Mengenal Savior Complex, Obsesi Membantu Secara Berlebihan Padahal Tak Perlu
Savior complex sering kali berasal dari kebutuhan internal untuk merasa dihargai atau merasa berarti.
Savior complex adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keinginan seseorang untuk "menyelamatkan" atau membantu orang lain secara berlebihan, sering kali tanpa mempertimbangkan apakah bantuan tersebut diperlukan atau diinginkan.
Orang dengan savior complex cenderung merasa bahwa mereka harus menjadi penyelamat dalam situasi apapun, bahkan ketika solusi yang mereka tawarkan mungkin tidak tepat atau malah merugikan.
-
Siapa yang seringkali membutuhkan bantuan? Tak ada cara lain selain berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
-
Kenapa orang baik hati selalu siap membantu? Saat ada teman atau keluarga yang membutuhkan bantuan, mereka tidak akan ragu-ragu untuk mengulurkan tangan.
-
Siapa yang punya kecenderungan melakukan tindakan altruistik? Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki paras manis juga lebih cenderung memiliki disposisi yang lebih baik dan lebih mungkin melakukan tindakan altruistik.
-
Siapa yang rentan terhadap oversharing? Selain itu, oversharing juga menjadi pertanda bahwa seseorang memiliki kesulitan dalam mengatur batasan dan rasa cemas yang berujung pada anxiety attack.
-
Siapa saja yang mungkin terkena sifat serakah? Serakah bukan hanya sekadar sifat negatif, tetapi juga dapat dianggap sebagai penyakit hati yang mampu menjangkiti siapa saja.
-
Apa arti dari oversharing? Oversharing dapat diartikan sebagai berbagi berlebihan atau terlalu banyak berbagi.
Savior complex sering kali berasal dari kebutuhan internal untuk merasa dihargai atau merasa berarti. Orang yang memiliki kompleks ini mungkin merasa bahwa dengan menyelamatkan orang lain, mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka akan validasi atau rasa penting.
Namun, alih-alih benar-benar membantu, perilaku ini justru bisa menyebabkan ketergantungan, frustrasi, atau bahkan kebencian dari pihak yang mereka coba bantu.
Meskipun niat di balik savior complex mungkin tampak baik, penting untuk menyadari bahwa upaya "menyelamatkan" orang lain harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih sehat dan hormat.
Dengan memahami dan mengelola savior complex, kita dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan mendukung, tanpa merasa harus menjadi pahlawan dalam setiap situasi.
Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya mengenai apa itu savior complex yang menarik untuk dipelajari, dilansir dari berbagai sumber.
Pengertian Savior Complex Menurut Ahli
Savior complex atau sindrom penyelamat adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa terdorong untuk "menyelamatkan" orang lain, bahkan jika bantuan tersebut tidak diperlukan atau tidak diminta.
Orang dengan savior complex sering kali percaya bahwa mereka tahu apa yang terbaik bagi orang lain dan merasa bahwa mereka adalah satu-satunya yang dapat membantu.
Meskipun motivasi ini mungkin berasal dari niat baik, tetapi sering kali dapat berujung pada situasi di mana orang tersebut mengambil peran yang berlebihan atau merusak hubungan antarpribadi.
Menurut ahli psikologi, savior complex sering kali berkaitan dengan kebutuhan untuk merasa berharga. Dr. Ramani Durvasula, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa orang dengan savior complex cenderung memiliki perasaan superioritas atau ego yang tinggi, yang membuat mereka merasa harus membantu orang lain agar merasa dibutuhkan.
Namun, ini bisa menjadi masalah ketika mereka melampaui batasan atau mengabaikan kebutuhan nyata orang yang mereka coba bantu.
Ahli lain, Dr. Thema Bryant-Davis, seorang profesor psikologi, menyatakan bahwa savior complex dapat menjadi bentuk dari coping mechanism, di mana seseorang yang pernah mengalami trauma atau kehilangan mencoba untuk mengalihkan perhatian dari masalah mereka sendiri dengan "menyelamatkan" orang lain.
Ini bisa berbahaya jika tidak dikelola dengan baik, karena dapat menyebabkan burnout atau kerusakan emosional, baik bagi si "penyelamat" maupun orang yang dibantu.
Tanda-Tanda Seseorang Memiliki Savior Complex
Banyak sumber, mulai dari artikel majalah hingga pakar kesehatan dan studi ilmiah, mengatakan bahwa membantu orang lain adalah cara untuk membantu dir sendiri merasa lebih bahagia dan lebih puas. Seperti dikutip dari The Journal of Positive Psychology, kebahagiaan datang dari upaya membuat orang lain merasa senang, bukan diri sendiri.
