![<b>Kisah Pasutri ASN Asal Tulungagung Sukses Bisnis Rambak Premium, Berhasil Produksi 75 Kg/Hari </b>](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/5/29/1716966743232-n7mj9j.jpeg)
Kisah Pasutri ASN Asal Tulungagung Sukses Bisnis Rambak Premium, Berhasil Produksi 75 Kg/Hari
Sebelum jadi juragan rambak, pasutri ini merantau ke kota besar untuk mencari penghidupan
Sebelum jadi juragan rambak, pasutri ini merantau ke kota besar untuk mencari penghidupan
Kehidupan rumah tangga Djarwo dan Kasmi, pasutri asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, ibarat roda berputar. Sebelum menjadi ASN sekaligus juragan rambak, pasutri ini sempat mengadu nasib ke Kota Surabaya demi mencari penghidupan.
Djarwo mengaku dibesarkan dalam lingkungan keluarga pedagang rambak. Saat ini, ia merupakan generasi keempat yang menekuni bisnis rambak.
"Saya memilih (bisnis) rambak karena memang dibesarkan oleh rambak. Ibunya mbah saya sudah jualan rambak, kemudian mbah saya, orang tua saya" ujarnya, dikutip dari YouTube PecahTelur, Selasa (28/5/2024).
Selain itu, Djarwo mengaku menekuni bisnis rambak karena peluang pasarnya luas dan menghasilkan nilai ekonomi cukup tinggi.
Djarwo dan Kasmi sempat merantau ke Surabaya selama beberapa tahun. Pasutri ini pulang ke Tulungagung pada tahun 2003 silam, yakni usai masa krisis keuangan menimpa Indonesia. Keduanya lantas menjadi tenaga honorer di institusi pemerintahan setempat.
Kesuksesan Djarwo dan Kasmi menekuni bisnis rambak tidak datang begitu saja. Pasutri ini awalnya membantu orang tua Djarwo mengelola bisnis rambak. Kemudian, pada tahun 2010, keduanya mantap untuk memulai membuka bisnis sendiri.
Pasutri ini membagikan beberapa tips mengelola bisnis rambak hingga sukses seperti sekarang.
"Segmen pasar kami kalangan menengah ke atas. Kami mengutamakan kualitas, mulai dari pemilihan bahan baku berupa kulit sapi jantan segar, pengolahan dilakukan secara tradisional yakni kulit dikerok manual tanpa obat, lalu pakai minyak kelapa jadi lebih gurih dan tidak serik saat dimakan," ujar Kasmi, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Kunci penting lain bisnis rambak Pak Djarwo sukses ialah penghargaan tinggi terhadap karyawan. Tidak hanya mendapatkan makan tiga kali sehari, para karyawan juga didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Pasutri ini menuturkan dalam sehari bisa menghasilkan 75 kg rambak/hari.
"Untuk sementara ini kemampuan kita untuk produk itu sehari 75 kilo mas karena alat kita untuk proses pasteurisasi kemampuannya itu cuma satu saja" pungkas keduanya.
Pasutri ini juga menyebutkan rambak Pak Djarwo jadi rambak satu-satunya yang sudah punya izin halal.
Sebagaimana para pebisnis lain, Djarwo dan Kasmi juga sering menjadi incaran para penipu. Pada tahun 2023 lalu misalnya, Kasmi menerima pesanan lima kuintal rambak dari seseorang, namun ternyata si pemesan merupakan penipu.
"Kami diminta mengantar ke Kediri, barang kami turunkan di sebuah rumah kosong. Terus kami diminta ngikutin orang ini naik motor katanya untuk melakukan pembayaran di pasar. Orang ini naik motor kencang tiba-tiba hilang. Saat kami balik ke rumah tempat menurunkan barang tadi, barangnya sudah tidak ada," ungkap Kasmi, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Kisah pengusaha kerupuk kulit yang memulai bisnis dengan berjualan di pinggir jalan hingga dapat omzet ratusan juta.
Baca SelengkapnyaKelenjar minyak di kulit kepala memproduksi sebum sebagai pelindung alami untuk menjaga kelembapan rambut dan kulit kepala.
Baca SelengkapnyaUmmi Salamah mengungkapkan bahwa resep minuman rempah diperoleh dari ibu mertua yang berprofesi sebagai penjual jamu.
Baca SelengkapnyaUsaha tempe dan tahu di rumah produksi Primkopti Lenteng Agung begitu menggeliat berkat dana KUR BRI
Baca Selengkapnya"Gerai ini diperuntukkan untuk mendapatkan kesetaraan bagi para penerima manfaat tanpa melihat kondisi mereka," kata Mensos Risma
Baca SelengkapnyaLS (27) tak menyangka suaminya, AA (29) merupakan pelaku pembunuhan terhadap RM (50), mayat dalam koper di Kalimalang.
Baca SelengkapnyaUsaha tidak akan mengkhianati hasil. Itulah yang dibuktikan oleh seorang pengusaha ulung dari Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaDi masa-masa awal kerugian, Dwi Masih beranggapan bahwa kerugian tersebut merupakan risiko bisnis.
Baca SelengkapnyaMemperluas jejaring dan perbanyak sedekah menjadi kunci yang Adibayu yakini menjadi perantara kesuksesannya saat ini.
Baca Selengkapnya