Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Genjot wisata dengan jual brand Bali

Genjot wisata dengan jual brand Bali Pantai Dreamland Bali. ©2013 Merdeka.com/Arie Basuki

Merdeka.com - Rasanya klasik, bahwa Indonesia kalah terkenal dibanding Bali. Sampai hari ini. Ya, itu bukan cerita baru. Tapi apakah itu menyedihkan atau syukuri saja apa adanya? Atau bahkan perlu sekalian dioptimalkan: Bali sebagai brand pariwisata Indonesia!

Begini ceritanya. Pekan lalu, seseorang dari Bogor mendapat kesempatan presentasi di Munchen, di depan mahasiswa dari berbagai negara mayoritas Jerman. Tatkala presenter menyebut dirinya asal Indonesia, hampir semua tanya Indonesia itu dimana. Pahit sebenarnya. Lalu, dikasih clue, "Kalian tahu Bali?" tanyanya. Dan, seketika semua serentak tahu dan faham. Hanya dua yang pernah kesana. Yang tahu ini lalu tanya, "Anda dari Bali apa Bogor?" Pertanyaan ini menyenangkan, karena ternyata orang itu tak hanya tahu Bali, tapi juga Indonesia, bahkan Bogor.

Pembaca, kita tahu bahwa pemerintahan dari tahun ketahun selalu teriak, bahwa pariwisata penting. Untuk itu perlu dikembangkan agar kunjungan ke Indonesia banyak. Caranya, dibuat bermacam cara kegiatan, mulai dari pameran, bikin tagline "visit Indonesia year" atau "wonderful Indonesia". Namun sudah bertahun-tahun, kenyataannya Indonesia kalah dalam kunjungan wisata dibanding negara tetangga: Thailand, Malaysia, Singapura.

Orang lain juga bertanya?

Semua pasti meyakini, bahwa Indonesia tak kalah menariknya. Mulai dari ujung Sumatera di Sabang yang airnya sebening kaca, Toba yang danaunya luasnya minta ampun, Bangka Belitung dengan batu besar di pantai cocok untuk narsis, Kepulauan Seribu yang eksotisnya buanyak, Borobudur yang ajaib, Bromo selalu hangat di hati, Bali ndak usah disebut lagi, Lombok dan NTT yang punya pantai merah muda, Toraja yang magis, Halmahera yang bikin panjang usia pesona lautnya, dan banyak lagi. Kalau ditulis di sini semua, bisa lebih dari 34 alenia!

Dengan deposit sebanyak itu, mengapa dari tahun ke tahun tetap saja kalah dibanding keempat negara Asean tersebut? Dalam peta pariwisata dunia versi World Economic Forum edisi 2012, posisi peringkat Indonesia di urutan 74, sedangkan Thailand (41), Singapura (10), Malaysia (35).

Dari segi jumlah kunjungan wisata mancanegara (asing) Indonesia hanya 7,5 juta, sedangkan Thailand 19 juta, Singapura 10,3 juta, dan Malaysia 24 juta. Pariwisata di Indonesia, baru menyumbang USD 7,9 juta (1,1% GDP), sedang pariwisata Thailand menyumbang USD 26,5 juta (8,2%GDP), Singapura disumbang USD 17,9 juta (7,9% GDP), dan Malaysia USD 18,2 juta (7,7% GDP).

Masih menyedihkan sebenarnya tingkat kunjungan wisata ke Indonesia? Modal besar yang dimiliki tak bisa mengoptimalkannya. Dari situs kementerian Pariwisata, penulis menemukan beberapa data menarik. Sampai dengan September 2014, total pengunjung Indonesia adalah 6,6 juta. Artinya kalau dibuat rata-rata, total sampai dengan Desember kira-kira sekitar 8,8 juta. Ini naik 9% dibanding tahun sebelumnya sebesar 8,2 juta pengunjung.