Namun, menghadapi savior complex bukan hanya sekadar bersikap baik kepada orang lain. Sebaliknya, Anda membantu orang lain dengan mengorbankan diri sendiri. Adapun tanda-tanda savior complex meliputi:
- Mendapatkan rasa nilai dan tujuan secara eksklusif atau terutama dari menjadi satu-satunya sumber bantuan bagi seseorang.
- Tidak mampu menolak permintaan orang lain.
- Ketidakmampuan untuk menetapkan batasan pada waktu dan energi, karena Anda merasa orang lain "membutuhkan" Anda.
- Mengabaikan kebutuhan perawatan diri sendiri sambil memaksakan diri untuk memastikan kebutuhan orang lain terpenuhi.
- Terus bekerja sampai kelelahan, mencoba memenuhi harapan orang lain terhadap Anda
Mencari atau tertarik pada orang yang 'rusak' dan menjadikannya tanggung jawab Anda untuk membantu, menyelamatkan, atau merehabilitasi mereka adalah tanda lainnya, Menurut GinaMarie Guarino, LMHC, Konselor Kesehatan Mental Berlisensi, dan pendiri situs PsychPoint, penting juga untuk dicatat bahwa banyak orang dengan savior complex akan berjuang ketika tidak merasa dibutuhkan oleh orang lain.
Apa saja tindakan dan reaksi lain yang mungkin Anda tunjukkan ketika Anda memiliki kompleks penyelamat? Anda merasa kebahagiaan atau ketidakbahagiaan orang lain adalah kesalahan Anda.
Ketika seseorang tidak menunjukkan penghargaan atas apa yang telah Anda lakukan, Anda menjadi frustrasi dan kesal. Anda melindungi orang lain dari konsekuensi tindakan mereka. Anda memperoleh harga diri dan nilai diri secara eksklusif atau berlebihan dari kemampuan Anda untuk membantu orang lain.
Penyebab Savior Complex
Savior complex dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari pengalaman hidup maupun kondisi psikologis yang mendasarinya. Beberapa penyebab utama savior complex meliputi:
Pengalaman Masa Lalu
Seseorang yang memiliki sejarah trauma, kehilangan, atau pengalaman hidup yang sulit mungkin mengembangkan savior complex sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak berdaya. Dengan membantu orang lain, mereka merasa bisa mengontrol situasi dan memberikan dampak positif, sehingga mengurangi perasaan tidak berdaya yang pernah mereka alami.
Kebutuhan Akan Validasi
Seseorang dengan savior complex sering kali mencari pengakuan atau validasi dari orang lain. Mereka merasa bahwa dengan membantu orang lain, mereka akan dianggap berharga atau penting. Hal ini bisa berakar dari rasa rendah diri atau kurangnya kepercayaan diri, di mana mereka merasa hanya bisa diterima atau dicintai jika mereka terus-menerus membantu orang lain.
Rasa Superioritas
Ada juga yang mengembangkan savior complex karena merasa bahwa mereka lebih tahu atau lebih mampu dibandingkan orang lain. Mereka mungkin percaya bahwa mereka memiliki solusi terbaik untuk setiap masalah, dan dengan demikian, mereka merasa bertanggung jawab untuk "menyelamatkan" orang lain. Ini bisa berkaitan dengan ego yang besar atau perasaan superioritas yang berlebihan.
Dinamika Keluarga atau Pola Asuh
Tumbuh dalam lingkungan di mana seseorang harus mengambil peran sebagai "penyelamat" bagi anggota keluarga lain juga dapat menyebabkan savior complex. Misalnya, seorang anak yang harus merawat orang tua yang sakit atau menangani konflik dalam keluarga bisa menginternalisasi peran ini hingga dewasa, merasa bahwa mereka harus selalu menyelamatkan orang lain.
Kebutuhan untuk Mengalihkan Perhatian
Bagi beberapa orang, savior complex adalah cara untuk mengalihkan perhatian dari masalah pribadi mereka sendiri. Dengan fokus pada masalah orang lain, mereka bisa menghindari menghadapi emosi atau situasi yang sulit dalam kehidupan mereka sendiri. Ini bisa menjadi mekanisme pertahanan untuk menghindari rasa sakit atau stres internal.
Secara keseluruhan, savior complex bisa muncul dari kombinasi berbagai faktor ini, dan jika tidak dikelola, bisa berdampak negatif baik pada diri sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka.