Belum move on, DPR makan gabut
Merdeka.com - Meski banyak pihak meragukan kemampuan Kabinet Kinerja, namun sepekan setelah dilantik, terlihat para menteri bergerak cepat dan konkret. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membuka data izin kapal di atas 30 ton sekaligus moratorium izin kapal baru, Menteri Perhubungan Ignsius Jonan memastikan mulai Desember tarif jasa penumpang pesawat udara disatukan, dan masih banyak lagi aksi menteri.
Yang agak mengagetkan adalah keluarnya Katu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), yang hanya berselang dua pekan, setelah Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kala dilantik, atau sepekan setelah Kabinet Kerja dibentuk. Memang di sana sini masih ada kebingungan, tetapi hal itu akan segera diatasi. Yang pasti rakyat merasa terbantu dengan kartu-kartu ini.
Keluarnya KIS, KIP, dan KKS dalam waktu cepat, menunjukkan tekad Jokowi-JK untuk segera menghapus subsidi BBM. Sebab kartu-kartu tersebut menjadi jaring pengaman ekonomi rakyat miskin yang akan terdampak kenaikan harga. Meski kritik mulai muncul, tidak ada keraguan dari Jokowi-JK untuk mencabut subsidi BBM yang memang tidak produktif. Ini menunjukkan Jokowi-JK bukan tipe pemimpin yang mabuk popularitas.
-
Dimana kursi DPR dibagi di setiap daerah? Pada pasal 187 ayat 3 UU Nomor 17 tahun 2017, yaitu sebanyak 575 kursi dengan minimal 3 dan maksimal 19 kursi di setiap daerahnya.
-
Bagaimana cara hitung kursi DPR? Metode konversi perolehan suara calon legislatif (caleg) DPR menjadi jumlah perolehan kursi ini menggunakan metode penghitungan Sainte Lague.
-
Bagaimana DPR RI menjemput bola? “Karena kita memang tidak menunggu mereka mengirim surat untuk menjadi observer, tapi kita yang menghadirkan negara-negara yang dapat memberikan kontribusi keamanan, perdamaian, kesejahteraan dan peningkatan segala bidang di kawasan ASEAN,“ jelas dia.
-
Siapa anggota DPRD Jawa Tengah? Wafa dipastikan menjadi anggota DPRD Jawa Tengah, sedangkan Luthfi dipastikan terpilih menjadi anggota DPRD Rembang.
-
Siapa yang pernah jadi anggota DPR RI? Sosok Romo Wisnoe yang begitu berpengaruh di tengah kelompok penghayat, menjadi magnet bagi partai politik saat itu. Sejumlah partai berebut menariknya menjadi anggota partai. Dan di era 1980-an, dia lolos menjadi legisltatif sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
Sementara itu di seberang sana, di Senayan, DPR masih berkutat dengan urusan internal. Sejak dilantik pada 1 Oktober 2014, yang berarti sudah sebulan lebih menjabat, mereka belum berbuat apa-apa. Beberapa anggota DPR merasa sedih dan malu, karena sudah makan gabut, gaji buta. Sudah begitu, masih saja sibuk berantem sendiri, tanpa tahu kapan mereka akan mengakhiri rebutan jabatan.
Partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) yang dulu mendukung pencalonan Prabowo-Hatta, tetap ngotot mempertahankan kursi pimpinan dewan dan pimpinan komisi yang telah direngkuhnya; sementara partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mogok rapat, jika kursi pimpinan komisi tidak dibagi. Untuk menekan KMP, mereka menggelar rapat paripurna sendiri, dan membentuk pimpinan dewan tandingan. Menggelikan sekaligus memalukan!
Tadinya saya percaya dengan ucapan tokoh-tokoh KIH, bahwa upaya mereka untuk mendapatkan kursi pimpinan dewan dan pimpinan komisi, tiada lain untuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK di DPR. Argumentasi logis, banyak kebijakan strategis harus mendapat persetujuan DPR. Oleh karena itu, Jokowi-JK akan sulit merealisasikan program-programnya jika tidak mendapat back up DPR.
Tetapi lama-lama saya melihat motif lain di balik kengototan KIH. Pertama, Jokowi-JK tidak merasa minder jika seluruh kursi pimpinan dewan dan pimpinan komisi dikuasai KMP. Mereka yakin, dengan pendekatan tertentu, pemerintah bisa menjalin komunikasi dan kerjasama dengan DPR yang mayoritas dikuasai KMP. Apalagi di hadapan Jokowi-JK para pentolan KMP, seperti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dan Amien Rais, sudah menunjukkan komitmennya untuk mendukung pemerintah jika benar-benar melaksanakan program kesejahteraan rakyat.