Data kunjungan wisatawan menurut kamenterian, masuk melalui 19 lokasi imigrasi, yakni Bandara dan Pelabuhan. Dari jumlah 6,6 juta pengunjung sampai dengan September, sebagian besar tamu asing ternyata masuk melalui Bandara Ngurah Rai (Bali), yakni sebesar 2,75 juta. Jumlah ini sama dengan 42% dari total wisatawan masuk. Nyaris separuh dari kunjungan total ke Indonesia. Bali mengalahkan Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta) yang hanya 1,6 juta wisatawan (26%). Tempat ketiga adalah Batam (Kep. Riau) sebesar 1 juta wisatawan (16%).

Melihat kenyataan di atas, sudah bisa disimpulkan, bahwa alasan terbesar orang asing ke Indonesia adalah Bali. Maka, jangan heran bila sampai hari ini, magnet kunjungan wisata tetap Bali. Dan juga tak mengherankan bila seperti yang dialami orang Indonesia di manca negara, ketika ketemu maka yang diketahui adalah Bali. Bukan Bali bagian dari Indonesia, akan tetapi Bali jauh lebih terkenal dan menjadi alasan kuat untuk datang.

Data tambahan juga, bahwa di buku panduan wisatawan eksotis, yakni "1000 tempat wajib dikunjungi sebelum mati" karya Patricia Schultz, dari Indonesia ada 9 lokasi yang wajib dikunjungi. Dan, dari 9 lokasi itu, 4 di antaranya adalah Bali: Sepanjang Kuta, Pantai Jimbaran, Ubud, Amanwana - Moyo. Sedangkan 5 lokasi lainnya, Borobudur, Toraja, Lembah Baliem, Lombok, dan Jogja. Secara tak langsung buku tersebut menegaskan, bahwa Bali memang menjadi alasan kuat wisatawan ke Indonesia. Jumlah 4 lokasi dari 9 lokasi artinya secara persentasi sekitar 44%. Sesuai dengan persentasi jumlah orang masuk melalui Bandara Ngurah Rai.

Bila demikian, semestinya tagline atau branding wisata Indonesia harus mengoptimalkan Bali. Sebab, dalam teori dan praktik branding promo, membangun brand baru akan lebih besar effortnya dibanding brand yang sudah mapan. Selain itu tingkat kegagalannya pasti akan jauh lebih besar dibanding tingkat kesuksesannya. Dengan kualitas TOM (top of mind) warga dunia yang sudah familier dengan Bali dibanding Indonesia, maka promosi dengan branding Bali adalah terobosan yang layak dilakukan.

Selama ini kita pakai tagline Visit Indonesia Year atau Wonderful Indonesia, sementara bagi calon wisatawan asing masih mengundang pertanyaan di mana Indonesia, maka tagline itu bisa jadi tidak kuat mendorong ke Indonesia. Akan tetapi, bila tagline memakai nama Bali, misalnya "Pampering yourself in Bali" atau "Bali heart of Indonesia". Maka, dengan kekuatan magis dan daya magnet yang sudah paten dari Bali, akan meningkatkan kunjungan pariwisata.

Bahkan kalau mau ekstrim, dalam hal wisata, sebut saja bahwa Indonesia bagian dari Bali. Sehingga setiap wisatawan kalau sedang ke Indonesia seolah sedang ke Bali. Bisa jadi Bali Indonesia bagian Tengger, Bali Indonesia kawasan Toba, Bali Indonesia daerah Jogja dan lain sebagainya. Maka, niscaya para wisatawan akan serasa sudah ke Bali (meski masih di Toga). Dan selanjutnya, mereka akan tahu bahwa Bali itu ada di bagian Indonesia, dan negeri Nusantara ini memang luas. Jadi, dengan mengoptimalkan kesohoran Bali maka gairah wisatawan manca negara akan besar. Kalau perlu, semua materi branding awareness pakai setempel "visit Bali".

Sedih rasanya melihat ironi negeri yang eksotik dan dahsyat tapi wisatanya belum digarap. Tapi, ini hanya sebuah ide, sebuah inspirasi, dari fakta yang ada. Apakah Anda setuju, atau punya ide yang lebih dahsyat? ***

*) Penulis adalah COO KLN Network/merdeka.com, Sekjen APJII, co-founder Binokular Media Monitoring (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Telkom Tawarkan Kampanye Digital Dukung Pungutan Wisatawan Asing di Bali
Telkom Tawarkan Kampanye Digital Dukung Pungutan Wisatawan Asing di Bali

Telkom siap berkolaborasi mendukung langkah Pemprov Bali menerapkan pungutan bagi wisatawan asing.

