Mengapa Orang-orang Lebih Memilih untuk Menonton Saja daripada Membantu Korban Kecelakaan? Ini Alasannya
Dalam situasi-situasi darurat atau krisis, seperti kecelakaan atau serangan, orang-orang sering kali cenderung menunggu bantuan dari orang lain daripada bertind
Dalam situasi-situasi darurat atau krisis, seperti kecelakaan atau serangan, orang-orang sering kali cenderung menunggu bantuan dari orang lain daripada bertindak sendiri.
Mengapa Orang-orang Lebih Memilih untuk Menonton Saja daripada Membantu Korban Kecelakaan? Ini Alasannya
Bystander effect merujuk pada fenomena di mana individu cenderung tidak memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan ketika ada orang lain di sekitarnya. Dalam situasi-situasi darurat atau krisis, seperti kecelakaan atau serangan, orang-orang sering kali cenderung menunggu bantuan dari orang lain daripada bertindak sendiri.
Fenomena ini dapat dijelaskan oleh adanya difusi tanggung jawab, di mana setiap individu cenderung merasa bahwa tanggung jawab untuk memberikan bantuan tersebar di antara orang lain yang hadir dalam situasi tersebut. Bystander effect memiliki dampak yang signifikan dalam situasi darurat, karena keberadaan banyak orang yang melihat kejadian tersebut dapat membuat individu merasa kurang bertanggung jawab atau merasa bahwa bantuan tidak diperlukan dari diri mereka sendiri.
Kesadaran akan bystander effect penting agar kita dapat lebih memahami perilaku manusia dalam situasi darurat dan mendorong untuk mengambil tindakan proaktif dalam memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Pengertian Bystander Effect
Istilah bystander effect pertama kali dikenal setelah penelitian psikologis yang dilakukan oleh John Darley dan Bibb Latané pada tahun 1964. Bystander effect terjadi karena adanya beberapa faktor.Pertama, ketika seseorang melihat banyak orang di sekitarnya, mereka merasa bahwa tanggung jawab untuk bertindak menurun, atau bahkan hilang sama sekali.
Individu cenderung mempercayai bahwa orang lain akan mengambil tindakan yang diperlukan. Hal ini sering disebut sebagai "diffusion of responsibility" atau difusi tanggung jawab. Kedua, orang-orang sering khawatir tentang evaluasi sosial dan kurangnya dukungan dari orang lain. Mereka takut akan dianggap sebagai penarik perhatian, atau bahkan dibully atau dicemooh jika mereka mencoba untuk campur tangan.
Lebih lanjut, bystander effect juga dipahami sebagai sebuah fenomena dalam psikologi sosial yang terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan, namun tidak ada orang yang membantunya.
Bystander effect menunjukkan bahwa kehadiran orang lain dapat menghambat seseorang, untuk memberikan pertolongan kepada sesamanya yang sedang mengalami kesulitan.
Penelitian dalam bidang ini menyatakan bahwa kehadiran orang lain seolah-olah memanipulasi situasi, sehingga diharapkan akan ada orang lain yang bertindak membantu.
Mengutip Abu Bakar Fahmi dalam Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, penelitian tentang bystander-effecttelah dilakukan oleh banyak peneliti sejak tahun 1960-an sampai sekarang. Penelitian yang dirintis oleh Bill Latane dan John Darley ini telah menjadi klasik dan dipandang sebagai penelitian yang paling inovatif dan berpengaruh dalam sejarah psikologi sosial (Levine, 2012).
Penelitian mereka tentang bystander-effect melengkapi penelitien eksperimental tentang pengaruh sosial (social influence) setelah Solomon Asch dan Stanley Milgram, secara berturut-turut, meneliti tentang pengaruh mayoritas dan kepatuhan (Krueger & Massey, 2009). Asal usul istilah "bystander effect" terkait dengan sebuah insiden pada tahun 1964 di New York City, di mana seorang wanita bernama Kitty Genovese diserang dan dibunuh di jalanan pada malam hari, sementara sejumlah besar orang berada di sekitarnya. Meskipun ada banyak saksi, hanya sedikit yang memberikan bantuan atau memanggil bantuan darurat.
Dua minggu setelah peristiwa tersebut, muncul artikel di New York Timesyang mengulas bahwa Kitty dianiaya sampai meninggal padahal ada 38 orang yang menyaksikan peristiwa itu. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang menelepon polisi saat peristiwa itu terjadi.
Hanya ada satu orang diantara mereka yang menelepon polisi namun saat itu Kitty sudah meninggal.
Kasus Kitty menjadi perbincangan publik saat itu. Publik mengkhawatirkan bahwa di masyarakat mulai ada tanda-tanda kemerosotan moral dengan indikasi terjadinya kasus Kitty.
Kasus ini menyoroti fenomena ketidakpedulian sosial yang kemudian dikenal sebagai bystander effect.
Penyebab Bystander Effect
Kasus Kitty di atas menjadi studi kasus yang penting bagi para psikolog, dalam mengembangkan teori-teori yang menjelaskan fenomena tersebut dan seiring waktu, fenomena Bystander effect menjadi semakin diakui dalam kehidupan sehari-hari.Dalam jurnal ilmiah “From Empathy to Apathy: The Bystander Effect Revisited” terdapat lima proses terjadinya Bystander effect, yakni keadaan darurat, menangkap perhatian individu, mengevaluasi apakah kondisi layak dikatakan darurat, memutuskan tanggungjawab dan kepercayaan akan kompetensi diri sendiri, dan membuat keputusan untuk membantu atau tidak. Fenomena seperti Bystander Effect tidak terjadi begitu saja. Ada sejumlah faktor yang mendasarinya, dan pemahaman terhadap penyebab-penyebab ini, dapat membantu kita memahami fenomena tersebut dengan lebih baik.
Berikut adalah tiga penyebab utama Bystander Effect yang diuraikan dalam buku "Social Psychology Eighth Edition 2018" karya Michael dan Graham Vaughan:
1. Ketidaktahuan tentang Tindakan yang Diperlukan
Ketika terjadi situasi darurat, kebingungan seringkali muncul karena banyaknya orang yang hadir.
Orang-orang cenderung berasumsi bahwa tanggung jawab untuk memberikan pertolongan, akan dilakukan oleh orang lain. Ini merupakan hasil dari efek pengamat yang terjadi, di mana setiap individu menunggu tindakan dari yang lain.
Sebaliknya, jika seseorang berada dalam situasi darurat sendirian, respon untuk memberikan pertolongan akan lebih cepat karena ia tahu bahwa hanya dirinya yang dapat bertindak. 2. Ketakutan akan Kegagalan Sosial
Ketakutan akan kegagalan sosial juga berperan dalam Bystander Effect. Hal ini berkaitan dengan citra diri seseorang di hadapan orang lain.
Seseorang mungkin enggan memberikan pertolongan karena takut akan membuat kesalahan, atau dianggap bodoh di hadapan banyak orang.
Daripada menghadapi rasa malu atau ketakutan, seseorang mungkin memilih untuk tidak bertindak dalam situasi darurat tersebut. 3. Pengaruh Sosial
Keputusan seseorang untuk tidak memberikan pertolongan, juga dapat mempengaruhi psikologi orang lain di sekitarnya.
Ini terjadi karena adanya pengaruh sosial yang membuat orang lain juga cenderung untuk tidak bertindak.
Fenomena ini terjadi karena setiap orang saling mengamati satu sama lain, dan cenderung mengikuti tindakan orang lain.