Benteng Cakung saksi sejarah perjuangan itu terbengkalai
Merdeka.com - Nasib sembilan benteng di gudang peluru Kampung Petukangan, Rawa Teratai itu kini benar-benar terbengkalai. Pohon ilalang menjadi pemandangan lumrah yang menjadikan benteng peninggalan Belanda itu kini benar-benar terkesan angker. Namun sebenarnya benteng timur wilayah Batavia yang sekaligus gudang peluru itu menyimpan sejarah tersendiri bagi warga Cakung.
"Dulu semua jalur mau ke arah Bekasi melintasi cakung. Di sana ada markas Belanda dan sering dijadikan tempat pemeriksaan," kata Iwan Cepi Murtado, keturunan Murtado Macan Kemayoran saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya, Kemayoran, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Iwan Cepi begitu dia dikenal, menceritakan sedikit kaitan mendiang ayahnya soal lintasan Cakung. Dulu ayahnya yang kini dikenal sebagai Macan Kemayoran kerap bekerja sama dengan Haji Darif untuk mengirim senjata bagi para pejuang. Di ujung Cakung, yang berbatasan dengan Bekasi, sudah menunggu Kiai H Nur Ali yang merupakan pejuang asal Bekasi.
-
Mengapa Belanda membangun pertahanan di Banten? Meriam tersebut turut menggambarkan adanya jejak pertahanan militer di wilayah perairan laut Jawa, di mana ketika itu Daendels membangun antisipasi militer di selat Sunda untuk menghalau pasukan Inggris.
-
Di mana gudang peluru meledak? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak.
-
Bagaimana Belanda menguasai Purwokerto? Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda. Tanggal 30 Juli 1947, Kota Purwokerto hancur lebur. Banyak bangunan yang dihancurkan. Asap-asap kebakaran mengepul di mana-mana. Pada saat itu, Panglima Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI), Gatot Subroto, menginstruksikan pelaksanaan taktik bumi hanguskan.
-
Apa yang terjadi di Purwokerto saat dikuasai Belanda? Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
-
Kenapa Belanda membumihanguskan Purwokerto? Mengetahui pertahanan di Bobotsari telah dikuasai Belanda, Panglima Gatot Subroto memerintahkan pelaksanaan taktik bumi hangus. Gedung-gedung dan bangunan penting di Kota Purwokerto seperti stasiun, pabrik gula, serta instalasi militer dibakar habis.
-
Kenapa Belanda membangun benteng di Gunung Palasari? Tidak diketahui secara persis mengapa Belanda membangun benteng di sana. Namun menurut penuturan warga setempat, bangunan ini salah satunya digunakan untuk memantau wilayah kota sebagai bentuk antisipasi perlawanan.
"Di Cakung, H Darif yang membantu," ujarnya. Haji Darif yang diceritakan Iwan Cepi Murtado merupakan pahlawan asli Betawi. Dia menguasai wilayah Klender hingga Cakung, Jakarta Timur. Pasukan Belanda pun sempat dibuat gerah dengan sepak terjang Haji Darif. Sebab Haji Darif seorang ulama yang juga jago silat. Konon dia kebal peluru dan senjata tajam.
Cerita soal Cakung dan Gudang Peluru memang berakitan. Dulu ketika zaman Belanda, jalur penghubung Jakarta dengan Bekasi adalah Cakung. Beberapa literasi menyebutkan jika Cakung merupakan daerah strategis. Wilayah yang masuk Kota Administrasi Jakarta Timur ini merupakan gerbang pertahanan wilayah Timur Batavia. Jangan kaget, jika di dekat wilayah ini terdapat makam-makam pahlawan. Yang paling kesohor ialah Raden Fatahilah dan Haji Darif dari Klender.
Pasca-kemerdekaan Indonesia, daerah Cakung dan Bekasi masuk ke dalam Kabupaten Jati Negara. Bahkan pada abad ke-19, Belanda menjadikan Cakung sebagai jalur penting untuk berbisnis dan melebarkan kekuasaan. Cakung dianggap menjadi titik pertemuan Barat, yaitu Jakarta dan Timur yang merupakan wilayah Bekasi-Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Saking sentralnya, bukti peninggalan Belanda yang dulu pernah ada di Cakung, dibangun pusat militer kolonial Belanda. Selain itu, Belanda juga pernah membangun sumur bor tepat di pertigaan Jalan Raya Bekasi. Sumur bor ini pernah digunakan Belanda untuk memenuhi kebutuhan air. Sayang bekas peninggalan sumur ini sudah berubah menjadi pemukiman warga.
"Belanda memang pernah membuat pusat pertahanan dan di sini gudang pelurunya," kata Subur salah satu warga Rawaternate, yang menjadi saksi sejarah 9 benteng gudang peluru peninggalan Belanda tersebut.
Sayang dari sisa peninggalan gerbang pertahanan Batavia yang menjadi pusat pertempuran pejuang, hanya Benteng gudang peluru yang tersisa. Bahkan kini nasib benteng gudang peluru dalam sengketa pertanahan. Dari sembilan benteng, tiga diantaranya dihuni oleh pendatang liar yang berprofesi sebagai pemulung.
"Yah biar kata dikelilingi rawa saya mah seneng aja tinggal dimari. Enak suasananya kayak di kampung," kata Iyus, salah satu penghuni benteng gudang peluru. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Benteng ini dulu jadi simbol kekuatan penjajah setelah menaklukan Kesultanan Banten.
Baca SelengkapnyaBenteng de Kock, saksi bisu Perang Padri yang dimotori Tuanku Imam Bonjol di Bukittinggi.
Baca SelengkapnyaProvinsi Sumatra Barat dulunya salah satu wilayah yang menjadi incaran Kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaBenteng Ulak Karang, aset peninggalan tentara Jepang di Padang.
Baca SelengkapnyaDari ketinggian itu, musuh yang datang dari Bandung ataupun Cirebon bisa diantisipasi lebih awal
Baca SelengkapnyaPenjara ini juga jadi saksi pembantaian para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaNama benteng ini diambil dari seorang bangsawan Inggris bernama Keningin Anne van England.
Baca SelengkapnyaPeninggalan Belanda itu berupa bangunan militer yang berdiri sejak abad ke 18.
Baca SelengkapnyaPeresmian ini didampingi Wakasad Letjen TNI Tandyo Budi Revita, dan Pangdam III/Siliwangi
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaPulau yang terletak di Teluk Painan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Portugis yang digunakan sebagai loji Belanda untuk perdagangan lada.
Baca SelengkapnyaBenteng Belgica saksi bisu perlawanan rakyat Maluku dari kekejaman penjajah.
Baca Selengkapnya