Baca Selengkapnya
Prabowo Soroti Baliho Kotori Keindahan Bali: Untuk Apa Orang Jauh-Jauh ke Indonesia Hanya Lihat Iklan
Prabowo Soroti Baliho Kotori Keindahan Bali: Untuk Apa Orang Jauh-Jauh ke Indonesia Hanya Lihat Iklan

Menurut Prabowo, hal itu merusak keindahan alam Bali.

Baca Selengkapnya
Datangkan Turis Berkualitas, Gahawisri Dukung Ketertiban Industri Pariwisata Bali
Datangkan Turis Berkualitas, Gahawisri Dukung Ketertiban Industri Pariwisata Bali

Pariwisata Bali bukan soal jumlah kunjungan wisatawan tapi juga kualitas, kenyamanan.

Baca Selengkapnya
Capres Prabowo akan Kaji Pembangunan Bandara di Bali Utara
Capres Prabowo akan Kaji Pembangunan Bandara di Bali Utara

Prabowo mengajak tokoh-tokoh Bali berkumpul tanpa memandang partai, organisasi mana dan institusi untuk merumsukan pembangunan Bali ke depan.

Baca Selengkapnya
Ini Biang Kerok Pariwisata Indonesia Kalah dari Thailand dan Vietnam
Ini Biang Kerok Pariwisata Indonesia Kalah dari Thailand dan Vietnam

Thailand dan Vietnam menjadi kompetitor berat bagi Indonesia di sektor pariwisata.

Baca Selengkapnya
Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali, Emtek Group Jalin Kerjasama dengan GIPI
Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali, Emtek Group Jalin Kerjasama dengan GIPI

Kerjasama juga meliputi penyelenggaraan event yang bertujuan meningkatkan kualitas pariwisata Bali.

Baca Selengkapnya
Bukan Kelebihan Wisatawan, Tapi Bali Sedang Alami Kondisi Ini
Bukan Kelebihan Wisatawan, Tapi Bali Sedang Alami Kondisi Ini

Kemenparekraf memiliki tugas penting agar wisatawan juga mengenal Bali secara luas.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Rombak Pariwisata di Bali, Turis Pembuat Onar Langsung Dideportasi
Pemerintah Rombak Pariwisata di Bali, Turis Pembuat Onar Langsung Dideportasi

Luhut mengaku tak akan rugi jika kehilangan 5.000 turis bermasalah di Bali.

Baca Selengkapnya
Angkasa Pura II Kembangkan Pariwisata Banyuwangi
Angkasa Pura II Kembangkan Pariwisata Banyuwangi

AP II sendiri merupakan pengelola Bandara Banyuwangi sebagai pintu masuk wisatawan nusantara dan mancanegara.

Baca Selengkapnya
Rektor Unud:  Pungutan Wisman Harus Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali
Rektor Unud: Pungutan Wisman Harus Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali

Babak baru pariwisata Bali akan dimulai pada 14 Februari 2024 nanti dengan penerapan pungutan bagi wisatawan asing yang masuk Bali.

Baca Selengkapnya
Hadiri ICIOG 2023, Sri Mulyani Minta Pengusaha Migas Habiskan Uang di Bali
Hadiri ICIOG 2023, Sri Mulyani Minta Pengusaha Migas Habiskan Uang di Bali

International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) 2023 digelar di Bali.

Baca Selengkapnya
Ini Tiga Modal Dasar yang Diperlukan untuk Pengembangan Sektor Wisata Daerah
Ini Tiga Modal Dasar yang Diperlukan untuk Pengembangan Sektor Wisata Daerah

“Ketiga modal ini sudah bisa dikemas menjadi paket wisata untuk menarik kunjungan wisatawan," kata Sandiaga.

Baca Selengkapnya