Demi Dapatkan Uang Tunai Rp2 Miliar, Masyarakat China Berbondong-Bondong Jadi Peserta 'Squid Game' Versi Nyata
Di musim pertama, serial Squid Game berhasil mencuri perhatian di 83 negara.
Sequel drama Korea terpopuler sepanjang masa "Squid Game" bakal kembali tayang di Netflix pada 26 Desember 2024. Serial ini berhasil mencuri perhatian di 83 negara dengan skor keseluruhan sebanyak 562.
Alur cerita dari Squid Game sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi social saat ini, yakni bercerita tentang orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi. Namun, mereka selalu menanti secercah harapan yang bisa mengubah hidupnya.
Popularitas Squid Game rupanya menjadi daya muslihat para penipu di China untuk menjerat orang-orang yang sedang membutuhkan uang.
Dilansir dari Reuters, sebuah tantangan "disiplin diri" sedang menjadi tren besar di China. Cara main dari tantangan ini adalah peserta mengisolasi diri di kamar yang sudah terpasang kamera pengawas. Selama isolasi peserta wajib mengikuti batasan-batasan ketat seperti dilarang melihat jam, menggunakan ponsel, tidak boleh berada di toilet lebih dari 15 menit.
Belakangan, pengadilan di China menemukan beberapa peserta dalam tantangan isolasi yang membayar ribuan yuan untuk tinggal di kamar selama berhari-hari, mengikuti aturan yang ditentukan dengan harapan memenangkan sebanyak 1 juta yuan atau sekitar Rp2 miliar, ditipu. Regulator juga memperingatkan orang-orang tentang klaim keringanan utang yang meragukan.
Tantangan isolasi, yang sering diiklankan di Douyin, sebutan TikTok di China, semakin populer tahun ini seiring melambatnya ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Ekonomi tumbuh pada laju terlemah dalam lebih dari setahun dalam tiga bulan hingga September, mendorong para pembuat kebijakan untuk menjanjikan langkah-langkah baru guna meningkatkan pendapatan rumah tangga di antara langkah-langkah lainnya.
Banyak Peserta Mengeluh hingga Merasa Ditipu
Banyak peserta mengeluh ketika mereka dinyatakan gugur di hari pertama karena dianggap melakukan pelanggaran dan terekam kamera pengawas. Mereka pun membantah klaim penyelenggara.
Pada bulan Oktober, sebuah pengadilan di provinsi timur Shandong memerintahkan penyelenggara untuk mengembalikan biaya pendaftaran sebesar 5.400 yuan (Rp11.943.358) kepada seorang pemain bermarga Sun, memutuskan bahwa kontrak tersebut tidak adil dan "melanggar ketertiban umum dan moral yang baik".
Sun mencoba memenangkan 250.000 yuan (Rp553 juta)dengan bertahan dari tantangan isolasi selama 30 hari dengan aturan yang melarang merokok, penggunaan perangkat elektronik, konsumsi alkohol, dan kontak dengan siapa pun di luar ruangan.
Pada hari ketiga tantangan, penyelenggara mengatakan Sun telah menutupi wajahnya dengan bantal, melanggar larangan pemain menutupi wajah mereka.
Administrasi Dunia Maya China, yang mengatur internet negara itu, dan ByteDance, pemilik Douyin, tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.
Badan Pengawas Keuangan Nasional (NFRA) memperingatkan masyarakat pada hari Selasa agar tidak tertipu oleh "perantara utang" yang mengaku membantu orang merestrukturisasi pinjaman mereka atau memperbaiki profil kredit mereka.
Dengan menawarkan layanan mereka melalui telepon, teks, pamflet dan iklan di media sosial, perantara tersebut mengklaim mereka dapat membantu mendapatkan pinjaman baru atau menyediakan dana sementara, tetapi regulator memperingatkan bahwa layanan tersebut dikenakan biaya tinggi.
Perantara mengenakan biaya hingga 12 persen dari nilai pinjaman dalam bentuk "biaya layanan", kata National Business Daily.
Skema lain melibatkan penagihan biaya besar untuk membantu debitur memperbaiki catatan kredit mereka, menurut NFRA, yang memperingatkan bahwa informasi pribadi peminjam juga dapat dibocorkan atau dijual.