Kedua, seperti dikemukakan banyak kalangan, selama pemerintahan Jokowi-JK, khususnya para menteri, mampu menjaga integritas, bersih dari korupsi, tidak silau oleh jabatan dan kemewahan, dan kompeten menjalankan program kesejahteraan, maka selama itu juga rakyat akan memberikan dukungan. Dalam kondisi demikian, maka DPR, khususnya KMP, tidak bisa berbuat lain, kecuali memberikan dukungan juga. Sebab, jika mereka melawan arus politik rakyat, sama saja mempertaruhkan masa depannya di DPR. Bisa-bisa pada pemilu berikutnya partai mereka kalah telak.
Kalau logika atau peta politik demikian bisa dipahami, mengapa KIH harus ngotot mendapatkan kursi pimpinan komisi? Pasti ada motif lain, yakni motif ekonomi. Motif ini muncul berdasarkan pengalaman kerja masa lalu, di mana pimpinan komisi adalah jabatan strategis untuk menembus eksekutif dalam meraih uang. Motif mendapatkan uang ini bisa karena “perintah” partai, juga bisa karena kepentingan pribadi.
Sebab, dengan atas nama komisi DPR, para pimpinan komisi bisa menjalin komunikasi intensif dengan menteri dan para pejabat eselon satu. Hasil komunikasi intensif itu berupa kemudahan perizinan, proyek bagi konstituen, perlindungan pada pengusaha tertentu, bahkan menang tender proyek. Kasus-kasus korupsi DPR yang ditangani KPK menunjukkan semua itu. Inilah sejatinya tujuan mereka berebut kursi pimpinan komisi.
Padahal kondisi eksekutif belum tentu sebagaimana mereka bayangkan. Jejak-jejak Jokowi-JK dan para menterinya dalam dua pekan terakhir menjukkan, bahwa mereka sudah move on. Mereka sudah mengubah cara menggerakkan roda pemerintahan; mereka sudah mengubah perilaku sehari-hari sebagai pejabat. Jika pemerintah sudah move on, sementara DPR belum move on, apa gak kecele DPR nanti.
Partai-partai DPR berusaha mendapatkan kursi pimpinan dewan dan pimpinan komisi untuk mengakses sumber daya ekonomi di eksekutif; sementara Presiden Wakil Presiden dan para menteri berkeras menegakkan tata kelola pemerintahan yang baik: integritas, antikorupsi, juju, transparan.
Jika eksekutif tidak mau diajak main belakang, maka jabatan pimpinan dewan dan pimpinan komisi menjadi tidak strategis lagi untuk mengakses sumberdaya ekonomi. Jika memang demikian, lalu apa gunanya ngotot mendapatkan kursi pimpinan komisi. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mahfud awalnya membandingkan gaya hidup anggota DPR masa kini dan zaman Orde Baru.
Baca SelengkapnyaSekjen DPR Indra Iskandar mengatakan sebagian besar rumah dinas anggota dewan kini sudah tak layak huni. Baik yang di daerah Kalibata maupun Ulujami.
Baca SelengkapnyaUntuk pesawat charter dengan menggunakan Citation Excel dengan 8 penumpang, harga Rp419 juta.
Baca SelengkapnyaCinta Mega yang Diduga Main Slot Masih Bekerja di DPRD DKI, Ini Penjelasan PDIP
Baca SelengkapnyaSejumlah politikus PDIP berpotensi gagal menjadi anggota DPR pada Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaVerrel berencana menyerahkan seluruh gajinya selama satu tahun pertama untuk mendukung pembangunan di daerah pemilihannya.
Baca SelengkapnyaAnggota DPRD DKI Jakarta Cinta Mega diduga main game slot saat rapat paripurna
Baca SelengkapnyaPara pekerja rumah tangga melakukan aksi puasa massal mendesak RUU PPRT disahkan. Mereka akan tetap puasa sampai RUU PPRT disahkan menjadi Undang-Undang.
Baca SelengkapnyaEka khawatir sidang penentuan pimpinan MPR dari unsur DPR ini kembali berjalan alot sampai dini hari.
Baca SelengkapnyaAnggota DPR dan DPD akan dipilih melalui Pemilihan Umum.
Baca SelengkapnyaPDIP menjadi partai politik yang berhasil meraih kemenangan pada pemilihan legislatif (Pileg) 2024.
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di perumahan itu hanya terlihat sedikit kusam.
Baca Selengkapnya