Menikmati Dawet Campur Legendaris di Pasar Blauran Surabaya, Sontak Bikin Tenggorokan Adem di Tengah Cuaca Panas Ekstrem
Dawet ini semakin nikmat saat disantap dalam kondisi dingin. Sesuap es dawet campur khas Pasar Blauran ini sontak bikin tenggorokan jadi adem.
Musim penghujan belum juga datang, padahal menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan tahun ini terjadi sepanjang bulan Oktober-November 2024. Musim hujan 2024/2025 diprakirakan datang lebih awal dari biasanya.
Hujan yang tidak kunjung turun membuat cuaca panas di berbagai daerah di Indonesia masih cukup ekstrem. Apalagi di daerah-daerah yang minim pepohonan dan tinggi aktivitas industri maupun transportasi. Misalnya di Kota Surabaya.
Selama ini, Kota Surabaya dikenal sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia. Banyak masyarakat Jawa Timur menyebut Kota Surabaya sebagai kota yang selalu panas. Oleh karena itu, menikmati hidangan yang segar dan dingin sangat cocok di kota ini.
Dawet Legendaris
Salah satu hidangan yang cocok dinikmati di tengah cuaca terik Kota Surabaya ialah Es Dawet Campur di Pasar Blauran.
Mengutip YouTube Liputan6, isian dawet terdiri dari bubur sumsum, mutiara, bubur sagu, bubur grendul, dawet hijau, ketan hitam, dan beberapa isian lain menghasilkan cita rasa yang kaya saat dipadu dengan kuah santan dan saus gula merah.
Dawet ini semakin nikmat saat disantap dalam kondisi dingin. Sesuap es dawet campur khas Pasar Blauran ini sontak bikin tenggorokan jadi adem.
“Ini enak, rasanya pas dari gula merah, santan, dan buburnya. Manis ketemu agak gurih-gurih jadinya enak. Saudara saya bahkan sering ke sini,” ungkap Yesy, pembeli dawet campur di Pasar Blauran.
Setiap hari, Pasar Blauran buka mulai jam 09.00 hingga 21.00 WIB. Menurut Kepala Pasar Blauran, pengunjung paling banyak datang pada jam makan siang dan akhir pekan.
Eksotisme Pasar Blauran
Pasar Baluran yang berada di pusat Kecamatan Bubutan ternyata sudah terkenal sejak zaman penjajahan Belanda. Pasar ini merupakan salah satu pasar tertua dan besar di Surabaya dengan ciri khas arsitektur bangunan Belanda.
Mengutip situs digilib.uinsa.ac.id, nama Pasar Blauran diambil dari sebuah kampung yang bernama Blauran. Setelah terjadinya kemerdekaan Republik Indonesia, Pasar Blauran mengalami beberapa kali kebakaran, yakni pada tahun 1959,1966, 1975, dan tahun 1978.
Kini, Pasar Blauran dikenal sebagai pusat kuliner tradisional khas Surabaya. Pengunjung bisa menemukan aneka makananan khas Surabaya seperti es dawet, lontong balap, rujak cingur, dan masih banyak lagi.