke arah barat). Berikut informasi selengkapnya tentang batas waktu sholat dhuha.
Batas Waktu Sholat Dhuha
Sholat dhuha bagaikan bahan bakar untuk semangat menjemput rezeki yang berkah dari Allah SWT. Dalam sebuah hadist tentang sholat di waktu dhuha yang diriwayatkan oleh Hakim dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda:"Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak 8 rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam." (HR Hakim dan Thabrani) Hukum menjalankan sholat dhuha adalah sunnah muakkadah, yakni sunah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Meski hukumnya sunnah, sholat dhuha mempunyai batas waktu yang harus dilaksanakan pada waktu yang tepat.
Jangan sampai ibadah yang Anda jalani menjadi sia-sia dan menimbulkan dosa karena sholat di waktu yang tidak tepat. Karena ternyata, ada waktu-waktu yang diharamkan untuk menjalankan ibadah sholat dhuha. Adapun batas waktu sholat dhuha adalah setelah matahari terbit secara utuh. Menurut para ulama, 15 menit setelah matahari syuruq (terbit) karena posisinya mulai meninggi. Maka, batas awal aman untuk melakukan sholat dhuha yaitu jam 08.00 pagi.
Ada tiga waktu haram untuk melakukan sholat dhuha. Pertama, sesudah sholat subuh hingga saat matahari masih di fase terbit. Lalu kedua, saat memasuki waktu zuhur hingga matahari tergelincir ke arah barat. Ketiga, pada waktu matahari hampir terbenam.
Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
"Matahari terbit dengan diikuti setan. Pada waktu mulai terbit, matahari berada dekat dengan setan, dan ketika telah mulai meninggi berpisah darinya. Pada waktu matahari berada tepat di tengah-tengah langit, ia kembali dekat dengan setan, dan ketika telah zawal (condong ke arah barat) ia berpisah darinya. Pada waktu hampir terbenam, ia dekat dengan setan, dan setelah terbenam ia berpisah lagi darinya." (HR Nasai')
Sehingga, kesimpulan dari batas waktu sholat dhuha adalah dari jam 08.00 pagi hingga 11.00 siang. Dhuha berakhir saat matahari memasuki waktu zuhur.
Niat dan Tata Cara Sholat Dhuha
Sholat Dhuha sunnah dilakukan dengan dua rakaat salam. Batas minimalnya adalah dua rakaat, sedangkan batas maksimalnya adalah 12 rakaat. Adapun surat yang sunnah dibaca setelah surat al-Fatihah adalah surat as-Syamsu dan ad-Dhuha, atau surat al-Kafirun dan al-Ikhlas.Atau lebih utama digabung, rakaat pertama membaca as-Syamsu dan al-Kafirun, kemudian rakaat kedua membaca ad-Dhuha dan al-Ikhlas. Kemudian untuk rakaat-rakaat berikutnya surat al-Kafirun di rakaat pertama dan al-Ikhlas di rakaat kedua.
Sama seperti sholat sunah lainnya, sholat dhuha juga dilaksanakan dengan dua rakaat salam. Berikut ini tata cara sholat dhuha:
1. Niat di dalam hati bersamaan takbîratul Ihram. Untuk memantapkan niat, sebelumnya bisa melafalkan niat shalat Dhuha berikut: أُ
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Artinya, “Saya niat sholat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2. Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan sholat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat.
3. Setelah salam atau selesai seluruh shalat kemudian membaca beberapa doa sebagai berikut:
Doa pertama
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya, “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu,-
kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.” Doa kedua
اَللّٰهُمَّ بِكَ أُصَاوِلُ وَبِكَ أُحَاوِلُ وَبِكُ أُقَاتِلُ
“Dengan-Mu, aku menerjang. Dengan-Mu, aku berupaya. Dengan-Mu, aku berjuang.”
Doa ketiga, dibaca sebanyak 40 atau 100 kali:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Artinya, “Tuhanku, ampunilah aku. Kasihanilah aku. Terimalah tobatku. Sungguh, Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.”
Keutamaan Sholat Dhuha
Sholat dhuha memiliki banyak keutamaan jika dikerjakan. Melansir laman Rumaysho, berikut ini sejumlah keutamaan yang didapat jika mengerjakan sholat dhuha:1. Mengganti Sedekah dengan Seluruh Persendian
Hal itu sebagaimana hadis Rasulullah SAW. Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى “Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan soalat Dhuha sebanyak 2 rakaat” (HR. Muslim no. 720).
Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadis dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian” (HR. Muslim no. 1007). 2. Dicukupi Urusan di Akhir Siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at sholat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini shahih)
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa sholat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa sholat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118) 3. Mendapat Pahala Haji dan Umrah yang Sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang melaksanakan sholat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh. ”Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan)
4. Termasuk Sholat Awwabin
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
“Tidaklah menjaga sholat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah sholat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Awwab adalah muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang kembali taat” (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).