Gedung Megah di Surabaya Karya Arsitek Terkenal Belanda, Dulu Gudang Senjata
Merdeka.com - Salah satu bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur megah ialah gedung PT Perkebunan Nusantara XI yang berlokasi di Jalan Merak, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Perencanaan gedung tersebut dilakukan oleh biro arsitek terbesar di Hindia Belanda pada tahun 1911. Arsiteknya yakni Marius Hulswit, Fermont dan Ed Cyupers Bureau yang saat itu berkedudukan di Batavia.
Pembangunan gedung dilakukan selama periode perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Surabaya, yakni sesudah tahun 1920. Ciri khas gedung ini kental dengan pengaruh langgam Art & Craft berpadu dengan elemen-elemen lokal setempat.
-
Dimana Gedung Cerutu berada di Kota Tua Surabaya? Mengutip Liputan6.com, ada dua bangunan cagar budaya di Kota Tua Surabaya kawasan Jalan Rajawali.Pertama, Gedung Cerutu.
-
Apa ciri khas dari Gedung Cerutu di Kota Tua Surabaya? Ciri khas Gedung Cerutu adanya menara di atas gedung yang berbentuk seperti cerutu.
-
Dimana Keraton Surabaya berdiri? Istana Kadipaten Kasepuhan merupakan bangunan yang sekarang menjadi kantor Pos Besar Surabaya.
-
Bagaimana Gedung De Javasche Bank di Kota Tua Surabaya dibangun? Gedung ini sudah dibangun sejak 14 September 1829.
-
Dimana tempat wisata di Surabaya yang identik dengan monumen sejarah? Memiliki julukan kota Pahlawan, sudah pasti tempat wisata di Surabaya yang populer identik dengan monumen-monumen bersejarah yang akan mengingatkan Anda pada masa penjajahan.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
Sebagian besar bahan dan konstruksi atap serta lantai gedung ini diimpor dari Belanda. Pembangunan gedung ini dilakukan setelah pembongkaran gedung pertunjukan (schonwbrug) yang terus merugi.
Tujuan Pembangunan
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemdikbud RI
Tak butuh waktu lama, pembangunan gedung yang dimulai tahun 1920 itu selesai pada tahun 1921. Namun, peresmian gedung ini baru dilakukan empat tahun kemudian yakni pada 18 April 1925.
Ide untuk membangun gedung ini bermula pada tahun 1919, tujuannya untuk memenuhi keperluan bisnis yang semakin berkembang. Hingga tahun 1930-an, gedung ini merupakan bangunan terbesar di Kota Surabaya di mana pembangunannya menggunakan konstruksi terbesar di kota setempat.
Awalnya gedung ini milik HVA (Handels Vereeniging Amsterdam/Asosiasi Pedagang Amsterdam). Di Belanda, HVA sudah berdiri pada tahun 1879 dan bergerak di bidang impor hasil pertanian serta budi daya tebu, kopi, dan singkong.
Sedangkan di Indonesia, dikutip dari laman resmi Kemdikbud RI, HVA menangani kegiatan ekspor gula ke luar negeri. Total ada 167 pabrik gula yang dikendalikan HVA dan menghasilkan delapan juta ton gula per tahun. Tak heran jika pada tahun 1930-an, Belanda dikenal sebagai penghasil gula terbesar kedua di dunia.
Pabrik Gula di Jawa Timur
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemdikbud RI
Di Jawa Timur sendiri ada sekitar 17 pabrik gula yang dikendalian HVA, yakni Soedhono (Ngawi), Purwodadi (Magetan), Rejosari (Magetan), Pagottan (Madiun), Kedawung (Pasuruan), Kanigoro (Madiun), Pajarakan (Probolinggo), Gending (Probolinggo), Jatiroto (Lumajang), Semboro (Jember), Wonolangan (Probolinggo), De Maas (Situbondo), Wringin Anom (Situbondo), Panji (Situbondo), Asembagus (Situbondo), dan Prajekan (Bondowoso).
Saat krisis ekonomi dunia sekitar tahun 1930-an, HVA masih mampu eksis dan bisnisnya tidak tumbang. Akhir kejayaan HVA terjadi saat pendudukan Jepang di Indonesia.
Jadi Gudang Senjata
Pada masa kemerdekaan (30 September 1945 hingga 1 Oktober 1945), gedung ini sempat digunakan sebagai gudang senjata Angkatan Darat Jepang di Jawa Timur yang dipimpinan oleh Mayor Jendral Iwabe.
Tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1945 itu, arek-arek Surabaya melakukan aksi pengambilalihan kekuasaan dan senjata Jepang untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
Upaya arek-arek Surabaya tak sia-sia, gedung ini kemudian dapat dikuasai. Selanjutnya dijadikan Markas Komando Militer Djawa Timur dan Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh dr. Moestopo.
Pada tahun 1945, gedung ini juga menjadi tempat perundungan antara Kolonel Pugh (utusan Jendral Mallaby) dari pihak sekutu dengan dr. Moestopo dari pihak Indonesia. Tujuan perundingan itu ialah untuk mendamaikan kedua belah pihak.
Resmi Dimiliki Pemerintah
©2022 Merdeka.com/Dok. Kemdikbud RI
Pada tahun 1957, gedung ini resmi menjadi milik pemerintah Republik Indonesia karena seluruh aset perusahaan Belanda telah dinasionalisasikan.
Setahun kemudian, pada 1958, Pemerintah Republik Indonesia menasionalisasi gedung ini untuk ditempati Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
PPN kemudian berubah nama menjadi PTPN. Gedung ini kemudian dipakai oleh PTPN XXIV. Selanjutnya, gedung ini berganti nama menjadi PTPN XI yang merupakan hasil peleburan PT Perkebunan XX dan PT Perkebunan XXIV-XXV. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gedung itu terdaftar sebagai situs cagar budaya pada tahun 2020.
Baca SelengkapnyaRuang tamu, pekarangan, hingga sejumlah ruangan di dalamnya nampak begitu luas.
Baca SelengkapnyaAtap bangunan ini telah roboh dan cat kuningnya dibiarkan mengelupas.
Baca SelengkapnyaBangunan dengan gayaarsitektur eklektisisme ini jadi saksi masa kolonialisme Belanda di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAda gedung termegah pada masanya hingga replika mobil Jenderal Mallaby
Baca SelengkapnyaBangunan ini diharapkan jadi ruang kreatif bagi komunitas, UMKM, dan masyarakat umum
Baca SelengkapnyaPenjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaSalah satu perpustakaan unik di Jawa Timur yang wajib dikunjungi ialah Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya.
Baca SelengkapnyaGedung itu menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Boja dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia
Baca SelengkapnyaKini Wisma Perdamaian lebih sering digunakan untuk kegiatan budaya, seni atau pendidikan.
Baca SelengkapnyaBarangkali ini satu-satunya minimarket di Indonesia yang menempati bangunan cagar budaya.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya merupakan bagian dari kompleks alun-alun Surabaya
Baca Selengkapnya