Basarnas beri bukti bangsa kredibel
Merdeka.com - Menjelang akhir tahun, pada 28 Desember 2014 pagi hari, kabar menyentak menyergap kita, pesawat AirAsia QZ8501 berpenumpang 162 orang termasuk awak, hilang kontak.
Badan Tim Sar Nasional (Basarnas) gerak cepat melakukan pencarian. Mereka mengkoordinasikan pencarian pesawat yang hilang. Dalam tempo 3 hari, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F.H. Bambang Sulistyo, S.Sos, MAP, menyampaikan ke publik bahwa lokasi pesawat di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalanbun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Keluarga korban pun punya harapan.
Sampai dengan dua pekan pencarian intensif, sudah ditemukan sekitar 48 jenazah korban. Masih terus dicari. Selain korban, juga telah diangkat bangkai pesawat yang terbelah. Bahkan juga kotak hitam juga telah ditemukan, berisi data rekaman komunikasi pesawat.
-
Apa yang terjadi pada AirAsia QZ8501? AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
-
Di mana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kapan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kenapa pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Siapa yang ditemukan meninggal? Saat itu, ditemukan seorang pria atas nama W (55) dalam keadaan tak bernyawa.
Setelah melihat beberapa komentar di media sosial, media-media online, masyarakat Indonesia banyak memberi dukungan penuh dan bangga dengan Basarnas. Lebih dari itu, bahkan kekompakan tim termasuk TNI, Polri, dan segenap lapisan juga mendapat apresiasi.
Media-media asing pun menyampaikan pujian yang besar. Team Search and rescue (Basarnas) Indonesia disebut sebagai sangat kredible. Tak kurang dari direktur majalah penerbangan FlighGlobal Greg Waldron memuji: “Indonesia punya pengalaman banyak bencana. Dan sangat hebat melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan.”
Juga Wall Street Journal (WSJ), media ekbis terkemuka dari AS yang mengulas kecepatan penemuan pesawat AirAsia. “Itu tak lepas dari kematangan Basarnas menangani berbagai kecelakaan pesawat, maupun bencana alam di Indonesia,” tulisnya.
Masih banyak beberapa media asing yang menyampaikan hal sama. Rata-rata dibandingkan dengan kasus MH370 yang hilang sejak Maret 2014 belum ditemukan hingga kini dan membuat marah warga China yang sebagian besar korban. Bahkan Mahathir Mohammad, bekas PM Malaysia terang-terangan mengkritik penerusnya, Najib Razak karena dianggap Malysia tidak kredibel dalam hal menangani hilangnya pesawat.
Media-media internasional yang lain malah juga menyorot beberapa hal menarik yang mereka pantau selama operasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501. Termasuk tentang bagaimana para anggota tim penyelamat yang tak lupa berdoa dan menggantungkan harapan bantuan pada Sang Pencipta.
Contoh yang diberitakan media itu ialah prosedur kerja Basarnas yang mana sebelum memulai pencarian, selalu berdoa bersama. Tata cara dan pemandangan semacam ini, menurut para redaksi media asing ini, praktis tidak ditemui di tim SAR negara-negara maju saat menghadapi situasi serupa.
Apa yang bisa dipetik dari pelajaran ini adalah, bahwa setiap saat kita mengalami situasi kritis. Situasi itu adalah sebuah ujian yang harus dihadapi, bukan dihindari. Siapa yang bisa menghadapinya lalu menyelesaikannya, maka akan mendapatkan kredit. Bak sebuah sekolah, kita tak akan mendapatkan gelar yang sempurna kalau tidak menyelesaikan ujian atau tes pelajaran sehingga mendapat sertifikat.
Selain itu, bila selama ini masyarakat kita sering mengagung-agungkan bangsa lain dan malah membully rekan atau bangsa sendiri. Barangkali saat ini kita harus sedia untuk mengaku prestasi bangsa sendiri. Basarnas bersama pendukungnya yang terlibat, telah menunjukkan bahwa kita bangsa kredibel.
Banyak sekali orang Indonesia yang kredibel, yang tersebar di dalam negeri bahkan sampai di luar negeri, namun kurang mendapatkan penghargaan di dalam negeri. Sehingga sering menjadi pertanyaan, apakah untuk sukses harus meninggalkan negeri ini? Bukankah akan lebih bagus kalau berkarya di dalam negeri dan mendapatkan kepercayaan oleh bangsa sendiri. Sehingga bisa memberikan kontribusi pada bangsa sendiri.
Kita tidak boleh percaya atau memelihara julukan bahwa kita bangsa kepiting seperti dalam bejana. Yakni ketika ada yang mau keluar dari bejana ditarik kepiting lainnya, begitu seterusnya, sehingga semua gagal move-on. Apalagi segelintir orang di dewan yang mendadak mengkritik pejabat dan mengancam bikin panitia kerja untuk cari popularitas, bukan cari pesawat.
Ini momentum yang membanggakan, yang telah ditunjukkan oleh Basarnas, dengan menunjukkan kredibilitasnya sebagai SAR andal. Layak dan perlu mendapat penghargaan sebagai bukti bahwa kita anak-anak bangsa yang kredibel. Mulai saat ini, selayaknya kita sadar bahwa memberi penghargaan pada karya atau jerih payah teman atau saudara sebangsa lebih mulia ketimbang merendahkannya, apalagi mem-bully. *** (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban tewas akibat terjangan banjir bandang di Sumbar ini tercatat sebanyak 50 orang. Sementara, 27 orang lainnya dilaporkan hilang.
Baca SelengkapnyaDari 43 tersebut, 19 orang berasal Kabupaten Agam, 14 Tanah Datar, 8 Padang Pariaman serta 2 dari Padang Panjang.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan harus bekerja ekstra untuk bisa mengevakuasi ketiga jasad korban yang berhasil ditemukan.
Baca SelengkapnyaKeenam jenazah ini dalam keadaan mengenaskan karena sudah membusuk, bahkan dua di antaranya dibakar KKB.
Baca SelengkapnyaPencarian korban hilang banjir lahar dingin diperluas sampai ke Taluk Kuantan di Riau
Baca SelengkapnyaKondisi Korban Kecelakaan Maut KM 58: Luka Bakar 90-100 Persen
Baca SelengkapnyaSuasana Kali Bekasi tepatnya di titik kawasan Jatiasih Pondok Gede mendadak ramai petugas, Minggu (22/9).
Baca SelengkapnyaSaat ini, 74 dari 75 pendaki Gunung Marapi berhasil ditemukan, 22 di antaranya meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaJasad pertama anak-anak berjenis kelamin perempuan ditemukan pukul 11.54 Wib
Baca SelengkapnyaAdapun pada tempat berkumpulnya peserta tawuran, diketahui terdapat 50 orang yang sudah berada di tempat tersebut.
Baca SelengkapnyaProses identifikasi satu jenazah membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua jam.
Baca SelengkapnyaSaat ini, RSUD Karawang sedang melakukan Postmortem dan Antemortem untuk kebutuhan identifikasi dari korban kecelakaan tersebut.
Baca Selengkapnya